KEUTAMAAN BULAN RAJAB YANG DI AGUNGKAN KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJIS 11
KITAB
DURRATUN NASHIHIN
MAJIS 11
MAJIS 11
Surat
Ali ‘Imran 133
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَسَارِعُوا
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (آل عمران ١٣٣)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada sorga
yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa”.(Qs. Ali ‘Imran 133).
وَسَارِعُوا “Dan bersegeralah kamu”, Bersegeralah
dan menghadaplah.
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ “kepada ampunan dari Tuhanmu”, Kepada
‘amal yang berhak mendapatkan ampunan seperti Islam, taubat dan ikhlash.
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ
وَالْأَرْضُ “dan
kepada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi”, Disebutkannya
bumi karena faidah Mubalaghoh (untuk menunjukkan sesuatu yang berlebih-lebihan),
didalam menyifati luas sorga sebagai perumpamaan, karena bumi lebih rendah
dibawah panjang. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas; Luasnya seperti tujuh langit
dan tujuh bumi apabila sebagian digabung dengan sebagian yang lain.
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ “yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa”. Didalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa sorga
adalah makhluk dan ia diluar ‘alam ini.
________________________________
“وَسَارِعُوا “ Ahli
Madinah dan Syam membacanya “سَارِعُوا “ tanpa
wawu, dan yang lainnya membacanya dengan wawu.
“إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
“ Maksudnya bersegeralah dan berpaculah kepada
‘amal-‘amal yang berhak mendapatkan ampunan. Ibnu ‘Abbas berkata; Kepada Islam,
dalam riwayat yang lain Ibnu ‘Abbas berkata; Kepada taubat. ‘Ikrimah dan ‘Aly
bin Abu Thalib berkata; Kepada memenuhi semua kewajiban. Abu Al ‘Aliyah
berkata: Kepada hijrah. Ad Dlahhak berkata; Kepada jihad. Muqatil berkata;
Kepada ‘amal-‘amal shalih. Dan diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa yang
dimaksud “Maghfirah” adalah Takbir yang pertama.
“وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ “ Sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman dalam surat Al Hadid ayat 21; “وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ “ (Dan sorga yang luasnya
seluas langit dan bumi). Luas ditentukan untuk faidah mubalaghoh karena panjang
tiap-tiap sesuatu pada umumnya lebih banyak daripada luasnya. Seseorang
berkata; Ini adalah shifat luasnya sorga, lalu bagaimana dengan panjangnya? Az Zuhri
berkata; Ini adalah shifat luasnya sorga, sedangkan panjangnya tidak ada yang
mengetahui kecuali Allah, luas disini adalah sebagai perumpamaan, bukanlah luas
sorga itu benar-benar seluas langit dan bumi, bukan pula ma’na luas sorga
seluas tujuh langit dan tujuh bumi menurut anggapanmu, sebagaimana firman Allah
Ta’ala; “Mereka kekal didalamnya selama ada langit dan bumi”,(Qs. Hud 107),
yaitu; menurut anggapanmu, bila tidak, maka (tidak ada pilihan lagi kecuali)
keduanya (langit dan bumi) harus dihilangkan.
Anas
bin Malik ditanya tentang sorga; Apakah ia dilangit ataukah dibumi? Anas bin
Malik balik bertanya; Mana ada langit dan bumi yang dapat memuat sorga? Lalu
dimana ia? Anas bin Malik menjawab; Diatas langit ketujuh, dibawah ‘Arsy dan
neraka jahannam berada di bawah bumi yang ketujuh.(Ma’alim).
Diriwayatkan
dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda;
“Telah datang Jibril kepadaku dan berkata; Wahai Muhammad, tidaklah seseorang
bershalawat kepadamu kecuali 70 riba malaikat memohonkan ampun untuknya, dan
barangsiapa yang malikat memohonkan ampun untuknya, ia termasuk ahli sorga”.
