MANAQIB AYAIKH ABDUL QADIR AL JILANIY BAG. 5
NURUL BURHAN
اَللّٰهُمَّ
انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا
بِالْأَ سْرَارِ الَّتِيْ أَوْدَعْتَــهَا لَدَيْهِ
Ya Allah!... Semoga Engkau berkenan menebarkan bau
harum
Ridla-Mu kepada Tuan Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jilaniy
Dan berkenan memberi kami beberapa rahasia yang telah
Engkau titipkan kepada tuan syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jilaniy
وَكَانَ لَا يُعَظِّمُ الْأَغْنِيَاءَ وَلَا
يَقُوْمُ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَرَاءِ وَلَا أَرْكَانِ الدَّوْلَةِ، وَكَانَ
كَثِـيْرًا يَرَى الْخَلِيْفَةَ قَاصِدًا لَهُ وَهُوَ جَالِسٌ فَيَدْخُلُ
خَلْوَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ عَلَى الْخَلِيْفَةِ بَعْدَ وُصُوْلِهِ إِعْزَازًا لِطَرِيْقِ
الْفُقَرَاءِ وَلِئَـلَّا يَقُوْمَ لِلْخَلِيْفَةِ، وَمَا وَقَفَ بِبَابِ وَزِيْرٍ
وَلَاسُلْطَانٍ وَلَا قَبِلَ هَدِيَّةً مِنَ الْخَلِيْفَةِ قَطُّ، حَـتَّى
عَتَبَهُ عَـلَى عَدَمِ قَبُوْلِهِ هَدِيَّتَهُ، فَقَالَ لَهُ الشَّيْخُ: أَرْسِلْ
مَا بَدَا لَكَ وَاحْضُرْ مَعَهُ، فَحَضَرَ الْخَلِيْفَةُ عِنْدَ الشَّيْخِ
وَمَعَهُ شَيْءٌ مِنَ التُّفَّاحِ، وَاِذَا كُلُّ تُفَّاحَةٍ مَحْشُوٌّ دَمًا
وَقَيْحًا، فَقَالَ لِلْخَلِيْفَةِ: كَيْفَ تَلُوْمُنَا عَلَى عَدَمِ أَكْلِنَا
مِنْ هٰذَا وَكُلُّهُ مَحْشُوٌّ بِدِمَاءِ النَّاسِ، فَاسْتَغْفَرَ الْخَلِيْفَةُ
وَتَابَ عَلَى يَدَيْهِ، وَكَانَ يَأْتِيْ فَيَقِفُ بَيْنَ يَدَيِ الشَّيْخِ كَآٰحَادِ النَّاسِ
وَصَحِبَهُ اِلَى أَنْ مَاتَ،
Tuan Syaikh ‘Abdul Qodir Al-jilaniy tidak pernah mengagungkan orang-orang kaya karena
kayanya, (sebab Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Barangsiapa yang merendahkan diri
pada orang kaya karena kayanya, maka hilanglah dua pertiga agamanya).
Tuan syaikh tidak pernah berdiri karena memuliakan pejabat
tinggi negara juga mentri-mentrinya. Sering tuan syaikh melihat
raja datang dengan tujuan berziyarah kepadanya, dan saat itu tuan syaikh sedang
duduk. Tuan syaikh tidak pernah beranjak dari tempat
duduknya demi memuliakan kedatangan raja, bahkan tuan syaikh pergi
meninggalkannya dan masuk ke tempat kholwatnya. Baru setelah raja itu berada di
pendopo, tuan syaikh menemuinya, namun itu setelah tuan syaikh selesai
memuliakan Thoriqil Fuqoro’ (orang faqir miskin atau murid yang belajar ‘ilmu
thoriqot dan tashawwuf). Ini maksudnya agar tuan syaikh tidak berdiri karena memuliakan raja.
Dan tuan syaikh tidak pernah berdiri didepan pintu (datang ke rumah)
patih atau raja, (karena ada hadits; Allah paling benci pada ‘ulama’ yang
datang berziyarah pada umara’). Dan tuan syaikh sama sekali tidak pernah
menerima hadiah dari raja, hingga raja itu marah kepada tuan syaikh karena
tidak mahu menerima hadiah darinya, kemudian tuan syaikh berkata kepadanya;
Sekarang mana hadiahmu itu? Silahkan engkau ambil dan bawa kemari. Lalu raja
itu datang dengan membawa buah apel untuk di hadiahkan kepada tuan syaikh. Tiba-tiba
semua apel itu penuh dengan darah dan nanah, maka tuan syaikh berkata;
Bagaimana mungkin engkau bisa memarahiku karena aku tidak mahu memakan buah
apel ini, sedangkan apel ini semuanya penuh dengan darah dan nanah?. Akhirnya,
raja itu memohon ampun dan bertaubat kepada
tuan syaikh.
Di kisahkan; setelah menyaksikan kejadian itu, raja tersebut makin cinta
dan sering datang kepada tuan syaikh dengan berdiri hormat di hadapan tuan syaikh
seperti halnya ra’yat biasa serta menjadi santri tuan syaikh sampai meninggal
dunia.
