KEUTAMAAN BERSODAQOH DI JALAN ALLAH KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJLIS 06

KEUTAMAAN BERSODAQOH DI JALAN ALLAH


DURRATUN NASHIHIN
MAJLIS 06


Surat Al Baqarah 261
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (سورة البقرة ٢٦١)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(Qs. Al Baqarah 261).

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ ““Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih”, Yaitu perumpamaan nafakah mereka seperti sebutir biji atau seperti orang yang menabur biji. Dengan membuang mudlaf.

أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ “yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji”, Kata “menumbuhkan” disandarkan pada kata “حَبَّةٍ  “ (biji), karena biji merupakan sebagian dari beberapa sebab, demikian itu sama seperti disandarkannya kata “menumbuhkan” pada kata “الْأرْض  “ atau  “الْمَاء  “, sedangkan yang menumbuhkan pada hakikatnya adalah Allah Ta’ala. Adapun ma’nanya adalah, satu biji akan mengeluarkan satu batang pohon yang darinya akan bercabang menjadi tujuh batang dan masing-masing batang mengeluarkan tujuh bulir dan perbulirnya seratus biji. Perumpamaan ini tidaklah sulit ditemui, terkadang ia terjadi pada jagung, jawawut dan gandum yang tumbuh pada sebagian tanah.

وَاللَّهُ يُضَاعِفُ “Allah melipat gandakan (ganjaran)”, kelipatan itu.

لِمَنْ يَشَاءُ “bagi siapa yang Dia kehendaki”. Dengan karunia-Nya tergantung pada tingkat keikhlasan dan kesulitan orang yang berinfaq, karena itulah kadar pahala ‘amal akan berbeda-beda.

وَاللَّهُ وَاسِعٌ “Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)”, Tambahan karunia-Nya tidaklah sempit.

عَلِيمٌ “lagi Maha Mengetahui”. Terhadap niyat orang yang berinfaq dan kadar infaqnya.(Qadli Baidlawi).
________________________________

Ayat ini turun berkaitan dengan urusan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Abdur Rahman bin ‘Auf, jelasnya yaitu; Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghimbau orang-orang untuk bershasaqah pada saat hendak berangkat menuju perang Tabuk, ‘Abdur Rahman bin ‘Auf datang dengan membawa uang sebesar 4000 dirham lalu berkata; Wahai Rasul Allah, aku memiliki uang sebesar 8000 dirham, yang 4000 dirham aku simpan untuk kebutuhanku dan keluargaku dan yang 4000 dirham lagi akan aku hutangkan kepada Tuhanku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Semoga Allah memberkahi apa yang kamu simpan dan apa yang kamu berikan”. Dan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan berkata; Wahai Rasul Allah, atas dirikulah biaya perlengkapan orang yang tidak memiliki perlengkapan. Lalu turunlah ayat ini; “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih”. Dan seterusnya.(Abu Al Laits).

Al Kalabi dan Muqotil berkata; Ayat ini turun berkaitan dengan urusan shahabat ‘Aly bin Abu Thalib rasliyallahu ‘anh. Ia memiliki uang sebesar 4 dirham dan tidak memiliki lagi selainnya, lalu ketika turun anjuran bershadaqah, ia menshadaqahkan uangnya; satu dirham disiang hari, satu dirham disiang hari, satu dirham secara sembunyi-sembunyi dan satu dirham secara terang-terangan. Lalu turunlah ayat ini; “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih”. Dan seterusnya.(Abu Al Laits).

Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Sesungguhnya orang yang paling utama bagiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku”.

Diriwayatkan dari ‘Aly bin Abi Thalib radliyallaju ‘anh ia berkata, Nabi ‘Alaihishshalatu wassalam bersabda; “Tidaklah suatu do’a melainkan diantaranya dan Allah Ta’ala terdapat hijab sehingga orang yang berdo’a bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, apabila ia melakukan itu maka tersingkaplah hijab tersebut dan terkabullah do’anya”.

