KEUTAMAAN TAUHID MAJLIS 09 KITAB DURRATUN NASHIHIN
MAJLIS 09
KITAB DURRATUN NASHIHIN
KITAB DURRATUN NASHIHIN
Surat
Ali ‘Imran 18-19
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ
قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ . إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ
مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (آل عمران ١٨-١٩)
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para malaikat, dan orang-orang yang
ber’ilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijiksana. Sesungguhnya Agama
(yang diridlai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Qs. Ali ‘Imran 18-19).
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah)”, Allah Ta’ala menjelaskan shifat Wahdaniyah (Esa) Nya dengan
mengangkat dalil-dalil yang menunjukkan atasnya dan menurunkan beberapa ayat
yang menerangkan tentangnya.
وَالْمَلَائِكَةُ “Para malaikat”, Menyatakan.
وَأُولُو الْعِلْمِ “dan orang-orang
yang ber’ilmu (juga menyatakan yang demikian itu)”,
Yaitu beriman dengan shifat Wahdaniyah (Esa) Nya dan berhujjah atasnya. Allah
Ta’ala menyerupakan dalil-dalil yang menunjukkan atas shifat Wahdaniyah-Nya
dengan kesaksian orang yang bersaksi didalam menjelaskan dan mengungkapkan.
(ayat ini juga menunjukkan atas kemuliaan dan keutamaan ahli ‘imu, dimana Allah
Ta’ala menggandeng kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya, karena ‘ilmu adalah
shifat Allah Ta’ala yang luhur dan ni’mat-Nya yang agung dan ‘ulama’ adalah lambang
Islam. Pnt).
قَائِمًا بِالْقِسْطِ “Yang
menegakkan keadilan”, Didalam
pembagian dan hukum-Nya. Lafadz “قَائِمًا “
dibaca nashab karena menjadi hal dari lafadz “اللَّهُ “. Diperbolehkannya
memufradkan lafadz “قَائِمًا “ sebagai hal karena
tidak ada kerancuan sebagaimana firman Allah Ta’ala; “وَوَهَبْنَا لَهُ إسحاق
وَيَعْقُوبَ نَافِلَةًحال “.(Qs.
Al Anbiya’ 72). Atau sebagai hal dari lafadz “هُوَ “
sedangkan ‘amilnya adalah ma’nanya jumlah, yaitu “تَفَرَّدَ قَائِمًا “ atau
“أَحَقُّهَ “
karena lafadz “قَائِمًا “ adalah hal yang mengukuhkan,
atau karena memuji, atau dibaca nashab karena menjadi shifatnya lafadz yang dinafikan
(isimnya لَا yang dimabnikan) namun ini lemah karena terdapat
pemisah antara shifat dan maushuf. Apabila “ قَائِمًا “dijadikan shifat atau halnya dlamir maka ia
termasuk didalam perkara yang disaksikan. Dan lafadz “قَائِمًا بِالْقِسْطِ “ boleh
dibaca “القَائِمُ
بِالْقِسْطِ “ karena menjadi badalnya “هُوَ “, atau
menjadi khabar mubtada’ yang dibuang.
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ “Tiada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah)”, Allah
Ta’ala mengulanginya karena untuk mengukuhkan dan menambahkan perhatian dengan
mengetahui dalil-dalil dan hukum tawhid setelah menegakkan hujjah, dan agar
firman Allah Ta’ala “الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “ dapat
terbangun diatas kalimat “ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ “.
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijiksana”, Kini dapat
diketahui bahwasanya Allah Ta’ala memiliki shifat Maha Perkasa dan Maha
Bijaksana. Lafadz “الْعَزِيزُ “
didahulukan karena lebih dahulunya mengetahui kekuasaan Allah daripada
mengetahui kebijaksanaan-Nya. Lafzadz “الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “
dibaca rafa’ karena menjadi badalnya dlamir, atau karena menjadi shifat
fa’ilnya “شَهِدَ
“. Dan diriwayatkan tentang keutamaan kalimat
tawhid bahwa Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Orang yang bertawhid
kelak akan didatangkan pada hari kiamat, kemudia Allah Ta’ala berfirman;
Sesungguhnya aku memiliki janji pada hamba-Ku ini dan Aku adalah Dzat yang
wajib memenuhi janji, masukkanlah hamba-Ku kedalam sorga”. Ayat ini juga
menunjukkan atas keutamaan ‘ilmu Ushulud Din dan kemuliaan ahlinya.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ “Sesungguhnya
Agama (yang diridlai) disisi Allah hanyalah Islam”, ini adalah jumlah isti’naf yang mengukuhkan
kata yang pertama, artinya; Tidak ada Agama yang diridlai di sisi Allah Ta’ala
selain Islam yaitu Tawhid (meng Esakan Allah) dan mensyari’atkan dengan dengan
syri’at yang dibawa oleh Nabi ‘alaihishshalatu wassalam.
وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ
“Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab”, Yaitu orang-orang Yahudi dan Nashrani, atau orang-orang yang
memiliki kitab terdahulu (yang berselisih) tentang Agama Islam, sebagian kaum
berkata; Agama Islam adalah Agama yang haq, sebagian lagi berkata; Agama Islam
adalah khusus bagi orang ‘Arab dan yang lainnya menafikan Agama Islam secara
mutlak. Atau tentang tawhid, yaitu; orang-orang Nashrani beri’tikad bahwa Tuhan
itu ada tiga, dan orang-orang Yahudi berkata; ‘Uzair itu putra Allah. Ada pula
yang mengatakan; Mereka adalah kaum Nabi Musa ‘alaihishshalatu wassalam yang
berselisih setelah beliau wafat, dan ada yang berkata; Mereka adalah orang-orang
Nashrani yang berselisih tentang urusan Nabi ‘Isa ‘alaihishshalatu wassalam.
إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ “kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka”, Yaitu
setelah mereka mengetahui hakikatnya suatu perkara atau setelah mereka mampu
menguasai ‘ilmu tentang hakikat suatu perkara dengan ayat-ayat (yang menyinari)
dan hujjah-hujjah (yang cemerlang).
بَغْيًا بَيْنَهُمْ “karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka”, Dan
karena mereka mencari jabatan, bukan karena keserupaan dan kesamaran dalam
suatu parkara.
وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ
اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ “Barangsiapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. Ini merupakan ancaman bagi orang yang inkar (dengan
ayat-ayat-Nya).
________________________________
Diriwayatkan
dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Telah datang kepadaku malaikat Jibril,
Israfil, ‘Izrail dan Mikail ‘alaihimushshalatu wassalam, lalu malaikat Jibril
berkata; Ya Rasulallah, barangsiapa yang bershalwat kepadamu sepuluh kali,
akulah yang akan memegang tangannya dan menjalankannya diatas shirath, malaikat
Mikail berkata; Akulah yang akan memberi minum dari telagamu, malaikat Israfil
berkata; Aku akan bersujud kepada Alla Ta’ala dan aku tidak akan mengangkat
kepalaku hungga Allah Ta’ala mengampuninya, malaikat ‘Izrail berkata; Aku akan
mencabut ruhnya sebagaimana aku mencabut ruh para Nabi ‘alaihimushshalatu
wassalam”.
Dikatakan,
ma’na “شَهِدَ
اللَّهُ “ adalah; Keputusan dan ketetapan Allah. Dan
dikatakan; Allah memberitahu bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, demikian
itu dengan menjelaskan dalil-dalil sekiranya dapat sampai pada pengetahuan
tentang shifat wahdaniyah-Nya Allah Ta’ala, Dia-lah Allah yang Maha luhur yang
menunjukkan hamba-hamba-Nya mengetahui tentang ke Esaan-Nya.(Tafsir Al Lubab).
Dikatakan,
ma’na kesaksian Allah adalah memberi khabar dan memberi tahu, dan ma’na
kesaksian para malaikat dan orang-orang mu’min adalah membenarkan dan mengakui
shifat Wahdaniyah-Nya Allah Ta’ala. Para ‘ulama’ berbeda pendapat tentang ma’na “Ulul ‘Ilmi”, ada yang berkata; Mereka
adalah para Nabi ‘alaihimushshalatu wassalam karena mereka lebih mengetahui
tentang Allah Ta’ala, ada pula yang berkata; Mereka adalah para ‘Ulama’
shahabat Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam dari shahabat muhajirin dan
anshar, dan ada yang mengatakan; Mereka adalah ‘Ulama’ seluruh orang
mu’min.(Tafsir Khazin).
Sebagian
ulama’ berkata; Ayat ini menunjukkan atas keutamaan ‘ilmu dan kemuliaan
‘ulama’, karena jika memang ada seseorang yang lebih mulia daripada ‘ulama’,
tentu Allah Ta’ala akan menggandeng namanya dengan para malaikat bukan ‘ulama’.
