MANAQIB SYAIKH ABDUL QADIR AL JILANIY BAG. 2
NURUL BURHAN
اَللّٰهُمَّ
انْشُرْ نَفَحَاتِ الرِّضْوَانِ عَلَيْهِ
وَأَمِدَّنَا
بِالْأَ سْرَارِ الَّتِيْ أَوْدَعْتَــهَا لَدَيْهِ
Ya Allah!... Semoga Engkau berkenan menebarkan bau
harum
Ridla-Mu kepada Tuan Syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jilaniy
Dan berkenan memberi kami beberapa rahasia yang telah
Engkau titipkan kepada tuan syaikh ‘Abdul Qodir Al-Jilaniy
وُلِدَ t بِجِيْلَانَ، وَهُوَ
بِلَادٌ مُتَفَرِّقَةٌ مِنْ وَرَاءِ طَــبَرِسْتَانَ، فِيْ سَنَةِ سَبْعِيْنَ
وَاَرْبَعِ مِائَةٍ، وَكَانَ فِيْ طُفُوْلِـيَّـتِـهِ يَمْــتَنِعُ مِنْ
الرَّضَاعَةِ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ عِنَايَةً مِنَ اللهِ تَعَالَى بِهِ،
Tuan syaikh di lahirkan di sebuah dusun yang bernama Jilan
(ada yang mengatakan; Kailan) yang berada di tepi bengawan
Dajlah berjarak perjalanan satu hari dari Baghdad, yaitu suatu daerah yang
terpisah yang berada di luar negara Thobaristan, pada malam tanggal 1 Ramadlan tahun 470 H.
Kelahiran tuan syaikh termasuk sebagian dari Khowariqil ‘Adat (kejadian di luar adat kebiasaan). Karena beliau terlahir dari seorang ibu yang berada
dalam masa manapause yang saat itu ibu tuan syaikh berusia 60 tahun.
Sejak kecil tuan syaikh tidak mau menyusu di siang hari di bulan
Ramadlan mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari karena mendapatkan
pertolongan dari Allah subhanahu wa Ta’ala sehingga hal ini menjadi pedoman
bagi penduduk setempat bila akan memulai puasa dan berbuka puasa Ramadlan.
وَلَمَّا تَرَعْرَعَ وَسَارَ اِلَى طَلَبِ
الْعُلُوْمِ وَقَصَدَ كُلَّ مِفْضَالٍ عَلِيْمٍ، وَمَدَّ يَدَهُ اِلَى
الْفَضَائِلِ فَكَانَ اَسْرَعَ مِنْ خَطْوِ الظَّلِيْمِ، وَتَفَقَّهَ بِأَبِيْ
الْوَفٰى عَلِيِّ ابْنِ عَقِيْلٍ وَأَبِي الْخَطَّابِ الْكَلْوَذَانِيِّ
مَحْفُوْظِ بْنِ اَحْمَدَ الْجَلِيْلِ، وَأَبِي الْحُسَيْنِ مُحَمَّدِ ابْنِ
الْقَاضِي أَبِيْ يَعْلَى وَغَـيْرِهِمْ مِمَّنْ تُنَصُّ لَدَيْهِ عَرَائِسُ
الْعُلُوْمِ وَتُـجَلَّى، وَقَرَأَ الْأَدَبَ عَلَى أَبِيْ زَكَرِيَّا يَحْـيٰى
ابْنِ عَلِيِّ التِّـبْرِيْزِيِّ
Ketika mendekati usia baligh, Tuan Syaikh pergi mencari beberapa ‘Ilmu
mendatangi setiap Masyayikh yang unggul derajat ‘ilmunya, serta menjalankan beberapa fadlilah ‘amal. Maka langkah tuan syaikh di dalam mencari ‘ilmu dan menjalankan beberapa
fadlilah ‘amal sangat cepat lebih cepat dari langkah burung onta jantan.
Tuan syaikh belajar ‘ilmu fiqih dari syaikh Abil Wafa ‘Aliy bin ‘Aqil,
Syaikh Abil Khotthob Al-Kalwadzaniy Mahfudz bin Ahmad Al-Jalil, Syaikh Abil
Husain Muhammad bin Al-Qodli Abi Ya’la dan ‘Ulama’ lainnya yang keluhuran
‘ilmunya laksana pengantin yang berada di singgasana yang tinggi.
Tuan syaikh belajar ‘Ilmu Adab dari syaikh Abi Zakariya Yahya bin ‘Aly
At-Tibrizi. Dari beliau tuan syaikh banyak memperoleh faidah yang sempurna.