Diriwayatkan dari Anas radliyallahu ‘anh ia berkata, Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Ketika Allah Ta’ala menciptakan bumi dan bumi terus berguncang, lantas Allah Ta’ala menciptakan gunung dan menancapkan padanya, maka bumi menjadi tenang dan para malaikat heran lalu bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada gunung? Allah menjawab; Ya, yaitu besi. Mereka bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi? Allah menjawab; Ya, yaitu air. Mereka bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada air? Allah menjawab; Ya, yaitu angin. Mereka bertanya; Ya Rabb, adakah makhluk-Mu yang lebih kuat daripada angin? Allah menjawab; Ya, yaitu anak Adam yang bershadaqah dengan tangan kanannya dan merahasiakan dari tangan kirinya, itulah yang lebih kuat dari semuanya. Namun demikian itu setelah melalui beberapa perkara;
1.      Merahasiakan shadaqahnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Dan jika kamu menyembumyikannya dan kamu memberikannya kepada oranga-orang faqir, maka itu lebih baik bagimu”.(Qs. Al Baqarah 271). Sebab inilah para ‘ulama’ salaf bersungguh-sungguh didalam menyembunyikan shadaqah mereka dari penglihatan orang-orang sehingga sebagian dari mereka ada yang mencari orang faqir yang buta agar ia tidak tau siapa yang bershadaqah. Sebagian ada yang mengikatkan pada pakaian orang faqir yang tidur, dan sebagian lagi ada yang melemparkan dijalan orang faqir agar ia mengambilnya.
2.      Tidak menyebut-nyebutnya dan tidak menyakiti perasaan si penerima, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)”.(Qs. Al Baqarah 264).
3.      Yang dikeluarkan adalah hartanya yang terbaik, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Sekali-kali kamu tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan harta yang kamu cintai”.(Qs. Ali ‘Imran 92). Yaitu sehingga kamu tidak termasuk orang yang dijelaskan dalam firman Allah; “Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya”.(Qs, An Nahl 62). Karena itulah Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang baik, tidaklah menerima kecuali barang yang baik”. Yaitu barang halal. Sufyan Ats Tsauri berkata; Barangsiapa yang menafkahkan harta haram didalam ketha’atan kepada Allah Ta’ala, maka ia seperti membersihkan baju dengan air kencing, padahal baju tidak akan biasa bersih kecuali dengan air, dan dosa tidak akan bisa bersih kecuali dengan harta halal.
4.      Memberikannya dengan wajah berseri-seri, riang gembira tidak merengut, sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka, tidak ada kehawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(Qs. Al Baqarah 262). Karena itu Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Satu dirham lebih unggul diatas 100 ribu dirham”. Maksudnya; Bershadaqah satu dirham dari harta halal dengan wajah sukacita daripada 100 ribu dirham dengan wajah merengut.
5.      Memilih sasaran shadaqah dan memberikan kepada orang ‘alim yang taqwa yang menjadikannya sebagai sarana untuk ta’at dan taqwa kepada Allah Ta’ala atau orang shalih yang faqir, karena itu Allah Ta’ala berfirman; “Sesungguhnya shadaqah itu hanyalah untuk orang-orang faqir dan orang-orang miskin”.(Qs. At Taubah 60)

Diriwayatkan dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Apabila shadaqah telah keluar dari tangan pemiliknya, ia akan mengucapkan lima macam kalimat;
1)      Aku adalah kecil, maka besarkanlah aku.
2)      Dulu engkau yang menjagaku, kini aku yang akan menjagamu.
3)      Aku adalah musuh, maka jadikanlah aku kekasih.
4)      Aku adalah fana, maka abadikanlah aku.
5)      Aku adalah sedikit, maka perbanyaklah aku.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala; “Barangsiapa membawa ‘amal yang baik, maka baginya (pahala)sepuluh kali lipat ‘amalnya”.(Qs Al An am 160).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tidaklah seorang muslim yang memberi makan saudaranya hingga kenyang dan memberinya minum hingga segar kecuali Allah Ta’ala akan menjauhkan orang tersebut dari neraka dan menjadikan antara orang itu dan neraka tujuh jurang yang antara tiap-tiap jurang sejauh perjalanan 500 tahun dan neraka Jahannam memanggil-manggil; Wahai Tahanku, ijinkan aku untuk bersujud karena bersyukur kepada-Mu sebab Engkau benar-benar telah memerdekakan salah seorang dari ummat Muhammad dari siksaku, karena sesungguhnya aku malu kepada Muhammad untuk menyiksa ummatnya yang membenarkannya, namun tidak pilihan lain bagiku untuk mentha’ati-Mu. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan agar orang yang bershadaqah walaupun dengan sesuap roti atau sesgenggam kurma untuk masuk sorga”.


