KEUTAMAAN BERSODAQOH DI JALAN ALLAH KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJLIS 06
DURRATUN NASHIHIN
MAJLIS 06
MAJLIS 06
Surat
Al Baqarah 261
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (سورة البقرة ٢٦١)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(Qs. Al Baqarah 261).
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ ““Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih”, Yaitu
perumpamaan nafakah mereka seperti sebutir biji atau seperti orang yang menabur
biji. Dengan membuang mudlaf.
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ “yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji”, Kata
“menumbuhkan” disandarkan pada kata “حَبَّةٍ “
(biji), karena biji merupakan sebagian dari beberapa sebab, demikian itu sama
seperti disandarkannya kata “menumbuhkan” pada kata “الْأرْض “ atau “الْمَاء “,
sedangkan yang menumbuhkan pada hakikatnya adalah Allah Ta’ala. Adapun ma’nanya
adalah, satu biji akan mengeluarkan satu batang pohon yang darinya akan
bercabang menjadi tujuh batang dan masing-masing batang mengeluarkan tujuh
bulir dan perbulirnya seratus biji. Perumpamaan ini tidaklah sulit ditemui,
terkadang ia terjadi pada jagung, jawawut dan gandum yang tumbuh pada sebagian
tanah.
وَاللَّهُ يُضَاعِفُ “Allah melipat
gandakan (ganjaran)”, kelipatan itu.
لِمَنْ يَشَاءُ “bagi siapa
yang Dia kehendaki”. Dengan
karunia-Nya tergantung pada tingkat keikhlasan dan kesulitan orang yang
berinfaq, karena itulah kadar pahala ‘amal akan berbeda-beda.
وَاللَّهُ وَاسِعٌ “Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya)”, Tambahan
karunia-Nya tidaklah sempit.
عَلِيمٌ “lagi Maha Mengetahui”. Terhadap niyat orang yang berinfaq dan kadar infaqnya.(Qadli
Baidlawi).
________________________________
Ayat
ini turun berkaitan dengan urusan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdur Rahman
bin ‘Auf, jelasnya yaitu; Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghimbau
orang-orang untuk bershasaqah pada saat hendak berangkat menuju perang Tabuk,
‘Abdur Rahman bin ‘Auf datang dengan membawa uang sebesar 4000 dirham lalu
berkata; Wahai Rasul Allah, aku memiliki uang sebesar 8000 dirham, yang 4000
dirham aku simpan untuk kebutuhanku dan keluargaku dan yang 4000 dirham lagi
akan aku hutangkan kepada Tuhanku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda; “Semoga Allah memberkahi apa yang kamu simpan dan apa yang kamu
berikan”. Dan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan berkata; Wahai Rasul Allah, atas
dirikulah biaya perlengkapan orang yang tidak memiliki perlengkapan. Lalu
turunlah ayat ini; “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih”. Dan seterusnya.(Abu Al
Laits).
Al
Kalabi dan Muqotil berkata; Ayat ini turun berkaitan dengan urusan shahabat
‘Aly bin Abu Thalib rasliyallahu ‘anh. Ia memiliki uang sebesar 4 dirham dan
tidak memiliki lagi selainnya, lalu ketika turun anjuran bershadaqah, ia
menshadaqahkan uangnya; satu dirham disiang hari, satu dirham disiang hari,
satu dirham secara sembunyi-sembunyi dan satu dirham secara terang-terangan.
Lalu turunlah ayat ini; “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih”. Dan seterusnya.(Abu Al
Laits).
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Sesungguhnya orang yang paling utama
bagiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku”.
Diriwayatkan
dari ‘Aly bin Abi Thalib radliyallaju ‘anh ia berkata, Nabi ‘Alaihishshalatu
wassalam bersabda; “Tidaklah suatu do’a melainkan diantaranya dan Allah Ta’ala
terdapat hijab sehingga orang yang berdo’a bershalawat kepada Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila ia melakukan itu maka tersingkaplah hijab
tersebut dan terkabullah do’anya”.
