DAQO'IQUL AKHBAR MENGENAL PENCIPTAAN DARI AWAL HINGGA AKHIR BAG. 8


BAB DELAPAN TENTANG
BAGAIMANA SYAITHAN DAPAT MELEPASKAN IMAN

Dalam sebuah khabar disebutkan bahwa syaithan datang lalu duduk disamping kepala seorang hamba dan berkata kepadanya; Tinggalkanlah agama ini, katakan bahwa Tuhan itu dua, hingga kamu terbebas dari rasa sakit yang amat sangat ini. Apabila sudah demikian kejadiannya maka ini sungguh sangat menghawatirkan dan menakutkan. Maka hendaknlah kamu banyak menangis, mendekatkan diri kepada Allah, menghidupkan malam hari dengan memperbanyak ruku’ dan sujud hingga kamu selamat dari siksa Allah Ta’ala.

Imam Abu Hanifah ditanya; Dosa apakah yang paling ditakuti yang dapat melepaskan iman?. Beliau menjawab; Tidak mensyukuri iman, tidak takut akan datangnya akhir hayat dan berbuat dzalim kepada hamba-hamba Allah. Sungguh barangsiapa yang dalam hatinya terdapat tiga perkara ini, besar kemungkinan dia akan keluar dari dunia dalam keadaan kafir kecuali orang yang mendapatkan keberuntungan.

Dikatakan bahwa saat-saat yang paling gawat bagi mayyit adalah ketika merasa haus dan hatinya terbakar. Pada saat itulah syaithan makin giat menggunakan kesempatan untuk melepas iman orang mu’min, karena saat itu seseorang merasa sangat amat dahaga sekali. Lantas syaithan mendatanginya berada di arah kepalanya dengan membawa segelas air berupa air jumud (keras) dan mengiming-imingkan air itu padanya. Orang yang beriman berkata; Berilah saya air. Sementara dia tidak mengerti bahwa itu adalah syaithan. Syaithan berkata kepadanya; Katakan; “Alam ini tidak ada yang menciptakan”, maka aku akan memberimu air. Apabila dia termasuk orang yang beruntung maka dia tidak menjawabnya.  Kemudian datang lagi syaithan menuju arah kedua telapak kakinya dan mengiming-imingkan air padanya. Orang yang beriman berkata; Berilah saya air. Syaithan berkata kepadanya; Katakan; “Para utusan itu bohong, aku tidak percaya padanya”, maka aku akan memberimu air. Barangsiapa yang termasuk orang yang celaka maka dia akan menuruti perkataannya karena dia tidak sabar lagi menahan rasa haus sehingga dia keluar dari dunia dalam keadaan kafir. Na’udzu billah. Namun barangsiapa yang termasuk orang yang beruntung dia tidak akan menuruti perkataannya dan berfikir tentang apa yang ada dihadapannya.

Sebagaimana yang telah di ceritakan bahwa ketika maut menjemput Abu Zakariya Az Zahid, shahabatnya datang pada saat beliau dalam keadaan sakaratul maut, lantas mengajarinya kalimat thoyyibah “Laa ilaaha illallaah Muhammadurrasuulullaah”. Namun Abu Zakariya Az Zahid berpaling darinya, maka dia mengulangi perkataannya, namun beliau tetap berpaling darinya, dia mengulangi lagi perkataannya untuk kali ketiga, Abu Zakariya Az Zahid berkata; “Aku tidak akan mengatakannya”. Lantas shahabatnya jatuh pingsan. Beberapa saat setelah Abu Zakariya Az Zahid mulai sembuh dan terasa ringan, beliau membuka kedua matanya lalu berkata pada shahabatnya; Apakah kalian  mengatakan sesuatu padaku? mereka menjawab; Ya, kami memuntun tuan mengucapkan kalimat syahadat hingga tiga kali, namun dua kali tuan berpaling, dan pada saat ketiga kalinya tuan berkata; “Aku tidak akan mengatakannya”. Kemudia Abu Zakariya Az Zahid berkata; Iblis telah datang kepadaku dengan membawa segelas air, berdiri disebelah kananku sambil mengiming-imingiku. Dia berkata kepadaku; Apakah kamu butuh air? Aku menjawab; “Ya”. Dia berkata; Katakan; ‘Isa adalah anak Allah. Maka aku berpaling darinya. Lalu datang lagi dari arah kakiku dan dia berkata kepadaku seperti yang pertama, akupun berpaling darinya. Ketiga kalinya dia datang dan berkata; Katakan; Tuhan itu tidak ada. Aku berkata; Aku tidak akan mengatakannya. Lantas iblis membanting gelasnya ketanah dan kabur. Jadi penolakanku waktu itu bukan terhadap dirimu tapi terhadap Iblis. Aku bersaksi bahwa tiada ada Tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa  Nabi Muhammad adalah seorang hamba dan utusan Allah.

Tentang hal ini terdapat sebuah khabar dari Manshur bin ‘Ammar ia berkata; Apabila maut seorang hamba telah menghampirinya maka hal ahwalnya akan terbagi-bagi menjadi lima bagian; Harta menjadi bagian ahli waritsnya, Ruh bagiannya malaikat maut, Daging bagiannya ulat, Tulang belulang bagiannya tanah dan kebaikan menjadi bagiannya musuh. Sedangkan syaithan hendak mendapatkan bagian melepas iman. Manshur bin ‘Ammar melanjutkan perkataannya; Silahkan mereka pergi dengan bagiannya masing-masing. Silahkan ahli warits pergi dengan mendapat bagian  harta, malaikat maut membawa ruh, ulat menyantap daging, tanah menghancurkan tulang belulang, dan musuh membawa pergi kebaikan, semua itu silahkan. Aduhai, betapa inginnya aku agar syaithan tidak pergi dengan membawa iman saat mati. Karena lepasnya iman berarti lepas dari agama, dan lepasnya ruh dari jasad bukan berarti lepas dari Tuhan. Seseorang tidak akan menemukannya kembali setelah lepasnya ruh dan ruginya lepasnya iman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4