● HIKAYAH ●
Dikisahkan bahwa pada suatu masa di zaman Bani Israil terjadi krisis pangan yang sangat parah dalam beberapa tahun berturut-turut. Saat itu ada seorang wanita yang memiliki sesuap roti, lalu ia meletakkan kemulutnya karena hendak dimakannya, tiba-tiba seorang pengemis berkata dari balik pintu; Berilah aku sesuap makanan karena mencari ridla Allah Ta’ala. Lantas wanita itu mengeluarkan sesuap roti yang ada dimulutnya dan memberikannya pada pengemis tersebut. Kemudian wanita itu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar bersama dengan anak laki-lakinya yang masih kecil, lantas datanglah seekor harimau lalu menerkam bayi itu dan membawanya pergi, maka wanita itu menjerit-jerit dan mengejar harimau tersebut. Kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat Jibril untuk melepaskan bayi itu dari mulut harimau dan menyerahkannya kepada ibunya. Jibril berkata; Wahai hamba Allah, apakah kamu ridla bila anakmu ditukar dengan sesuap makanan? (Demikianlah apa yang disebutkan dalam tafsir Al Hanafi).


● HIKAYAH ●
Didalam dalam tafsir Al Hanafi juga disebutkan; Sayyidah ‘A’isyah radliyallahu ‘anha berkata; Bahwa seorang wanita datang kepada Nabi ‘alaihishshalatu wassalam, sedang tangan kanannya lumpuh lalu berkata; Wahai Nabi Allah, berdo’alah kepada Allah hingga Allah mengembalikan tanganku seperti sediakala. Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bertanya; “Apakah gerangan yang membuat tanganmu lumpuh?” Wanita itu menjawab; Aku melihat dalam mimpiku seakan-akan kiamat telah terjadi, neraka Jahim telah dinyalakan dan sorga didekatkan, lalu aku melihat ibuku dalam neraka Jahannam, tangan satunya memegang sepotong lemak dan tangan lainnya memegang gombal kecil yang keduanya digunakan untuk melindungi dirinya dari api neraka, lalu aku bertanya; Apa yang terjadi, mengapa aku melihatmu berada dalam jurang ini, padahal kamu adalah orang yang tha’at kepada Tuhanmu dan suamimu ridla kepadamu? Ibuku menjawab; Wahai puteriku, ketika didunia aku termasuk orang yang pelit dan tempat ini adalah tempat orang-orang pelit. Aku bertanya; Apa maksud sepotong lemak dan gombal kecil yang ada di tanganmu ini? Ibu menjwab; Ini adalah shadaqah yang aku berikan ketika didunia, dan aku tidak pernah bershadaqah seumur hidupku kecuali dengan sepotong lemak dan gombal kecil ini. Aku bertanya; Di manakah ayahku? Ibu menjawab; Ayahmu adalah orang yang dermawan, dia berada di tempat orang-orang dermawan. Kemudian aku pergi ke surga. Ternyata ayahku sedang berdiri di pinggir telagamu memberi minum orang-orang wahai Rasulallah. Lalu Aku berkata; Wahai ayahku, sesungguhnya ibuku adalah wanita yang tha’at kepada Tuhannya dan engkau ridla terhadapnya, kini dia berada di neraka Jahannam sedang kepanasan, sementara engkau memberi minum orang-orang dari telaga Nabi ‘alaihishshalatu wassalam, maka berilah dia seteguk minuman dari air telaga. Ayahku menjawab; Wahai putriku, Allah Ta’ala mengharamkan bagi orang-orang pelit dan berdosa berdosa minum air telaga Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Lantas aku mengambil segelas air telagamu tanpa ijin ayahku, lalu meminumkannya pada ibuku yang sedang kehausan, kemudian aku mendengar seruan berkata; Semoga Allah Ta’ala melumpuhkan tanganmu, engkau telah memberi minum wanita ma’shiyat yang pelit dari telaga Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Begitu terbangun, tiba-tiba tanganku menjadi lumpuh. Sayyidah ‘A’isyah radliyallahu ‘anha melanjutkan; Setelah Nabi ‘alaihishshalatu wassalam mendengar cerita wanita itu, lalu beliau meletakkan tongkatnya diatas tangan wanita tersebut dan berdo’a; “Wahai Tuhanku! Demi mimpi yang dia ceritakan, semoga Engkau menyembuhkan tangannya”. Lantas tangan wanita itu sembuh kembali seperti sediakala. Kemudian Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Dermawan adalah salah satu pohon disorga yang cabangnya bergelantungan didunia, barangsiapa yang  mengambil satu cabang darinya maka cabang itu akan menuntunnya kesorga, dan pelit adalah salah satu pohon dineraka yang cabangnya bergelantungan didunia, barangsiapa yang mengambil satu cabang darinya maka cabang itu akan menuntunnya keneraka”. Dan Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Orang yang dermawan adalah dekat dengan Allah Al Haq dan makhluk, sedangkan orang yang pelit adala jauh dari Allah Al Haq dan makhluk”. Demikian pula Rasulullah ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Orang yang pelit tidak akan masuk sorga walaupun ia orang yang zuhud”.