Diriwayatkan
dari Al Bazzaz dari nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Firman
Allah Ta’ala “إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ “ turun
ketika orang-orang musyrik menyombongkan Agama mereka, setiap golongan dari
mereka berkata; Tidak ada Agama selain Agama kami, Agama kami adalah Agama yang
dipilih oleh Allah Ta’ala sejak Allah Ta’ala mengutus Nabi Adam
‘alaihishshalatu wassalam, lantas Allah Ta’ala mendustakan mereka dengan
firman-Nya “ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ “ (Sesungguhnya Agama (yang diridlai) disisi Allah hanyalah Islam)
yang dibawa Muhammad ‘alaihishshalatu wassalam, Islam itulah Agama yang
haq”.(Syaikh Zadah).
Diriwayatkan
dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Ketika turun ayat “الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ “ (surat Al Fatihah), ayat kursy, ayat “شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ... “ (Al Ayah) dan ayat “قُلِ اللّٰهُمَّ مَالِكَ
الْمُلْكِ “ sampai “بِغَيْرِ حِسَابٍ “,
ayat-ayat tersebut bergantungan di ‘Arsy dan berkata; Wahai Tuhanku, apakah
Engkau hendak menurunkan kami pada kaum yang berbuat ma’shiyat kepada-Mu? Alla
Ta’ala berfirman; Demi kemulian dan keagungan-Ku, tidaklah seorang hamba
membacamu setiap selesai shalat maktubah melainkan Aku akan mengampuninya,
menempatkannya dalam sorga Firdaus, Aku akan melihatnya setiap hari 70 kali dan
Aku akan memenuhi hajat-hajatnya sebanyak 70 hajat yang paling rendahnya adalah
memberi ampun. Dan Nabi ‘alaihishshalatu wassalam membaca ayat “شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “ lalu
mengucapkan “وَأَنَا عَلَى ذٰلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ “
redaksi Thabrany berupa “ وَأَنَا أَشْهَدُ أَنَّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ “ (Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Engkau yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana)”.
Dari
‘Ubadah bin Shamit bahwasanya Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Barangsia
yang bersaksi; Sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, maka Allah Ta’ala mengharamkan jasadnya dari api
neraka”.(Ad Durrul Mantsur lil Imam As Suyuthi).
Dari
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Apabila seorang hamba yang
mu’min mengucapkan “ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ “, maka keluarlah dari mulutnya malaikat
seperti burung berwarna hijau dan memiliki dua sayap berwarna putih yang dimahkotai
dengan intan dan yaqut, salah satu sayapnya ada di barat dan satunya lagi ada
ditimur, ketika ia membentangkan kedua sayapnya, maka kedua sayapnya melampaui
barat dan timur, kemudian ia naik kelangit hingga sampai ke ‘Arsy, sementara ia
bergaung seperti suara lebah, lalu malaikat pemikul ‘Asry berkat; Diamlah demi
kemuliaan Allah dan keagungan-Nya, ia menjawab; Aku tidak akan diam sehingga
Allah mengampuni orang yang mengucapkan “ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللَّهِ
“, lantas Allah Ta’ala memberinya 70 ribu lisan dan semuanya memohonkan ampun
untuk orang yang mengucapkan “ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللَّهِ
“ hingga kiamat, dan pada hari kiamat kalimat itu akan memegang tangan orang
yang memilikinya melewati Shirath dan memasukkannya ke sorga”.(Rawdlatul
‘Ulama’).
Dari
Jabir bin ‘Abdullah dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam, beliau bersabda pada
malam mi’raj; “Ketika aku di mi’rajkan (dinaikkan) kelangit, aku melihat sebuah
kota sebesar dunia seribu kali lipat yang digantung dengan rantai dari cahaya
dibawah ‘Arsy, kota itu memiliki 100 ribu pintu tersendiri, pada setiap pintu
terdapat taman yang beralaskan Rahmat Allah, setiap taman terdapat istana yang
terbuat dari cahaya, setiap istana terdapat rumah dari cahaya, setiap rumah
terdapat 70 kamar dari cahaya, setiap kamar terdapat kamar kecil dari cahaya,
diatas setiap rumap terdapat panggung dari cahaya, setiap panggung terdapat 400
pintu, setiap pintu terdapat dua daun pintu, satu dari emas dan satu lagi dari
perak, pada setiap pintu terdapat ranjang dari cahaya, setiap ranjang terdapat kasur
dari cahaya, dan diatas setiap kasur terdapat wanita muda berupa bidadari yang
apabila salah satu dari mereka menampakkan jari jemarinya kedunia niscaya
cahayanya mengalahkan cahaya matahari dan bulan, kemudian aku bertanya; Wahai
Tuhanku, apakah ini untuk Nabi ataukah untuk Shiddiqin? Allah Ta’ala menjawab;
Ini untuk orang yang berdzikir pada malam dan siang hari, bagi mereka di
sisi-Ku masih terdapat tambahan dan Aku adalah Dzat yang luas
rahmat-Nya”.(Tanbihul Ghofilin).