وَاقْتَبَسَ مِنْهُ اَيَّ اقْـتِـبَاسٍ،
وَأَخَذَ عِلْمَ الطَّرِيْقَةِ عَنِ الْعَارِفِ بِاللهِ الشَّيْخِ أَبِي
الْخَـيْرِ حَـمَّادِ بْنِ مُسْلِمٍ الدَّبَّاسِ،
Tuan Syaikh memperdalam ‘Ilmu Thoriqot dari guru mursyid Al-‘Arif Billah
Syaikh Abil Khoir Hammad bin Muslim Ad-Dabbas. Kemudian melanjutkan bai’at,
sehingga mendapatkan ijin menjadi guru mursyid dan mendapatkan pakaian
kehormatan Khirqoh Shufiyah dari syaikh Al-Qodli Abi Sa’id Al-Mubarak bin ‘Aliy
Al-Makhzumiy, bliau dari syaikh Abil Hasan ‘Aliy bin Abi Yusuf Al-Qurosyiy
Al-Hakkari, baliau dari syaikh Abil Faraj At-Thurthusy, beliau dari syaikh
‘Abdul Wahid At-Tamimiy, beliau dari syaikh
Abi Bakridilif bin Jahdar As-Syibliy, beliau dari syaikh Abil Qosim Junaid
Al-baghdadiy, beliau dari syaikh Sari As-Saqoti, beliau dari syaikh Abi Mahfudz
Ma’ruf Al-Karkhi, beliau dari syaikh Abil Hasan ‘Aliy Ar-Ridlo, beliau dari syaikh
Musa Al-Kadzim, beliau dari syaikh Ja’far As-Shodiq, beliau dari syaikh Muhammad
Al-Baqir, baliau dari syaikh Zainal ‘Abidin, beliau dari sayyidina Husain
As-Syahid bin Fathimah Az-Zahro, beliau dari sayyidina ‘Aliy bin Abi Tholib
Karramallahu Waj_hah, beliau dari baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasllam, beliau dari malaikat Jibril ‘alaihissalam, beliau dari Allah Robbul ‘alamin.
Inilah silsilah Thoriqoh Qodiriyah.
وَلَبِسَ مِنْ يَدِ الْقَاضِيْ أَبِيْ
سَعِيْدِ الْـمُبَارَكِ الْخِرْقَةَ الشَّرِيْفَةَ الصُّوْفِـيَّةَ، وَتَأَدَّبَ
بِآٰدَابِهِ الْوَفِـيَّةِ، وَلَمْ يَزَلْ مَلْحُوْظًا بِالْعِنَايَةِ الرَّبَّانِيَّةِ،
عَارِجًا فِيْ مَعَارِجِ الْكَمَالَاتِ بِهِمَّتِهِ الْأَبِـيَّـةِ، آخِذًا
نَفْسَهُ بِالْجِدِّ مُشَمِّرًا عَنْ سَاعِدِ الْإِجْتِهَادِ، نَابِذًا
لِـمَأْلُوْفِ الْإِسْعَافِ وَالْإِسْعَاِد، حَـتَّى أَنَّهُ مَكَثَ خَمْسًا
وَعِشْرِيْنَ سَنَةً سَائِرًا فِيْ صَخْرَاءِ الْعِرَاقِ وَخَرَابَاتِهِ
لَايَعْرِفُ النَّاسَ وَلَايَعْرِفُوْنَهُ، فَيَعْذِلُوْنَهُ عَنْ اَمْرِهِ
وَيَصْرِفُوْنَهُ،
Adab tuan syaikh mencontoh gurunya yang sempurna yaitu syaikh Al-Qodliy
Abi Sa’id Al-Mubarak bin ‘Aliy Al-Makhzumi. Dan tuan syaikh senantiasa
dilindungi dengan pertolongan yang bersifat ketuhanan, sehingga dapat menaiki
beberapa tangga kesempurnaan sebab himmahnya yang luhur yang mampu mencegah sifat-sifat tercela dan
syahwat syiathaniyah, serta melatih diri dengan sungguh-sungguh memerangi hawa
nafsu dengan semangat yang tinggi, meninggalkan segala kesenangan hati dan
perbuatan mubah seperti berkumpul dengan anak istri, dan meninggalkan
kesenangan dunia sehingga berkelana di hutan-hutan di negara ‘Irak, dan
mengembara di daerah-daerah yang tidak pernah di jamah manusia selama 25 tahun,
tidak mengenal manusia dan manusia pun tidak mengenalnya, bahkan mencela dan
berpaling darinya karena mereka beranggapan bahwa tuan syaikh meninggalkan
kewajiban.