● HIKAYAH ●
Seekor burung rajawali (burung layang-layang) datang kepada Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihimassalam dan melaporkan; Bahwa ada seseorang laki-laki yang memiliki pohon, dan aku beranak diatas pohon itu, lalu pemilik pohon itu membuang anakku. Lantas Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memanggil laki-laki pemilik pohon itu dan berpesan kepadanya agar ia tidak membuangnya lagi. Dan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berkata kepada dua syaithan; Aku memerintahkan kalian, tahun depan apabila laki-laki ini membuang anak burung itu lagi maka tangkap dan potonglah ia menjadi dua bagian, lalu yang satu bagian lemparkan keujung timur dan yang satu lagi lemparkan keujung barat. Pada tahun berikutnya, laki-laki itu lupa terhadap pesan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dan ia bermaksud akan memanjat pohon itu untuk membuang anak burung tersebut, sementara ia telah bershadaqah berupa sepotong roti. Maka seekor burung itu datang kepada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam melaporkan laki-laki pemilik pohon tersebut, lantas Nabi Sulaiman ‘alaihissalam memanggil kedua syaithan itu hendak menghukumnya. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berkata kepada keduanya; Kenapa kalian tidak melaksanakan apa yang telah aku perintahkan kepada kalian? Kedua syaithan menjawab; Wahai khalifah Allah, sesungguhnya ketika laki-laki itu hendak memanjat pohon, kami berdua telah berusaha untuk menangkapnya, namun ia telah bershadaqah kepada seorang muslim berupa sepotong roti, karena itu Allah Ta’ala mengutus kepadanya dua malaikat dari langit hingga masing-masing menangkap kami berdua lalu melemparkan salah satu dari kami keujung timur dan yang satu lagi keujung barat serta kejelekan kami dijauhkan dari laki-laki itu berkat shadaqahnya.