Dari
nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Pada suatu hari Nabi
‘alaihishshalatu wassalam duduk dalam keadaan susah, lalu datanglah malaikat
Jibril ‘alaihishshalatu wassalam dan berkata; Wahai Muhammad, susah apakah ini,
Allah memberi lima perkara untuk ummatmu, dan Allah belum pernah memberikannya
kepada seorangpun sebelummu;
1.
Allah
Ta’ala berfirman; “Aku seperti prasangka hamba-Ku kepada-Ku”, dan Allah tidak
akan menyelisihi prasangka hamba-Nya.
2.
Barangsiapa
yang menutupi ‘aibnya didunia, Allah tidak akan membongkarnya kelak di akhirat.
3.
Pintu
taubat tidak akan ditutup untuk ummatmu selama belum sekarat.
4.
Barangsiapa
yang datang dengan membawa kejelekan sepenuh bumi, Allah akan mengampuni
kejelekannya setelah ia mengucapakan “ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللَّهِ
“.
5.
Allah
akan menghilangkan ‘adzab orang-orang mati dengan do’a orang-orang yang masih
hidup.(Zahratur Riyadl).
Ibnu
‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata; Allah Ta’ala menciptakan ruh empat ribu
tahun sebelum mencipatakan jasad, dan menciptakan rizki empat ribu tahun
sebelum menciptaka jasad, kemudian Allah Ta’ala bersaksi dengan diri-Nya
sendiri sebelum menciptakan makhluk ketika belum ada langit, bumi, daratan dan
lautan, lalu Allah Ta’ala berfirman; “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat, dan orang-orang yang ber’ilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tiada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah) Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijiksana”.(Tafsir Al Khazin).
Dari
Sa’id bin Jubair ia berkata; Pada sekitar Baitullah terdapat 360 berhala,
ketika ayat yang mulia ini turun, semuanya roboh bersujud. Dikatakan; Ayat ini
turun menjelaskan tentang keadaan orang-orang Narasi Najran yang beri’tikad
bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihishshalatu wassala adalah anak Tuhan.(Abu Su’ud).
Al
Kalabi berkata; Dua orang uskup dari beberapa uskup dinegara Syam datang ke
Madinah menghadap Nabi ‘alaihishshalatu wassalam, ketika keduanya melihat
Madinah mereka berkata; Alangkah miripnya Madinah ini dengan Madinahnya Nabi
yang akan keluar di akhir zaman, ketika berjumpa Nabi dan mengenalnya dengan
shifat, mereka berkata; Kamu Muhammad? Nabi ‘alaihishshalatu wassalam menjawab;
“Ya”, mereka bertanya lagi; Kamu Ahmad? Beliau menjawab; “Aku Muhammad dan
Ahmad, mereka berkata; Kami berdua hendak bertanya sesuatu kepadamu, jika kamu
mengabarkan kepada kami tentang sesuatu itu, kami akan beriman kepadamu dan
akan membenarkanmu, Nabi bersabda; Bertanyalah kalian, lalu mereka bertanya;
Kabarkan kepada kami tentang kesaksian yang paling agung didalam kitab Allah,
lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat ini, kemudian mereka beriman dan masuk
Islam.(Abu As Su’ud).
Dari
Abu Hurairah dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Kelak seluruh ‘amal akan
datang pada hari kiamat karena untuk menjadi hujjah bagi pemiliknya dan memberi
syafa’at, lalu datanglah shalat dan berkata; Wahai Tuhanku, aku adalah shalat, maka
Allah berfirman; Sesungguhnya engkau dalam kebaikan, lalu datanglah sedekah dan
berkata; Wahai Tuhanku, aku adalah sedekah, maka Allah berfirman; Sesungguhnya
engkau dalam kebaikan, lalu datanglah puasa dan berkata; Wahai Tuhanku, aku
adalah puasa, maka Allah berfirman; Sesungguhnya engkau dalam kebaikan, lalu
datanglah ‘amalan-‘amalan yang lain, maka Allah berfirman; Sesungguhnya engkau
dalam kebaikan, kemudian setelah itu datanglah Islam dan berkata; Engkau adalah
As Salam (Maha Penyelamat) dan aku adalah Islam, maka Allah berfirman; engkau
datang dalam kebaikan, karenamu Aku mengambil dan karenamu Aku memberi”. Islam
berkata demikian karena Islam menghimpun segala ‘amal kebaikan.(Sananiyah).