Diriwayatkan
dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Takbiratul ihram (takbir
pertama) yang seorang mu’min menemukannya bersama imam adalah lebih baik
baginya daripada hajji dan ‘umrah, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala
bershadaqah emas seberat gunung Uhud kepada orang miskin, dan setiap raka’atnya
dicatat ‘ibadah satu tahun, dan Allah mencatat untuknya dua kebebasan; Bebas
dari api neraka dan bebas dari kemunafikan, dan ia tidak akan keluar dari dunia
hingga melihat tempatnya disorga, dan ia akan masuk sorga tanpa hisab”.
Para
‘ulama’ berselisih tentang batasan
takbir yang pertama, sebagian berkata; Sampai imam selesai dari bacaan fatihah,
sebagian lagi berkata; Sampai imam memulai bacaan (fatihah), dan sebagian besar
ahli tafsir memilih pendapat yang pertama.(Misykatul Anwar).
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa yang menghidupkan malam
pertama dari bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati pada hari semua hati
mati, dan Allah Ta’ala benar-benar akan mencurahkan kebaikan dari atas
kepalanya, dan ia keluar dari dosa seperti hari saat ia dilahirkan oleh ibunya,
dan ia mendapat ijin untuk menolong 70 ribu orang ahli berbuat kesalahan yang
berhak masuk neraka”. Dimikianlah yang dijelaskan dalam kitab Lubbul Albab nya
tuan Tajul ‘Arifin.(Aghrojiyah).
Dari
Anas bin Malik dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda;
“Barangsiapa yang shalat 20 raka’at dengan 10 kali salam setelah shalat maghrib
disuatu malam dari bulan Rajab dan pada tiap-tiap raka’at membaca surat Al
Fatihah dan Al Ikhlas, maka Allah Ta’ala akan melindungi ahli rumah dan
keluarganya dari bala’ dunia dan siksa akhirat”.(Zubdah).
(Menurut
Muhammad bin’Aliy bin Muhammad Asy Syaukaniy; Hadits ini adalah maudlu’).
Diriwayatkan
dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam
beliau bersabda; “Ingatlah bahwa bulan Rajab adalan bulan Allah yang tuli (dari ‘amal jelek), barangsiapa
yang berpuasa satu hari darinnya karena iman dan mengharap pahala dari Allah,
maka ia berhak mendapatkan ridla Allah yang besar. Barangsiapa yang berpuasa
dua hari, maka penghuni langit dan bumi tidak akan mampu menyifati kemuliannya
di sisi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang berpuasa tiga hari, maka ia akan di
terlindungi dari semua bala’ dunia dan siksa akhirat, gila, kusta, lepra dan
dari fitnah Dajjal. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari, maka tujuh pintu
neraka jahannam dikunci darinya. Barangsiapa yang berpuasa delapan hari, maka
tujuh pintu sorga dibuka baginya. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka
tidaklah ia memohon sesuatu kepada Allah kecuali Allah akan memberinya.
Barangsiapa yang berpuasa lima belas hari, maka Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya
yang telah lalu dan mengganti ‘amal jeleknya dengan kebaikan, dan barangsiapa
yang menambah, maka Allah Ta’ala akan menambah pahalanya.(Zubdah).
Diriwayatkan
dari Nabi shallallahu Ta’ala ‘alaihi wasallam beliau bersabda; “Pada malam
mi’raj aku melihat sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih dingin dari
salju dan lebih wangi dari misik, lalu aku bertanya kepada Jibril; Untuk
siapakah ini? Jibril menjawab; Untuk orang yang bershalawat atasmu dibulan
Rajab”.