● HIKAYAH ●
Dikisahkan bahwa pada suatu masa di zaman Bani Israil terjadi musim paceklik. Lalu datanglah seorang faqir kepintu rumah orang kaya dan berkata; Bersedekahlah dengan sepotong roti karena mencari ridla Allah Ta’ala. Lantas putri orang kaya itu keluar menemuinya dengan membawa roti yang masih hangat dan memberikan kepadanya. Tidak lama kemudian datanglah orang kaya yang jahat itu kerumahnya dan langsung memotong tangan kanan putrinya. Lalu Allah Ta’ala merubah keadaannya, menghancurkan kekayaannya, menjadikannya orang yang faqir dan mati dalam keadaan hina. Sedangkan putrinya menjadi pengemis yang berkeliling dari pintu kepintu, dan dia adalah seorang gadis yang cantik jelita. Pada suatu hari ia datang kerumah seorang laki-laki yang kaya, lantas ibu laki-laki itu keluar lalu menatap wajah dan kecantikannya dan mempersilahkannya masuk. Setelah masuk si ibu menyampaikan isi hatinya bahwa ia bermaksud untuk menikahkan gadis itu pada anak laki-lakinya. Kemudian setelah dinikahkan, si ibu menghiasinya dan menyuguhkan hidangan makan malam untuknya bersama suaminya, lalu si gadis mengeluarkan tangan kirinya karena hendak makan bersama suaminya, maka suaminya berkata; Aku dengar adab orang miskin itu rendah, keluarkanlah tangan kananmu. Namun si gadis kembali mengeluarkan tangan kirinya, lalu suaminya mengulangi perkataannya beberapa kali hingga terdengar suara berseru dari pojok rumah; Keluarkanlah tangan kananmu wahai hamba perempuan-Ku, sungguh engkau telah memberikan sepotong roti karena Aku, dan Aku pasti akan mengembalikan tangan kananmu. Lantas si gadis mengeluarkan tangan kanannya dalam keadaan sempurna dengan kuasa Allah Ta’ala dan makan bersama suaminya. Ambillah kisah ini sebagai pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai wawasan dan nafkahkanlah hartamu dijalan Allah hingga kamu menperoleh keberuntungan dunia dan akhirat.(Zubdatul Wa’idzin).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Barangsiapa yang memulyakan tamu, maka ia benar-benar memulyakanku, barangsiapa yang memulyakanku, maka ia benar-benar memulyakan Allah Ta’ala, dan barangsiapa yang membenci tamu, maka ia benar-benar membeciku, barangsiapa yang membenciku, maka ia benar-benar membenci Allah Ta’ala”.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya apabila tamu memasuki rumah seorang mu’min, maka masuklah bersamanya seribu barakah dan seribu rahmat”.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Tidaklah seseorang yang kedatangan tamu lalu memulyakannya dengan menyuguhkan makanan seadanya kecuali Allah Ta’ala membukakan pintu sorga untuknya”. “Barangsiapa memberi makan orang lapar hingga kenyang, maka wajib baginya masuk sorga”. “Barangsiapa mencegah makanan dari orang yang lapar, maka Allah akan mencegah karunia-Nya darinya kelak pada hari kiamat, dan akan menyiksanya dalam neraka”. “Barangsiapa memberi makan orang lapar karena mencari ridla Allah Ta’ala, maka wajib baginya masuk sorga”.

Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “’Amal yang paling utama dimuka bumi ada tiga; Mencari ‘ilmu, Jihad dan Pekerjaan yang halal. Adapun orang yang mencari ‘ilmu adalah Habibullah Ta’ala, orang yang berjihad adalah Waliyyullah Ta’ala dan orang yang mengerjakan pekerjaan halal adalah Karimullah Ta’ala”. Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah.(Daqoiqul Akhbar).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Lindungilah dirimu dari api neraka” yaitu jadikanlah antara dirimu dan api neraka pelindung berupa shadaqah “walaupun hanya setengah biji kurma” karena itu cukup untuk menyambung nyawa terutama bagi bayi, maka janganlah kamu meremehkan orang yang bershadaqah dengannya.(Jami’ush Shaghir).

Walhasil; Menafkahkan harta dijalan Allah adakah sebab tercapainya pahala yang berlimpah, selamat dari perkara yang menakutkan, kesulitan dan bala’ mushibah didunia dan akhirat sebagaimana yang diriwayatkan Al Khatib dari Anas radliyallahu ‘anh ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Shadaqah dapat mencegah 70 macam bala’ mushibah, yang paling ringan adalah kusta dan lepra”. (Jami’ush Shaghir).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4