Diriwayatkan
dari Anas radliyallahu ‘anh ia berkata, Nabi ‘alaihishshalatu wassalam
bersabda; “Ketika Allah Ta’ala menciptakan bumi dan bumi terus berguncang, lantas
Allah Ta’ala menciptakan gunung dan menancapkan padanya, maka bumi menjadi
tenang dan para malaikat heran lalu bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang
lebih kuat daripada gunung? Allah menjawab; Ya, yaitu besi. Mereka bertanya; Ya
Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi? Allah menjawab; Ya,
yaitu air. Mereka bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada
air? Allah menjawab; Ya, yaitu angin. Mereka bertanya; Ya Rabb, adakah
makhluk-Mu yang lebih kuat daripada angin? Allah menjawab; Ya, yaitu anak Adam
yang bershadaqah dengan tangan kanannya dan merahasiakan dari tangan kirinya,
itulah yang lebih kuat dari semuanya. Namun demikian itu setelah melalui
beberapa perkara;
1.
Merahasiakan
shadaqahnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Dan jika kamu menyembumyikannya
dan kamu memberikannya kepada oranga-orang faqir, maka itu lebih baik bagimu”.(Qs.
Al Baqarah 271). Sebab inilah para ‘ulama’ salaf bersungguh-sungguh didalam
menyembunyikan shadaqah mereka dari penglihatan orang-orang sehingga sebagian
dari mereka ada yang mencari orang faqir yang buta agar ia tidak tau siapa yang
bershadaqah. Sebagian ada yang mengikatkan pada pakaian orang faqir yang tidur,
dan sebagian lagi ada yang melemparkan dijalan orang faqir agar ia
mengambilnya.
2.
Tidak
menyebut-nyebutnya dan tidak menyakiti perasaan si penerima, sebagaimana firman
Allah Ta’ala; “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima)”.(Qs. Al Baqarah 264).
3.
Yang
dikeluarkan adalah hartanya yang terbaik, sebagaimana firman Allah Ta’ala;
“Sekali-kali kamu tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan harta yang kamu cintai”.(Qs. Ali ‘Imran 92). Yaitu sehingga
kamu tidak termasuk orang yang dijelaskan dalam firman Allah; “Dan mereka
menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya”.(Qs, An Nahl 62).
Karena itulah Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Sesungguhnya
Allah Ta’ala adalah Dzat yang baik, tidaklah menerima kecuali barang yang
baik”. Yaitu barang halal. Sufyan Ats Tsauri berkata; Barangsiapa yang
menafkahkan harta haram didalam ketha’atan kepada Allah Ta’ala, maka ia seperti
membersihkan baju dengan air kencing, padahal baju tidak akan biasa bersih
kecuali dengan air, dan dosa tidak akan bisa bersih kecuali dengan harta halal.
4.
Memberikannya
dengan wajah berseri-seri, riang gembira tidak merengut, sebagaimana firman
Allah Ta’ala; “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kehawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Qs. Al Baqarah 262). Karena itu Rasulullah
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Satu dirham lebih unggul diatas 100 ribu
dirham”. Maksudnya; Bershadaqah satu dirham dari harta halal dengan wajah
sukacita daripada 100 ribu dirham dengan wajah merengut.
5.
Memilih
sasaran shadaqah dan memberikan kepada orang ‘alim yang taqwa yang menjadikannya
sebagai sarana untuk ta’at dan taqwa kepada Allah Ta’ala atau orang shalih yang
faqir, karena itu Allah Ta’ala berfirman; “Sesungguhnya shadaqah itu hanyalah
untuk orang-orang faqir dan orang-orang miskin”.(Qs. At Taubah 60)
Diriwayatkan
dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Apabila shadaqah telah
keluar dari tangan pemiliknya, ia akan mengucapkan lima macam kalimat;
1)
Aku
adalah kecil, maka besarkanlah aku.
2)
Dulu
engkau yang menjagaku, kini aku yang akan menjagamu.
3)
Aku
adalah musuh, maka jadikanlah aku kekasih.
4)
Aku
adalah fana, maka abadikanlah aku.
5)
Aku
adalah sedikit, maka perbanyaklah aku.