Diriwayatkan
dari Muqatil radliyallahu ‘anhu ia berkata; Sesungguhnya dibalik gunung Qof
terdapat bumi berwarna putih, tanahnya seperti perak, luasnya seluas dunia
tujuh kali lipat dan penuh dengan para malaikat, seandainya ada jarum yang
jatuh, niscaya jarum itu akan mengenai mereka, pada tangan mereka masing-masing
memegang bendera yang bertuliskan; Laa ilaaha illallahu Muhammadurrasulullahi,
setiap malam jum’at dari bulan Rajab mereka berkumpul di sekeliling gunung Qof
merendahkan diri memohonkan keselamat bagi ummat Muhammad ‘alaihishshalatu
wassalam dan berkata; Wahai Tuhanku, ‘Sayangilah ummat Muhammad dan janganlah
Engkau menyiksanya’, dan mereka merendahkan diri memohonkan ampun sampai
shubuh, lalu Allah Ta’ala berfirman; Wahai malaikat-Ku, demi kemuliaan dan
keagungan-Ku, Aku benar-benar memberi ampun bagi mereka (ummat
Muhammad).(Majalisul Anwar).
Dikatakan;
Bulan Rajab memiliki tiga huruf; Ro’ nya menunjukkan arti; Rahmatullah (rahmat
Allah), Jim nya menunjukkan arti; Jarmil ‘abdi (dosa seorang hamba), dan Ba’
nya menunjukkan arti; Birrullahi Ta’ala (kebaikan Allah Ta’ala). Maksudnya;
Seolah-olah Allah Ta’ala berfirman; Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu diantara
kebaikan dan rahmat-Ku hingga tidak ada dosa yang tersisa bagimu lantaran
kemuliaan bulan Rajab.(Majalisul Anwar).
Dan
dikatakan; Bahwa ketika bulan Rajab telah berlalu, maka ia naik kelangit, lalu
Allah Ta’ala bertanya; Wahai bulan-Ku, apakah para makhluk mencintaimu dan
mengagungkanmu? Rajab diam tidak menjawab hingga Allah Ta’ala mengulangi
pertanyaannya dua sampai tiga kali, kemudia Rajab menjawab; Wahai Tuhanku,
Engkau adalah Dzat yang Maha menutupi aib, Engkau pun memrintahkan makhluk-Mu
untuk menutupi aib makhluk lainnya dan Rasul-Mu menyebutku dengan nama “Ashom”
(tuli), aku hanya mendengar ketha’atan mereka dan tidak mendengar kema’shiyatan
mereka. Karena itulah bulan Rajab dinamakan bulan Al Ashom. Kemudian Allah
Ta’ala berfirman; Engkau adalah bulan-Ku yang memiliki aib, yang tuli, dan
hamba-hamba-Ku juga memiliki aib, sebagaimana Aku menerimamu, Aku pun akan
menerima mereka lantaran kemuliyaanmu, Aku akan mengampuni mereka dengan satu
penyesalan didalammu dan Aku tidak akan mencatat kema’shiyatan bagi mereka
didalammu.(A’rajiyyah).
Dan
dikatakan; Bulan Rajab dinamakan bulan Al Ashom karena malaikat Kirom Al
Katibin (malaikat yang mulia pencatat ‘amal) mencatat ‘amal-‘amal baik dan
jelek didalam semua bulan kecuali di bulan rajab, pada bulan ini mereka hanya
mencatat ‘amal-‘amal baik dan tidak mencatat ‘amal-‘amal jelek, karena dibulan
ini mereka tidak mendengar kejelekan untuk dicatatnya.(Misykatul Anwar).
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Bulan Rajab adaln bulan Allah, bulan
Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadlan adalah bulan ummatku”.
(maksudnya;
Allah Ta’ala membuka untuk hamba-Nya pintu ma’af dan pengampunan di bulan rajab
tanpa lantaran syafa’at seseorang, sedangkan di bulan sya’ban dengan lantaran
syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan di bulan ramadlan dengan
lantaran syafa’at ummat. Bughyah. Pnt).
Abu
Muhammad Al Khalal mentakhrij keutamaan bulan Rajab dari Ibnu ‘Abbas
radliyallau ‘anhuma ia berkata; Sesungguhnya Nabi ‘alaihishshalatu wassalam
tidak pernah berpuasa setelah bulan Ramadlan kecuali bulan Rajab dan Sya’ban.
