DAQO'IQUL AKHBAR MENGENAL PENCIPTAAN DARI AWAL HINGGA AKHIR BAG. 46
PENGHUNI SURGA DAN KENI’MATAN SURGA
Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa dibalik Shirath ada tanah lapang dan disana ada pepohonan yang indah. Dibawah setiap pohon, disebelah kanan dan kirinya terdapat dua mata air yang bersumber dari surga. Orang-orang mu’min ketika telah bangkit dari kubur, berada dibawah panas matahari, dihisab, membaca buku catatan ‘amal, meniti Shirath, melintasi neraka dan sampai pada tanah lapang, kemudian mereka minum air dari salah satu mata air tersebut. Apabila air telah sampai di dada mereka, maka keluarlah semua yang ada didalam dadanya yang berupa shifat dendam, tipu daya dan hasud. Dan apabila air telah berada dalam perut mereka, maka keluarlah semua yang ada dalam perutnya yang berupa penyakit dan kotoran hingga dzahir dan bathin mereka menjadi bersih. Kemudian mereka medatangi mata air yang satunya lagi dan mandi didalamnya hingga wajah mereka bersinar bagaikan bulan purnama, jiwa dan raganya harum bagaikan misk. Lalu mereka pergi menuju pintu surga dan mengetuknya, lantas para bidadari dengan membawa piring besar menjemput suami mereka masing-masing lalu memeluknya dan berkata; “Anta habiibii wa ana radliyatun ‘anka wa uhibbuka abadan”(Engkau adalah kekasihku, aku ridlo kepadamu dan mencintaimu selama-lamanya). Kemudian mereka masuk bersama-sama kerumah masing-masing. Didalam setiap rumah telah disiapkan 70 ranjang. Tiap-tiap ranjang miliki 70 kasur, tiap-tiap kasur seorang isteri dan tiap-tiap isteri memiliki 70 gaun indah. Sungsumnya terlihat dari balik gaunnya. Sekiranya sehelai rambut wanita surga jatuh kebumi niscaya sehelai rambut itu akan menerangi penduduk bumi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Pakaian surga memancarkan cahaya indah. Didalam surga tidak ada siang, malam dan tidur, karena tidur adalah saudaranya mati. Dinding surga dikelilingi tujuh pagar tembok yang mengelilingi seluruh surga. Dinding pertama dari perak, ke dua dari emas, ke tiga dari zabarjad, ke empat dari mutiara’, ke lima dari intan, ke enam dari yaqut dan ke tujuh dari nur yang berkilauan. Jarak antara setiap pagar sejauh perjalanan 500 tahun. Sedangkan laki-laki penghuni surga adalah pemuda berusia sedang, memakai celak mata, berkumis tipis. Namun kumis tidak dimiliki oleh wanita karena untuk mebedakan antara laki-laki dan wanita.
Dalam sebuah khabar diriwayatkan bahwa setiap orang dari penghuni surga meliliki 70 pakaian yang setiap jamnya berubah-rubah warna sebanyak 70 macam warna. Wajah suaminya dapat dilihat diwajah isterinya dan wajah isterinya dapat dilihat diwajah suaminya, dada dan betis isterinya dapat dilihat di dada dan betis suaminya. Mereka tidak ber ludah dan ber ingus, dan mereka tidak memiliki bulu kecuali dua alis,rambut kepala dan mata.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu; Demi Dzat yang telah menurunkan kitab Al Qur’an kepada Nabi-Nya. Sesungguhnya penghuni surga makin hari makin bertambah tanpan dan menawan. Setiap laki-laki diberi kekuatan seratus orang dalam hal makan, minum dan jima’ (senggama). Mereka menjima’ isterinya seperti halnya didunia selama bertahun-tahun (80 tahun) sama-sama tidak mengeluarkan mani. Dan setiap harinya mereka menemukan seratus macam makanan.
Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma; Apabila kekasih Allah Ta’ala makan buah-buahan yang disukai dan menginginkan makanan yang lain, maka Allah Ta’ala memerintahkan untuk mendatangkan makanan kepadanya, lantas malaikat mengantarkan kepadanya 70 pinggan dari intan dan yaqut dengan 70 macam hidangan. Tiap-tiap hidangan ada seribu piring dari emas sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya”.(Qs. Az Zukhruf 71). Dan tiap-tiap makanan tidak ada yang tersentuh oleh api, tidak ada yang dimasak oleh juru masak dan tidak ada yang dimasak dalam periuk tembaga dan semacamnya. Akan tetapi Allah Ta’ala berfirman kepadanya; “Kuunii” (Jadilah!), maka jadilah ia tanpa susah payah. Lalu wali Allah Ta’ala memakannya dari piring-piring tersebut apapun yang ia suka. Ketika telah kenyang, maka turunlah burung-burung surga yang besar seperti unta lantas membentangkan sayapnya diatas wali Allah Ta’ala dan berkata; Wahai wali Alllah, Makanlah daging yang segar!. Aku begini dan begitu, aku minum air dari telaga zanjabil dan kafur dan dipelihara di taman-taman surga. Kemudian wali Allah Ta’ala ingin memakan daging burung itu, lantas Allah Ta’ala memerintahnya turun untuk menjadi hidangan yang disukainya. Maka jadilah ia gorengan, lalu wali Allah Ta’ala memakan daging burung tersebut. Kemudian dengan idzin Allah Ta’ala burung itu kembali seperti semula. Makanan surga tidak pernah basi. Apabila dimakannya, sedikitpun tidaklah berkurang. Perumpamaannya adalah Al Qur’an. Ia dikaji dan diajarkan, namun sediktipun tidaklah berkurang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Sesungguhnya penghuni surga itu makan dan minum. Namun mereka tidak pernah memiliki hajat (buang air), hajat mereka adalah keringat yang keluar dari jasad-jasad mereka yang wangi seperti misk. Demikianlah selama-lamanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka bersinar bagaikan bulan purnama dan rombongan berikutnya yang mengiringi mereka bagaikan bintang yang sangat terang cahayanya. Hati mereka bagaikan hati seorang laki-laki yang tidak pernah berselisih dan saling membenci di antara mereka. Setiap orang dari mereka memiliki istri bidadari yang setiap istri itu sungsum tulangnya terlihat dari balik betis-betis mereka dari balik daging mereka karena teramat sangat cantiknya. Tidak ada perselisihan (pertengkaran) di sana dan tidak ada pula saling benci. Hati mereka bagaikan hati yang satu yang senantiasa bertasbih pagi dan petang. Hadza min ziyadati.
وَالْمَذْهَبُ فِي هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ الْأَئِمَّةِ مِثْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَابْنِ عُيَيْنَةَ وَوَكِيعٍ وَغَيْرِهِمْ أَنَّهُمْ رَوَوْا هَذِهِ الْأَشْيَاءَ ثُمَّ قَالُوا تُرْوَى هَذِهِ الْأَحَادِيثُ وَنُؤْمِنُ بِهَا وَلَا يُقَالُ كَيْفَ وَهَذَا الَّذِي اخْتَارَهُ أَهْلُ الْحَدِيثِ أَنْ تُرْوَى هَذِهِ الْأَشْيَاءُ كَمَا جَاءَتْ وَيُؤْمَنُ بِهَا وَلَا تُفَسَّرُ وَلَا تُتَوَهَّمُ وَلَا يُقَالُ كَيْفَ وَهَذَا أَمْرُ أَهْلِ الْعِلْمِ الَّذِي اخْتَارُوهُ وَذَهَبُوا إِلَيْهِ .
Madzhab yang benar tentang hal ini menurut Ahlul ‘ilmi dari kalangan para imam serperti Sufyan Ats Tsauri, Malik bin Anas, Ibnu Al Mubarak, Ibnu ‘Uyainah, Waki' dan lainnya bahwa mereka (di akhirat) melihat hal-hal tersebut. Mereka berkata; Hadits-hadits ini diriwayatkan dan kami mengimaninya, tidak ditanyakan bagaimananya (tekhnisnya). Inilah madzhab yang dipilih oleh Ahli hadits; hal-hal itu akan terlihat seperti yang disebutkan dalam hadits dan seperti yang diimani, tidak ditafsirkan, diduga dan ditanyakan bagaimananya. Inilah pandangan Ahlul ‘ilmi yang mereka pilih dan kemukakan.(Sunan Tirmidzi). Wahadza min ziyadati aidlon.
الحمد لله على نعمه والشكر على مواهب كرمه ، والصلاة والسلام على سيد نا محمد خير خلقه وعلى آله وصحبه ما أضآء نور فى أفقه (أما بعد)
Alhamdulillah berkat petunjuk dan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala, penerjemahan kitab “DAQO’IQUL AKHBAR” telah selesai di Bengkulu pada hari kamis akhir bulan Rabi’utstsani tanggal 29 1436 H./19 Februari 2015 M. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjadikan kitab ini bermanfa’at bagi kita semua, serta senantiasa memberikan rahmat, maghfirah dan ridla-Nya kepada penyusun kitab ini, penulisnya, kaum muslimin dan muslimat seluruhnya. Amin.
إن تجد فى التركيب والإعراب # عـيـبا فكن مـصلحا بالتـصويب
Tammat
Wallahu ‘A’lam
Penerjemah;
Al Faqir Syamsul Arifin
Komentar
Posting Komentar