وَقَاسَى فِيْ بِدَايَةِ اَمْرِهِ
الْأَخْطَارَ، فَمَا تَرَكَ هَوْلًا اِلَّا رَكِبَهُ وَقَفَّرَ مِنْهُ الْقِفَارَ،
وَكَانَ لِبَاسُهُ جُبَّةَ صُوْفٍ وَعَلَى رَأْسِهِ خُرَيْقَةٌ يَمْشِيْ حَافِيًا
فِي الشَّوْكِ وَالْوَعْرِ، لِعَدَمِ وِجْدَانِهِ نَعْلًا يَمْشِيْ فِيْهَا
وَيَقْتَاتُ ثَمَرَ الْأَشْجَارِ وَقُمَامَةَ الْبَقْلِ التُّرْمَى وَوَرَقَ
الْحَشِيْشِ مِنْ شَاطِئِ النَّهْرِ، وَلَا يَنَامُ غَالِبًا وَلَا يَشْرَبُ
الْـمَاءَ
Pada awal pengembaraannya tuan syaikh banyak mengalami cobaan dan rintangan, baik yang
besar atau yang kecil, namun semua itu di hadapinya dengan tabah.
Tidak ada tempat yang angker kecuali telah di laluinya. Pakaian tuan syaikh
yaitu jubah bulu kasar, kepalanya di tutup menggunakan sobekan gombal, berjalan
tanpa mengenakan alas kaki melintasi duri dan jurang, karena tidak memiliki
alas kaki untuk berjalan. Yang di makan adalah buah pepohonan yang mubah,
sayuran yang telah dibuang di tempat sampah, dan rumput hasyisy yang berada di
tepi bengawan, dan tuan syaikh tidak tidur, tidak makan dan minum kecuali hanya
sedikit.
وَبَقِيَ مُدَّةً لَمْ يَأْكُلْ فِيْهَا
طَعَامًا، فَلَقِيَهُ اِنْسَانٌ فَأَعْطَاهُ صُرَّةَ دَرَاهِمَ اِكْرَامًا،
فَأَخَذَ بِبَعْضِهَا خُـبْزًا سَمِيْدًا وَخَبِيْصًا، وَجَلَسَ لِيَأْكُلَ
وَاِذًا بِرُقْعَةٍ مَكْتُوْبٍ فِيْهَا: اِنَّمَا جُعِلَتِ الشَّهَوَاتُ
لِضُعَفَاءِ عِبَادِيْ لِيَسْتَعِيْنُوْا بِهَا عَلَى الطَّاعَاتِ، وَاَمَّا
الْأَقْوِيَاءُ فَمَا لَهُمُ الشَّهَوَاتُ، فَـتَرَكَ الْأَكْلَ وَأَخَذَ
الْـمِنْدِيْلَ وَتَرَكَ مَا كَانَ فِيْهِ وَتَوَجَّه فِي الْقِبْلَةِ وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ
وَانْصَرَفَ، وَفَهِمَ اَنَّهُ مَحْفُوْظٌ وَمُعْتَنًى بِهِ وَعَرَفَ.
Satu
ketika, tuan syaikh tidak makan tidak minum selama beberapa hari, tiba-tiba tuan
syaikh bertemu dengan seseorang, dan orang itu memberi hadiah kepada tuan syaikh
berupa satu kantong Dirham karena memuliakan kepada tuan syaikh, namun tuan syaikh
hanya menerima sebagiannya saja sebatas untuk membeli roti tawar dan bubur
kurma. Setelah membelinya, tuan syaikh lalu duduk hendak memakannya, tiba-tiba
ada surat jatuh yang didalamnya tertulis; “Menuruti keinginan hati itu hanya
diciptakan untuk hamba-hamba-Ku yang lemah sebagai alat bantu agar mereka dapat
berbakti kepada-Ku, sedangkan orang yang kuat tentunya tidak memiliki syahwat
(keinginan hati)”. Akhirnya Tuan Syaikh tidak jadi makan dan langsung mengambil
sapu tangan lalu pergi meninggalkan makanan itu kemudian shalat dua raka’at, dan
setelah salam tuan syaikh faham dan mengerti bahwa sesungguhnya beliau masih di
lindungi dan mendapatkan pertolongan dari Allah subhanahu wa Ta’ala
Komentar
Posting Komentar