Al
Bukari dan Muslim mentakhrij suatu hadits bahwasanya Nabi ‘alaihishshalatu
wassalam bersabda; “Sesungguhnya di sorga terdapat sungai bernama Rajab, airnya
putih lebih putih dari susu, lebih manis dari madu, barangsiapa yang berpuasa
satu hari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari air sungai
tersebut”.(A’rajiyyah).
Dinamakan
Rajab karena orang ‘Arab mengagungkannya, mereka berkata; Rajabtu asy syai’a
(aku mengagungkan sesuatu), jika mereka mengagungkan sesuatu. Diantara
pengagungan mereka terhadap bulan Rajab ialah; Petugas Ka’bah membuka pintu
Ka’bah di bulan ini sebulan penuh, sedangkan di bulan-bulan yang lain mereka
tidak membukanya kecuali pada hari Senin dan Kamis, mereka berkata; Bulan ini
adalah bulan Allah, Rumah ini adalah Rumah Allah dan semua hamba adalah hamba Allah,
maka seorang hamba tidak terhalang dari Rumah Allah di bulan Allah
ini.(A’rajiyyah).
●
HIKAYAT ●
Diceritakan,
bahwa di Baitul Muqoddas ada seorang wanita yang ahli ‘ibadah, apabila bulan
Rajab tiba, setiah hari ia membaca surat Al Ikhlash sebanyak 12 kali karena
mengagungkannya, dan ia melepas pakaian yang hakus dan memakai pakaian yang
kasar. Kemudian, pada bulan Rajab ia menderita sakit dan berwashiyat kepada putranya
untuk mengubur dan membungkusnya dengan pakaian kasarnya, namun putranya
membungkusnya dengan kain yang bagus karena pamer, maka ia bermimpi melihat
ibunya berkata; Wahai anak kecilku, kenapa engkau tidak melaksanakan
washiyatku, sungguh aku tidak ridla kepadamu? Ia terkejut dan terbangan, lantas
ia segera menggali kuburan ibunya, namun ia tidak menemukan jasad ibunya disana,
ia bingung dan menangis sedih, lalu ia mendengar seruan berkata; ‘Apakah kamu
tidak tahu bahwa orang yang mengagungkan bulan kami yaitu Rajab kami tidak akan
meninggalkannya seorang diri’.(Zubdatul Wa’idzin).
Diriwayatkan
dari Abu Bakar As Shiddiq radliyallahu Ta’ala ‘anhu ia berkata; Apabila
sepertiga malam dari bulan Rajab telah berlalu pada awal jum’at tidak satupun
malaikat langit dan bumi kecuali semuanya berkumpul di Ka’bah, lalu Allah
Ta’ala memandang mereka dan berfirman; ‘Wahai para malaikat-Ku, mohonlah apa
yang kalian kehendaki’. Para malaikat berkata; Wahai Tuhan kami, hajat kami
ialah agar Engkau mengampuni orang yang berpuasa dibulan Rajab, Allah Ta’ala
berfirman; ‘Aku benar-benar telah mengampuni mereka’.
Diriwayatkan
dari ‘A’isyah radliyallahu Ta’ala ‘anha ia berkata, Nabi ‘alaihishshalatu
wassalam bersabda; “Pada hari kiamat semua manusia kelaparan kecuali para Nabi,
keluarganya dan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadlan,
sesungguhnya mereka kenyang, tidak ada lapar dan dahaga bagi mereka”.(Zubdatul
Wa’idzin).
Diriwayatkan
dalam sebuah khabar; “Pada hari kiamat sang penyeru akan berseru; Dimanakah
Rajabiyyun (orang-orang yang senentiasa ber’ibadah dibulan Rajab)? Lalu mereka melewati
Shirath bagaikan petir menyambar kemudian bersujud kepada Allah Ta’ala
bersyukur karena dapat melewati Shirath, lantas Allah Ta’ala berfirman; Wahai
Rajabiyyun, angkatlah kepala kalian pada hari ini, kalian telah melakukan sujud
didunia didalam bulan-Ku, pergilah ketempat kalian”.(Rawnaqul Majalis).
