DAQO'IQUL AKHBAR MENGENAL PENCIPTAAN DARI AWAL HINGGA AKHIR BAG. 11


BAB SEBELAS TENTANG
PERKATAAN RUH SETELAH KELUAR

Dalam sebuah khabar yang dirwayatkan dari ‘A’isyah radliyallahu ‘anha ia berkata; Tatkala aku duduk bersila dirumah, tiba-tiba Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan mengucapkan salam kepadaku, lalu ketika aku akan berdiri karena hendak hormat kepadanya sebagaimana yang telah menjadi kebiasaanku ketika beliau datang. Lantas Rasulallah bersabda; Duduklah ditempatmu, tidak ada suatu apapun yang mengharuskanmu berdiri wahai ummul mu’minin!. kemudian Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk, lantas meletakkan kepalanya dipangkuanku hinnga tertidur diatas tengkuknya, maka aku segera mencari uban dijenggotnya dan aku menemukan 19 rambut berwarna putih. Hatiku berkata; Bahwa beliau akan keluar dari dunia sebelum aku, dan tinggallah ummat ini tanpa seorang Nabi, maka aku menangis hingga air mataku mengalir dipipiku dan menetes pada wajah beliau hingga beliau terbangun dari tidurnya. Lantas beliau bertanya; Apakah gerangan yang membuatmu menangis wahai ummul mu’minin? Lalu aku menceritakannya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Manakah keadaan yang paling berat bagi mayyit? Aku berkata; Katakan saja wahai Rasulallah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Katakan saja! Aku berkata; Tidak ada keadaan yang paling berat bagi mayyit selain dari waktu keluarnya dari rumah, anak-anaknya bersedih dibelakangnya, mereka berkata; Aduhai bapakku!, Aduhai ibuku!. Orang tuanya berkata; Aduhai anak-anakku. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Keadaan ini berat bagi mayyit, tapi apa yang lebih berat dari itu? Aku berkata; Tidak ada keadaan yang paling berat bagi mayyit selain dari waktu ia diletakkan dalam kubur dan ditimbun tanah. Sanak kerabatnya, anak-anaknya serta kekasihnya pergi meninggalkannya. Mereka menyerahkannya kepada Allah Ta’ala beserta dengan perbuatannya, lalu datang malaikat Munkar dan Nakir dalam kuburnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Wahai ummul mu’minin! Apa yang lebih berat dari itu bagi mayyit? Aku berkata; Hanya Allah dan rasulnya yang lebih tahu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Wahai ‘A’isyah! Sesungguhnya keadaan yang paling berat bagi mayit adalah ketika orang-orang yang akan memandikannya masuk kedalam rumah karena untuk memandikannya. Mereka melepas cincin dari jari-jari tangannya, melepas gaun pengantin dan melepas sorban kebesaran para tuan guru dan ahli fiqih untuk dimandikannya. Pada saat itu ruh berseru setelah melihat jasadnya telanjang, ia berseru dengan suara yang dapat didengar oleh semua makhluq kecuali jin dan manusia; Wahai orang yang memandikan, aku memohon kepadamu demi Allah agar kamu melepas pakaianku dengan lembut, karena sesungguhnya saat ini aku meresa lega dari cabutannya malaikat maut.

Keteika air disiramkan ia juga menjerit; Wahai orang yang memandikan, demi Allah janganlah kamu menyiramkan airmu dalam keadaan panas, janganlah membuat airmu menjadi panas atau dingin, karena sesungguhnya jasadku terbakar akibat terlepasnya ruh.

Ketika orang-orang memandikannya ruh berkata; Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah kamu menyentuhku kuat-kuat, karena sesungguhnya jasadku terluka parah akibat keluarnya ruh.

Setelah selesai dimandikan, ketika dibungkus kafan dan kafan bagian kedua telapak kakinya diikat, ia berseru; Demi Allah wahai orang yang memandikan, janganlah kamu mengikat kafan kepalaku hingga aku melihat wajah keluargaku, anak-anakku dan kerabatku, karena ini adalah saat terakhir aku melihat mereka, hari ini aku akan berpisah dengan mereka dan tidak akan melihatnya lagi hingga hari kiamat.

Ketika mayyit dikeluarkan dari rumah ia berseru; Demi Allah wahai jama’ahku, janganlah kalian cepat-cepat membawaku hingga aku menitipkan rumahku, keluargaku, kerabatku dan hartaku. Dan ia berseru; Wahai jama’ahku, aku tinggalkan istriku dalam keadaan janda dan anak-anakku dalam keadaan yatim, maka hendaklah kalian tidak menyakiti mereka. Hari ini aku akan keluar dari rumahku dan tdak akan kembali lagi kepada mereka untuk selama-lamanya.

Ketika diletakkan dalam keranda, ia berkata; Demi Allah wahai jama’ahku, janganlah kalian cepat-cepat membawaku hingga aku mendengar suara keluargaku, anak-anakku dan kerabatku karena sesungguhnya aku hari ini akan berpisah dengan mereka sampai hari kiamat.