Sebagaimana
firman Allah Ta’ala; “Barangsiapa membawa ‘amal yang baik, maka baginya
(pahala)sepuluh kali lipat ‘amalnya”.(Qs Al An am 160).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tidaklah seorang muslim yang memberi
makan saudaranya hingga kenyang dan memberinya minum hingga segar kecuali Allah
Ta’ala akan menjauhkan orang tersebut dari neraka dan menjadikan antara orang
itu dan neraka tujuh jurang yang antara tiap-tiap jurang sejauh perjalanan 500
tahun dan neraka Jahannam memanggil-manggil; Wahai Tahanku, ijinkan aku untuk
bersujud karena bersyukur kepada-Mu sebab Engkau benar-benar telah memerdekakan
salah seorang dari ummat Muhammad dari siksaku, karena sesungguhnya aku malu
kepada Muhammad untuk menyiksa ummatnya yang membenarkannya, namun tidak
pilihan lain bagiku untuk mentha’ati-Mu. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan
agar orang yang bershadaqah walaupun dengan sesuap roti atau sesgenggam kurma
untuk masuk sorga”.
●
HIKAYAH ●
Dikisahkan
bahwa pada suatu masa di zaman Bani Israil terjadi krisis pangan yang sangat
parah dalam beberapa tahun berturut-turut. Saat itu ada seorang wanita yang
memiliki sesuap roti, lalu ia meletakkan kemulutnya karena hendak dimakannya,
tiba-tiba seorang pengemis berkata dari balik pintu; Berilah aku sesuap makanan
karena mencari ridla Allah Ta’ala. Lantas wanita itu mengeluarkan sesuap roti
yang ada dimulutnya dan memberikannya pada pengemis tersebut. Kemudian wanita
itu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar bersama dengan anak laki-lakinya
yang masih kecil, lantas datanglah seekor harimau lalu menerkam bayi itu dan
membawanya pergi, maka wanita itu menjerit-jerit dan mengejar harimau tersebut.
Kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat Jibril untuk melepaskan bayi itu dari
mulut harimau dan menyerahkannya kepada ibunya. Jibril berkata; Wahai hamba
Allah, apakah kamu ridla bila anakmu ditukar dengan sesuap makanan?
(Demikianlah apa yang disebutkan dalam tafsir Al Hanafi).
●
HIKAYAH ●
Didalam
dalam tafsir Al Hanafi juga disebutkan; Sayyidah ‘A’isyah radliyallahu ‘anha
berkata; Bahwa seorang wanita datang kepada Nabi ‘alaihishshalatu wassalam,
sedang tangan kanannya lumpuh lalu berkata; Wahai Nabi Allah, berdo’alah kepada Allah hingga
Allah mengembalikan tanganku seperti sediakala. Nabi ‘alaihishshalatu wassalam
bertanya; “Apakah gerangan yang membuat tanganmu lumpuh?” Wanita itu
menjawab; Aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kiamat telah terjadi, neraka
Jahim telah dinyalakan dan sorga didekatkan, lalu aku melihat ibuku dalam
neraka Jahannam, tangan satunya memegang sepotong lemak dan tangan lainnya
memegang gombal kecil yang keduanya digunakan untuk melindungi dirinya dari api
neraka, lalu aku bertanya; Apa yang terjadi, mengapa aku melihatmu berada dalam
jurang ini, padahal kamu adalah orang yang tha’at kepada Tuhanmu dan suamimu
ridla kepadamu? Ibuku
menjawab; Wahai puteriku, ketika didunia aku termasuk orang yang pelit dan
tempat ini adalah tempat orang-orang pelit. Aku bertanya; Apa maksud sepotong lemak dan
gombal kecil yang ada di tanganmu ini? Ibu menjwab; Ini adalah shadaqah yang
aku berikan ketika didunia, dan aku tidak pernah bershadaqah seumur hidupku
kecuali dengan sepotong lemak dan gombal kecil ini. Aku bertanya; Di manakah
ayahku? Ibu menjawab; Ayahmu adalah orang yang dermawan, dia berada di tempat
orang-orang dermawan. Kemudian aku pergi ke surga. Ternyata ayahku sedang
berdiri di pinggir telagamu memberi minum orang-orang wahai Rasulallah. Lalu
Aku berkata; Wahai ayahku, sesungguhnya ibuku adalah wanita yang tha’at kepada
Tuhannya dan engkau ridla terhadapnya, kini dia berada di neraka Jahannam sedang
kepanasan, sementara engkau memberi minum orang-orang dari telaga Nabi ‘alaihishshalatu
wassalam, maka berilah dia seteguk minuman dari air telaga. Ayahku menjawab; Wahai
putriku, Allah Ta’ala mengharamkan bagi orang-orang pelit dan berdosa berdosa
minum air telaga Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Lantas aku mengambil segelas
air telagamu tanpa ijin ayahku, lalu meminumkannya pada ibuku yang sedang
kehausan, kemudian aku mendengar seruan berkata; Semoga Allah Ta’ala
melumpuhkan tanganmu, engkau telah memberi minum wanita ma’shiyat yang pelit
dari telaga Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Begitu terbangun, tiba-tiba
tanganku menjadi lumpuh. Sayyidah ‘A’isyah radliyallahu ‘anha melanjutkan;
Setelah Nabi ‘alaihishshalatu wassalam mendengar cerita wanita itu, lalu beliau
meletakkan tongkatnya diatas tangan wanita tersebut dan berdo’a; “Wahai
Tuhanku! Demi mimpi yang dia ceritakan, semoga Engkau menyembuhkan tangannya”.