وَكَانَ مَعَ جَلَالَةِ قَدْرِهِ وَبُعْدِ صِيْتِهِ
وَعُلُوِّ ذِكْرِهِ يُعَظِّمُ الْفُقَرَاءَ وَيُجَالِسُهُمْ وَيَفْـلِيْ لَهُمْ
ثِيَابَهُمْ،
Dengan keagungan derajatnya, kemasyhuran dan keluhuran nama baiknya, tuan syaikh senantiasa mengagungkan orang-orang faqir, duduk bersama mereka
dan membersihkan kotoran yang ada pada pakaian mereka. (((demikian itu karena
itba’ pada Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda; “Rendahkanlah dirimu dan duduklah kamu semua
bersama dengan orang-orang miskin, maka kamu termasuk sebagian dari orang-orang
yang besar di sisi Allah, dan keluarlah kamu dari shifat sombong”))).
وَكَانَ يَقُوْلُ، اَلْفَقِـيْرُ الصَّابِرُ
أَفْضَلُ مِنَ الْغَـنِيِّ الشَّاكِرِ، وَالْفَقِـيْرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ
مِنْهُمَا، وَالْفَقِـيْرُ الصَّابِرُ الشَّاكِرُ أَفْضَلُ مِنَ الْكُلِّ، وَمَا
أَحَبَّ الْبَلَاءَ وَالتَّلَذُّذَ بِهِ إِلَّا مَنْ عَرَفَ الْـمُبْـلِيْ،
وَكَانَ يَقُوْلُ: إِتَّـبِـعُوْا وَلَا تَـبْـتَـدِعُوْا، وَأَطِيْعُوْا وَلَا
تَـمْرُقُوْا، وَاصْبِرُوْا وَلَا تَـجْزَعُوْا وَانْتَظِرُوْا الْفَرَجَ وَلَا
تَيْأَسُوْا وَاجْتَمِعُوْا عَلَى ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى وَلَا تَتَفَرَّقُوْا،
وَتَطَهَّرُوْا بِالتَّوْبَةِ عَنِ الذُّنُوْبِ وَلَا تَتَلَطَّخُوْا، عَنْ باَبِ
مَوْلَاكُمْ لَا تَبْرَحُوْا،
Tuan Syaikh berkata; Orang faqir yang sabar itu lebih utama
daripada orang kaya yang bersyukur, orang faqir yang bersukur itu lebih utama
daripada orang faqir yang sabar dan daripada orang kaya yang bersyukur, dan
orang faqir yang sabar juga bersyukur itu lebih utama daripada orang faqir yang
sabar, orang kaya yang bersyukur dan daripada orang faqir yang bersyukur.
Tidak akan pernah cinta terhadap bala’ mushibah, dan tidak akan pernah merasakan
ni’matnya mushibah kecuali orang-orang yang tahu pada Dzat yang menurunkan
bala’ mushibah.
Ikutilah Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Al-Qur an, para Khulafa urrosyidin dan Salafus-Shalihin, dan janganlah engkau
berbuat bid’ah.
Patuhilah Allah dan Rasulnya dan Ulil Amri minkum, janganlah engkau
keluar dari Agama Islam.
Bersabarlah atas ketentuan Allah, janganlah mengeluh.
Tunggu dan berharaplah akan datangnya kebahagiaan dari Allah setelah
engkau mendapatkan kesusahan, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah
Ta’ala.
Bersatulah kamu semua dalam keadaan selalu ingat kepada Allah Ta’ala,
janganlah kalian berpecah belah.
Sucikanlah bathinmu dengan bertaubat dari segala dosa, janganlah engkau
mengotori dirimu dengan dosa dan ma’shiyat.
Jangan sekali-kali engkau meninggalkan taqarrub, tawaddlu’ dan berdo’a mengetuk
pintu rahmat Tuhanmu.
وَكَانَ يَقُوْلُ: لَا تَـخْـتَرْ جَلْبَ
النَّعْمَاءِ وَلَا دَفْعَ الْبَلْوَى، فَإِنَّ النَّعْمَاءَ وَاصِلَةٌ اِلَيْكَ
بِالْقِسْمَةِ اسْتَـجْـلَـبْــتَـهَا أَمْ لَا، وَالْبَلْوَى حَآلَّةٌ بِكَ،
وَإِنْ كَرِهْتَـهَا فَسَلِّمْ لِلّٰهِ فِي الْكُلِّ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ، فَإِنْ
جَاءَتْكَ النَّعْمَاءُ فَاشْتَغِلْ بِالذِّكْرِ وَالشُّكْرِ، وَإِنْ جَاءَتْكَ
الْبَلْوَى فَاشْتَغِلْ بِالصَّبْرِ وَالْـمُوَافَقَةِ، وَإِنْ كُنْتَ أَعْـلَى
مِنْ ذٰلِكَ فَالرِّضَا وَالتَّلَذُّذُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الْبَلِـيَّـةَ لَمْ
تَأْتِ الْـمُؤْمِنَ لِتُهْلِكَهُ، وَإِنَّمَا أَتَتْهُ لِتَخْتَـبِرَهُ،
Tuan syaikh berkata; Janganlah kamu lebih memilih datangnya
ni’mat dan terhindar dari bala’ mushibah, karena ni’mat itu pasti akan datang
kepadamu sesuai dengan pembagian yang telah Allah Ta’ala rencanakan sejak zaman
azali, baik kamu mendatangkannya atau menolaknya, dan bala’ mushibah yang telah
ditentukan oleh Allah itu pasti akan menjumpaimu sekalipun kamu membencinya.