●
HIKAYAT ●
Diceritakan
dari Tsauban ia berkata; Kami bersama Nabi ‘alaihishshalatu wassalam melewati
suatu kuburan, lalu beliau berhenti dan menangis sedih, kemudian berdo’a kepada
Allah Ta’ala, aku bertanya kepada beliau; Kenapa engkau menangis wahai
Rasulallah? Beliau menjawab; “Wahai Tsauban, ahli kubur itu sedang disiksa
didalam kuburnya, aku berdo’a untuk mereka”. Maka Allah Ta’ala meringankan
siksa mereka, lalu Nabi ‘alaihishshalatu wassalam berfirman; “Wahai Tsauban,
seandainya mereka berpuasa satu hari dari bulan Rajab dan tidak tidur
ber’ibadah malam darinya, maka mereka tidak akan disiksa didalam kuburnya”. Aku
bertanya; Wahai Rasulallah, apakah puasa satu hari dan ‘ibadah malam dari bulan
Rajab dapat mencegah siksa kubur? Beliau menjawab; “Wahai Tsauban, demi Dzat
yang mengutusku sebagai Nabi yang haq, tidaklah seorang muslin atau muslimat
yang berpuasa satu hari dan ber’ibadah malam dari bulam Rajab karena mengharap
ridla Allah Ta’ala, maka Allah akan mencatat baginya pahala ‘ibadah selama satu
tahun disertai puasa disiang hari dan ‘ibadah dimalam harinya”.(Zubdatul
Wa’idzin).
Para
ahli hadits berkata; Hadits yang menerangkan tentang shalat Rogho’ib adalah
maudlu’, sedangkan orang yang diduga sebagai pembuatnya adalah Ibn Al Jahmi, dan
setelah menjelaskannya tidak mencantumkan adanya hadits itu disebutkan dalam
sebagian kitab dan risalah. Karena kami mengetahui masalah Agama yang
mendapatkan pahala atau siksa dari pambawa syari’at karena tidak adanya
kemampuan akal, dan shalat yang dilakukan pada malam itu Nabi ‘alaihishshalatu
wassalam tidak pernah mengerjakannya, tidak pula salah seorangpun dari shahabat
beliau, dan beliau tidak pernah menganjurkannya, maka mengerjakan shalat
tersebut tidak mendapatkan pahala bahkan termasuk bermain-main yang
dihawatirkan akan mendapatkan siksa.(Rumy).
(Catatan;
Shalat Rogho’ib ialah shalat yang dikerjakan pada malam Jum’at pertama dari
bulan Rajab diantara maghrib dan ‘isya’ sebanyak 12 raka’at dengan enam kali
salam (dan didahului dengan berpuasa pada hari kamis), setiap raka’at membaca
surat Al Fatihah satu kali, Al Qadr tiga kali dan Al Ikhlash 12 kali, setelah
salam membaca; “Allahumma shalli ‘ala Muhammadininnabiyyil ummiyyi wa ‘ala
alihi” 70 kali, lalu sujud, dan disaat sujud membaca; “Subbuhunquddusu Rabbul malaikati
warruh” 70 kali, lalu bangun dari sujud dan membaca; “Robbighfir warham
watajawaz ‘amma ta’lam, innaka antal ‘aliyyul a’dzim” (pada redaksi lain
berupa; innaka antal ‘aliyyul a’azzul akrom) 70 kali, lalu sujud lagi dan
membaca seperti bacaan sujud sebelumnya kemudian berdo’a kepada Allah didalam
sujud, maka Allah tidak akan menolak do’anya. Hadits ini aku temukan dalam
kitab Razin dan aku tidak pernah menemukannya dlam kitab hadits manapun.
(Jami’ul Ushul fi Ahaditsirrosul). Pnt).