Lantas tangan wanita itu sembuh kembali seperti sediakala. Kemudian Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Dermawan adalah salah satu pohon disorga
yang cabangnya bergelantungan didunia, barangsiapa yang mengambil satu cabang darinya maka cabang itu
akan menuntunnya kesorga, dan pelit adalah salah satu pohon dineraka yang
cabangnya bergelantungan didunia, barangsiapa yang mengambil satu cabang
darinya maka cabang itu akan menuntunnya keneraka”. Dan Rasulullah
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Orang yang dermawan adalah dekat dengan
Allah Al Haq dan makhluk, sedangkan orang yang pelit adala jauh dari Allah Al
Haq dan makhluk”. Demikian pula Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda;
“Orang yang pelit tidak akan masuk sorga walaupun ia orang yang zuhud”.
●
HIKAYAH ●
Seekor
burung rajawali (burung layang-layang) datang kepada Nabi Sulaiman bin Dawud
‘alaihimassalam dan melaporkan; Bahwa ada seseorang laki-laki yang memiliki
pohon, dan aku beranak diatas pohon itu, lalu pemilik pohon itu membuang anakku.
Lantas Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memanggil laki-laki pemilik pohon itu dan
berpesan kepadanya agar ia tidak membuangnya lagi. Dan Nabi Sulaiman
‘alaihissalam berkata kepada dua syaithan; Aku memerintahkan kalian, tahun
depan apabila laki-laki ini membuang anak burung itu lagi maka tangkap dan
potonglah ia menjadi dua bagian, lalu yang satu bagian lemparkan keujung timur
dan yang satu lagi lemparkan keujung barat. Pada tahun berikutnya, laki-laki
itu lupa terhadap pesan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan ia bermaksud akan
memanjat pohon itu untuk membuang anak burung tersebut, sementara ia telah
bershadaqah berupa sepotong roti. Maka seekor burung itu datang kepada Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam melaporkan laki-laki pemilik pohon tersebut, lantas Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam memanggil kedua syaithan itu hendak menghukumnya. Nabi
Sulaiman ‘alaihissalam berkata kepada keduanya; Kenapa kalian tidak
melaksanakan apa yang telah aku perintahkan kepada kalian? Kedua syaithan
menjawab; Wahai khalifah Allah, sesungguhnya ketika laki-laki itu hendak memanjat
pohon, kami berdua telah berusaha untuk menangkapnya, namun ia telah
bershadaqah kepada seorang muslim berupa sepotong roti, karena itu Allah Ta’ala
mengutus kepadanya dua malaikat dari langit hingga masing-masing menangkap kami
berdua lalu melemparkan salah satu dari kami keujung timur dan yang satu lagi
keujung barat serta kejelekan kami dijauhkan dari laki-laki itu berkat
shadaqahnya.
