DAQO'IQUL AKHBAR MENGENAL PENCIPTAAN DARI AWAL HINGGA AKHIR BAG. 7


BAB TUJUH TENTANG
JAWABAN ANGGOTA BADAN

Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa ketika Allah Ta’ala hendak mencabut ruh seorang hamba, malaikat Maut datang dari arah mulut untuk mencabut ruh dari mulutnya. Tiba-tiba keluarlah dzikir dari dalam mulutnya dan berkata; Tidak ada jalan bagimu dari arah ini, karena telah lama Allah menggerakkan lisannya untuk berdzikir kepada-Nya. Maka malaikat Maut pergi menghadap Allah Ta’ala dan berkata; Wahai Tuhanku! hamba-Mu berkata begini dan begini. Allah Ta’ala memberi titah; Cabutlah dari arah lain. Lantas malaikat Maut datang dari arah tangan. Tiba-tiba keluarlah shadaqah dari tangannya dan berkata; Tidak ada jalan bagimu dari arah ini, karena dia telah banyak menshadaqahkanku, dengan tangannya dia mengusap kepala anak yatim, dengan tangannya dia menulis dan dengan tangannya dia mengayunkan pedang untuk memenggal leher orang kafir. Lantas malaikat Maut datang dari arah kaki. Kaki berkata; Tidak ada jalan bagimu dari arahku, karena denganku dia berjalan menuju shalat berjama’ah, hari raya dan majlis belajar mengajar. Lantas malaikat Maut datang dari arah telinga. Telinga berkata; Tidak ada jalan bagimu dari arahku, karena denganku dia mendengarkan Al Qur’an, adzan dan dzikir. Lantas malaikat Maut datang dari arah mata. Mata berkata; Tidak ada jalan bagimu dari arahku, karena denganku dia melihat mushhaf, wajah ‘ulama’, kedua orang tuanya dan wajah orang-orang shalih. Lantas malaikat Maut pergi menghadap Allah Ta’ala dan berkata; Wahai Tuhanku! sesungguhnya hamba-Mu berkata benini dan begini. Allah Ta’ala berfirman; Wahai malaikat Maut gantungkan nama-Ku pada telapak tanganmu dan tunjukkan pada ruh hamba-Ku hingga dia melihatnya. Lantas malaikat Maut pergi dan menulis nama Allah pada telapak tangannya, kemudian ia menunjukkannya pada ruh seorang hamba, maka ruh lantas mengabulkannya, dan ruh seorang hamba keluar berkat nama Allah hingga hilang rasa pahitnya lepasnya ruh. Bagaimana mungkin pedihnya siksa tidak akan hilang dari seorang hamba bilamana dalam dadanya terukir nama Allah Ta’ala?. Karena Allah Ta’ala telah berfirman; “Maka apakah orang-orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (Qs. Az Zumar 22). Mungkinkah pedihnya siksa dan hal-hal yang sangat mengerikan kelak pada hari kiamat tidak akan dihilangkan?.

Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa racun yang mematikan itu ada lima dan penawarnyapun juga ada lima; Dunia adalah racun yang mematikan, zuhud adalah penawarnya. Harta adalah racun yang mematikan, zakat adalah penawarnya. Bicara adalah racun yang mematikan, dzikir kepada Allah adalah penawarnya. Usia semuanya adalah racun yang mematikan, tha’at adalah penawarnya. Semua tahun adalah racun yang mematikan, penawarnya adalah bulan ramadlan.

Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa ketila naza’ (keluarnya ruh) seorang hamba sedang berlangsung maka terdengar seruan dari sisi Allah Yang Maha Pengasih; Tinggalkanlah dia hingga beristirahat sejenak. Setelah ruh sampai didada, Allah memberi titah; Tinggalkanlah dia hingga beristirahat sejenak. Demikian pula ketika ruh sampai pada kedua lutut dan pusar. Bila ruh telah sampai pada tenggorokan datang lagi seruan; Tinggalkanlah dia hingga sebagian anggota berpamitan pada anggota yang lain. maka mata yang satu lantas berpamitan pada mata yang lain. Saat berpamitan ia berkata; Assalaamu ‘alaikum ilaa yaumil qiyaamati (semoga sejahtera senantiasa terlimpahkan atas dirimu sampai hari kiamat). Demikian pula halnya dengan kedua telinga, dua tangan, dua kaki, dan ruh pun juga berpamitan pada jasad. Maka hendaknya kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari berpamitannya iman pada lisan dan berpamitannya ma’rifat dan iman pada hati. Lantas tinggallah kedua tangan tanpa dapat bergerak, kedua kaki tanpa dapat bergerak, kedua mata tanpa dapat melihat, kedua telinga tanpa dapat mendengar dan badan tanpa ruh. Jika adanya lisan tanpa Iman dan hati tanpa ma’rifat, maka akan bagaimana keadaan seorang hamba dalam kuburnya? Seseorang tidak dapat melihat siapapun, tidak pada bapak, ibu, anak, saudara, teman, alas tidur dan hijab. Jikalau dia tidak dapat melihat pada Tuhan Yang Maha Pemurah maka dia akan rugi serugi ruginya. Imam Abu Hanifah berkata; Kebanyakan iman seseorang terlepas pada saat naza’. Semoga Allah senantiasa melindungiku juga kalian semua dari terlepasnya iman. Amiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4