Berkata
Imam Al Mawardi didalam kitab Al Iqna’; Berpuasa pada bulan Rajab dan Sya’ban
disunnahkan, sedangkan shalat khusus yang ditentukan pada bulan itu tidak
memiliki ketetapan, maka bagi orang yang baik Agamanya dan tunduk dianjurkan
untuk tidak menghiraukan apa yang dilakukan orang-orang zaman sekarang dan
tidak tertipu dengan meluasnya hal tersebut didalam Dar Al Islam yang banyak
terdapat dalam Negara-negara besar berupa Shalat Rogho’ib pada malam Jum’at
pertama dari bulan tersebut karena Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda;
“Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan Agama), sebab setiap
perkara yang baru adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat dan setiap
kesesatan tempatnya dineraka”. Dalam hadits yang lain beliau ‘alaihishshalatu
wassalam bersabda; “Seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang di
ada-adakan (dalam urusan Agama)”. Dan masing-masing dari dua hadits ini
menunjukkan adanya shalat pada malam itu adalah bid’ah dan sesat karena
termasuk hal baru yang di ada-adakan dalam urusan Agama karena tidak terdapat
pada masa Shahabat dan Tabi’in tidak pula dizaman Imam-iman Mujtahid bahkan itu
terjadi setelah tahun 400 Hijriyah, karena itu ‘ulama’ mutaqaddimin tidak
mengetahuinya dan tidak berbicara tentangnya, dan ‘ulama’ mutaakhkhirin mencelanya
dan menjelaskan bahwa shalat itu adalah bid’ah qobihah yang mengandung
kemungkaran, maka tinggalkanlah shalat ini dan berpegang teguhlah dengan
ketha’atan hingga engkau mendapatkan sorga yang luhur dan derajat yang
tinggi.(Majalisu Ar Rumy).
Pemilik
kitab Majma’al Bahraini berkata didalam syarahnya; Pada suatu hari raya seorang
laki-laki yang tinggal digurun hendak mengerjakan shalat sebelum shalat hari
raya, maka ‘Aly karramallahu wajhah mencegahnya, lalu laki-laki itu
berkata; Wahai Amirul mu’minin, aku
yakin bahwa Allah Ta’ala tidak akan menyiksa atas shalat ini. ‘Aly karramallahu
wajhah berkata; ‘Akupun yakin bahwa Allah Ta’ala tidak akan mengganjar suatu
perbuatan hingga Rasulullah mengerjakannya dan menganjurkan atasnya, shalatmu
ini main-main dan main-main adalah haram, Allah Ta’ala pasti menyiksamu
karenanya, sebab kamu menyelisihi utusan-Nya, ambillah apa yang aku jelaskan
ini dan janganlah kamu menjadi orang yang meragukan’.(ringkasan dari Majalisu
Ar Rumy).
Diriwayatkan
dalam suatu khabar dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda;
“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan wajah bidadari dari empat macam warna; Putih,
Hijau, Kuning dan merah, badannya dari za’faran, misik, ‘anbar dan kapur barus,
rambutnya dari bunga anyelir, dari jari-jari kaki sampai lututnya dari za’faran
yang wangi, dari lutut sampai pusarnya dari misik, dari pusar sampai lehernya
dari ‘anbar dan dari leher sampai kepalanya dari kapur barus, seandainya ia
menludah sekali didunia niscaya dunia akan menjadi misik, didadanya tertulis
nama suaminya dan nama Allah Ta’ala, antar dua pundaknya berjarak satu farsakh,
masing-masing dari kedua tangannya memakai 10 gelang dari emas, jari-jarinya
memakai 10 cincin dan kedua kakinya memakai gelang kaki dari lu’lu’”.(Daqoiqul
Akhbar).
assalamualaikom....punya kitab ini ful tak dengan terjumahannya?
BalasHapusMajlis 25 itu kak
BalasHapusTerimakasih sudah berbagi ilmunyam semoga bermanfaat,.
BalasHapusMampir juga ke blog saya http://bit.ly/2XcwzNK
alhamdulillaah, ditunggu bacaan selanutnya min. semoga bermanfaat amin
BalasHapusAlhamdulillah
BalasHapusTerimakasih... Ilmunya, semoga berkah untuk semuanya. Sukses selalu
BalasHapusSemoga dengan itu pembendaharaan ilmu bisa bertambah...
BalasHapus