Ketika dibawa dalam keranda dan mereka melangkah sebanyak tiga langkah ia berseru dengan suara yang dapat didengar oleh semua makhluq kecuali jin dan manusia; Ruh barkata; Wahai kekasihku, Wahai saudaraku, wahai anak-anakku, janganlah kalian terpedaya oleh dunia sagaimana dunia memperdayaku, dan janganlah kalian dipermainkan zaman sebagaimana zaman mempermainkanku, jadikanlah aku sebagai teladan, sesungguhnya apa yang telah aku kumpulkan sejak dulu, kini aku tinggalkan untuk ahli waritsku namun mereka tidak dapat mananggung kesalahanku barang sedikitpun. Mengenai dunia Allah Ta’ala pasti akan menghisabku sedangkan mereka bersenang-senang dengannya lalu tidak mendo’akanku.

Ketika telah dishalati dan sebagian dari keluarganya juga teman-temannya pulang dari mushalla ia berkata; Demi Allah wahai saudara-saudaraku, sungguh aku tahu bahwa orang yang telah mati akan melupakan orang yang masih hidup, namun janganlah kalian melupakanku dengan cepat-cepat pulang sebelum kalian menguburku dan melihat tempatku. Wahai saudara-saudaraku, sungguh aku tahu bahwa wajah mayyit itu lebih dingin dari air yang sangat dingin dihati orang yang masih hidup, namun janganlah kalian segera pulang meninggalkanku.

Ketika diletakkan disamping kubur ia berkata; Demi Allah wahai orang-orang yang mengiringiku, wahai saudara-saudaraku, aku telah mendo’akan kalian, namun kalian tidak mendo’akanku.

Ketika dimasukkan dalam kubur ia berkata; Wahai ahli waritsku, aku tidaklah mengumpulkan harta yang banyak kecuali semua itu telah aku tinggalkan untuk kalian, maka ingat-ingatlah selalu diriku dengan besarnya jasaku kepada kalian, aku telah mengajari kalian Al Qur’an dan adab, maka janganlah kalian lupa untuk mendo’akanku.

Dalam hal ini ada sebuah hikayah dari Abu Qilabah radliyallahu ‘anhu yaitu tentang apa yang dia saksikan dalam mimpinya. Dalam mimpinya dia melihat pekuburan terbelah hingga seluruh penghuninya keluar dan duduk dipinggir kuburnya. Masing-masing orang dari mereka memegang pinggan dari nur, dan dia melihat diantara mereka ada seorang tetangganya yang tidak memegang suatu apapun, lantas aku bertanya kepadanya; Aku perhatikan semua orang memegang nur, namun mengapa aku tidak melihat tanganmu memegang suatu apapun? Mayyit menjawab; Mereka semua memiliki anak juga teman yang senantiasa menghadiahkan ‘amal kebaikannya serta bershadaqah untuk mereka dan nur itu berasal dari hadiah yang mereka berikan. Sedangkan aku hanya memiliki seorang anak laki-laki yang tidak shalih, tidak pernah mendo’akanku dan tidak pernah bershadaqah untukku. Karena itulah aku tidak memiliki nur dan aku merasa malu pada tetangga-tetanggaku. Setelah terbangun Abu Qilabah lantas mengundang anak orang tersebut dan mengabarkan tentang apa yang dilihat dalam mimpinya. Anak itu berkata; Aku bertaubat atas hal ini dan berjanji bahwa selama-lamanya aku tidak akan mengulangi apa yang telah aku lakukan selama ini. Kemudian anak itu sibuk dengan mengerjakan ketha’atan, berdo’a dan bershadaqah untuk orang tuanya. Beberapa waktu kemudian Abu Qilabah kembali bermimpi melihat pekuburan itu sebagaimana mimpinya yang pertama, dan ternyata mayyit laki-laki itu terlihat memegang nur yang bersinar terang lebih terang dari sinar matahari serta lebih banyak daripada nur shahabat-shahabatnya, dia lantas berkata kepadaku; Wahai Abu Qilabah semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, kini aku benar-benar terbebas dari rasa malu pada tetangga-tetanggaku.

Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa malaikat Maut menemui seorang laki-laki di nagara Iskandariyah. Laki-laki itu bertanya; Siapa kamu? Malaikat Maut menjawab; Aku adalah malaikat Maut. Lantas laki-laki itu menggigil ketakutan. Malaikat Maut bertanya; Apa maksudnya ini? Laki-laki itu menjawab; Karena taku api neraka. Malaikat Maut berkata; Tulislah kalam ini, dengan kalam ini kamu akan selamat dari api neraka. Laki-laki itu berkata; Baik. Lantas malaikat Maut mengambil kertas dan menulis BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM dan berkata; Ini adalah kebebasan dari api neraka.

Seorang laki-laki yang ‘arif mendengar seorang lelaki membaca BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM lantas berkata; Nama Al Habib (kekasih) ada didalam kalimat ini, bagaimana kamu memandangnya? Lelaki itu berkata; Orang-orang berkata; Dunia dibanding malaikat Maut tidak akan menyamai Daniq. Namun aku berkata; Dunia tanpa malaikat Maut tidak akan menyamai Daniq, sebab malaikat Maut dapat mengantarkan kekasih pada kekasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4