Maka janganlah kamu turut campur, serahkan semuanya kepada Allah, biarlah Allah
sendiri yang menjalankan apa yang di kehendaki-Nya.
Apabila kamu mendapatkan ni’mat, maka sibukkanlah dirimu dengan
senantiasa mengingat Allah Ta’ala dan bersyukur atas ni’mat-Nya. Dan apabila kamu mendapatkan bala’ mushibah, maka
sibukkanlah dirimu dengan bersabar dan menerimanya.
Apabila kamu ingin menjadi orang yang luhur di sisi Allah, maka ketika
kamu mendapatkan bala’ mushibah hendaklah kamu ridlo dan meni’matinya. Dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya bala’ mushibah itu tidak datang kepada orang-orang yang
beriman karena untuk menghancurkannya, akan tetapi bala’ mushibah itu datang
kepadanya karena sebagai ujian agar mereka berikhtiyar dan menjadikannya
sebagai pelajaran.
(((Di sebutkan di dalam Hadits Qudsi; Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman; “Apabila Aku menguji
hambaKu dengan memberikan bala’ mushibah, lalu dia bersabar, tidak
mengadukannya kepada orang-orang yang datang kepadanya, maka Aku akan mengganti
daging tubuhnya dengan daging baru yang lebih baik daripada daging yang
sebelumnya, dan akan mengganti darahnya dengan darah baru yang lebih baik
daripada darah yang sebelumnya, apabila Aku memberikan kesehatan kepadanya,
maka Aku akan memberikan kesehatan serta tidak memiliki dosa (karena
dosa-dosanya telah Aku ampuni), dan apabila Aku mencabut nyawanya, maka ia akan
kembali pada rahmat-Ku di surga))).
وَكَانَ يَقُوْلُ: لَا يَصْلُحُ
لِـمُجَالَسَةِ الْحَقِّ تَعَالَى إِلَّا الْـمُطَهَّرُوْنَ مِنَ رِجْسِ الزَّلَّاتِ،
وَلَا يُفْتَحُ إِلَّا لِـمَنْ خَلَا عَنِ الدَّعَاوِيْ وَالْهَوَسَاتِ، وَلَـمَّا
كَانَ الْغَالِبُ عَلَى النَّاسِ عَدَمَ التَّطَهُّرِ إبْتَلَا هُمُ اللهُ
تَعَالَى بِالْأَمْرَاضِ كَفَّارَةً وَطَهُوْرًا، لِيَصْلُحُوْا لِـمُجَالَسَتِهِ
وَقُرْبِهِ شَعَرُوْا بِذٰلِكَ أَوْلَمْ يَشْعُرُوْا،
Tuan syaikh berkata; Tidak sepantasnya bermujalasah dengan Allah (bertawajjuh kepada Allah), kecuali orang-orang yang suci dari kotornya
kesalahan dan dosa, dan pintu gerbang ma’rifat billah tidak akan terbuka kecuali
bagi orang yang hatinya bersih dari merasa lebih ‘alim, merasa telah ma’rifat
billah, merasa memiliki derajat yang tinggi disisi Allah, dan bersih dari
menuruti hawa nafsu. Ketika tidak adanya kesucian jiwa telah melanda ummat
manusia, maka Allah akan mengujinya dengan bermacam-macam penyakit sebagai
kafarat (sangsi), dan untuk mensucikan jiwanya agar layak bermujalasah dengan
Allah dan dekat dengan-Nya, baik mereka merasakan itu atau tidak merasakannya.
وَكَانَ يَقُوْلُ: إِيَّاكُمْ أَنْ
تُحِـبُّوْا أَحَدًا أَوْ تَكْرَهُوْهُ إِلَّا بَعْدَ عَرْضِ أَفْعَالِهِ عَلَى
الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، كَيْ لَا تُحِبُّوْهُ بِالْهَوَى وَتَـبْـغَـضُوْهُ
بِالْهَوَى
Dan
tuan syaikh berkata; Berhati-hatilah! Jangan sekali-kali mencintai atau
membenci seseorang kecuali kamu telah mencocokkan perbuatannya dengan Al-Qur an
dan Al-Hadits, agar kamu tidak mencintainya karena menuruti hawa nafsu dan
tidak membencinya karena menuruti hawa nafsu, tapi karena tha’at kepada Allah
subhanahu wa Ta’ala.

Komentar
Posting Komentar