●
HIKAYAH ●
Dikisahkan
bahwa pada suatu masa di zaman Bani Israil terjadi musim paceklik. Lalu datanglah
seorang faqir kepintu rumah orang kaya dan berkata; Bersedekahlah dengan
sepotong roti karena mencari ridla Allah Ta’ala. Lantas putri orang kaya itu
keluar menemuinya dengan membawa roti yang masih hangat dan memberikan
kepadanya. Tidak lama kemudian datanglah orang kaya yang jahat itu kerumahnya
dan langsung memotong tangan kanan putrinya. Lalu Allah Ta’ala merubah keadaannya,
menghancurkan kekayaannya, menjadikannya orang yang faqir dan mati dalam
keadaan hina. Sedangkan putrinya menjadi pengemis yang berkeliling dari pintu
kepintu, dan dia adalah seorang gadis yang cantik jelita. Pada suatu hari ia
datang kerumah seorang laki-laki yang kaya, lantas ibu laki-laki itu keluar
lalu menatap wajah dan kecantikannya dan mempersilahkannya masuk. Setelah masuk
si ibu menyampaikan isi hatinya bahwa ia bermaksud untuk menikahkan gadis itu
pada anak laki-lakinya. Kemudian setelah dinikahkan, si ibu menghiasinya dan
menyuguhkan hidangan makan malam untuknya bersama suaminya, lalu si gadis
mengeluarkan tangan kirinya karena hendak makan bersama suaminya, maka suaminya
berkata; Aku dengar adab orang miskin itu rendah, keluarkanlah tangan kananmu. Namun
si gadis kembali mengeluarkan tangan kirinya, lalu suaminya mengulangi perkataannya
beberapa kali hingga terdengar suara berseru dari pojok rumah; Keluarkanlah
tangan kananmu wahai hamba perempuan-Ku, sungguh engkau telah memberikan
sepotong roti karena Aku, dan Aku pasti akan mengembalikan tangan kananmu.
Lantas si gadis mengeluarkan tangan kanannya dalam keadaan sempurna dengan
kuasa Allah Ta’ala dan makan bersama suaminya. Ambillah kisah ini sebagai
pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai wawasan dan nafkahkanlah hartamu
dijalan Allah hingga kamu menperoleh keberuntungan dunia dan akhirat.(Zubdatul
Wa’idzin).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Barangsiapa yang memulyakan tamu, maka ia
benar-benar memulyakanku, barangsiapa yang memulyakanku, maka ia benar-benar
memulyakan Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang membenci tamu, maka ia
benar-benar membeciku, barangsiapa yang membenciku, maka ia benar-benar
membenci Allah Ta’ala”.
Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya apabila tamu memasuki
rumah seorang mu’min, maka masuklah bersamanya seribu barakah dan seribu
rahmat”.
Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tidaklah seseorang yang kedatangan
tamu lalu memulyakannya dengan menyuguhkan makanan seadanya kecuali Allah
Ta’ala membukakan pintu sorga untuknya”. “Barangsiapa memberi makan orang lapar
hingga kenyang, maka wajib baginya masuk sorga”. “Barangsiapa mencegah makanan
dari orang yang lapar, maka Allah akan mencegah karunia-Nya darinya kelak pada
hari kiamat, dan akan menyiksanya dalam neraka”. “Barangsiapa memberi makan
orang lapar karena mencari ridla Allah Ta’ala, maka wajib baginya masuk sorga”.
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “’Amal yang paling utama dimuka bumi ada
tiga; Mencari ‘ilmu, Jihad dan Pekerjaan yang halal. Adapun orang yang mencari
‘ilmu adalah Habibullah Ta’ala, orang yang berjihad adalah Waliyyullah Ta’ala
dan orang yang mengerjakan pekerjaan halal adalah Karimullah Ta’ala”. Benarlah
apa yang disabdakan Rasulullah.(Daqoiqul Akhbar).
Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Lindungilah dirimu dari api
neraka” yaitu jadikanlah antara dirimu dan api neraka pelindung berupa shadaqah
“walaupun hanya setengah biji kurma” karena itu cukup untuk menyambung nyawa
terutama bagi bayi, maka janganlah kamu meremehkan orang yang bershadaqah dengannya.(Jami’ush
Shaghir).
Walhasil;
Menafkahkan harta dijalan Allah adakah sebab tercapainya pahala yang berlimpah,
selamat dari perkara yang menakutkan, kesulitan dan bala’ mushibah didunia dan
akhirat sebagaimana yang diriwayatkan Al Khatib dari Anas radliyallahu ‘anh ia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Shadaqah dapat
mencegah 70 macam bala’ mushibah, yang paling ringan adalah kusta dan lepra”.
(Jami’ush Shaghir).
Komentar
Posting Komentar