●
LAIN-LAIN ●
Diriwayatkan;
Bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihishshalatu wassalam berjalan disebuah desa, didesa itu
ada seorang Qashshar (tukang binatu), lalu penduduk desa melaporkannya kepada
Nabi ‘Isa ‘alaihishshalatu wassalam; Sesungguhnya Qashshar ini membendung air,
meludah disana dan mengotorinya, berdo’alah kepada Allah agar Allah tidak
mengembalikannya dari manapun ia pergi. Lantas Nabi ‘Isa berdo’a; Ya Allah,
utuslah seekor ular kepadanya, janganlah Engkau mengembailkannya dalam keadaan
hidup. Pada suatu ketika, Qashshar pergi ketempat air untuk mencuci pakaian
dengan membawa tiga keping roti, setelah berada ditempat air, turunlah seorang
‘Abid (ahli ‘ibadah) yang ber’ibadah di atas gunung yang berada didesa itu dan
berkata; Adakah sesuatu yang dapat engkau berikan untuk kumakan? Atau bisakah
engkau memberitahuku hingga aku dapat melihatnya atau mencium baunya? Sungguh
sejak ini dan ini aku belum makan suatu apapun. Lalu Qashshar memberinya satu
keping roti, maka ‘Abid berkata; Wahai Qashshar, semoga Allah mengampuni dosamu
dan membersihkan hatimu, lalu Qashshar memberinya satu keping lagi, maka ‘Abid berkata;
Wahai Qashshar, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang
akan datang, lalu Qashshar memberinya lagi roti untuk yang ketiga kalinya, maka
‘Abid berkata; Wahai Qashshar semoga Allah membangunkan untukmu istana disorga,
kemudian pulanglah Qashshar kedesa, lantas penduduk desa melapor kepada Nabi
‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam; Sesungguhnya Qashshar benar-benar telah kembali,
maka Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam berkata; Panggil ia kemari, lantas
penduduk desa memenggil dan menghadapkannya kepada Nabi ‘Isa
‘alaihishshaltuwassalam. Kemudian Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam bertanya;
Wahai Qashshar kabarkan kepadaku, kebaikan apa yang engkau kerjakan hari ini? Lalu
Qashshar mengabarkan kisah tentang air, tiga keping roti dan do’a-do’a yang
dipanjatkan oleh seorang ‘Abid. Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam berkat;
Berikan bungkusanmu. Qashshar memberikannya, lalu Nabi ‘Isa
‘alaihishshaltuwassalam membukanya, ternyata didalamnya ada ular hitam yang
dikendalikan dengan kendali baja. Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam berkata;
Wahai ular hitam. Ular hitam menjawab; Aku penuhi panggilanmu wahai Nabi Allah.
Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam melanjutkan; Bukankah aku telah mengutusmu
kepada Qashshar ini? Ular hitam menjawab; Ya, namun seorang ‘Abid datang dari
gunung itu, ia meminta makanan kepada Qashshar, Qashsharpun memberinya makanan,
kemudian ‘Abid itu mendo’akannya dengan tiga do’a dan disana ada malaikat yang
berdiri mengucapkan; Amin. Lantas Allah Ta’ala mengutus malaikat kepadaku dan
mengendalikanku dengan kendali baja. Kemudian Nabi ‘Isa ‘alaihishshaltuwassalam
berkata; Wahai Qashshar, mulailah bekerja, Allah Ta’ala benar-benar telah
mengampunimu.(Tanbihul Ghofilin).
●
HIKAYAH ●
Ketika
Ibrahim Al Wasithi wuquf di ‘Arafah, tangannya memegang tujuh batu, lalu
berkata; Wahai batu, bersaksilah bahwa sesungguhnya aku mengucapkan; “لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ “ (tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah), kemudian malam itu ia tidur. Didalam
tidurnya ia bermimpi seakan-akan kiamat telah terjadi, dan setelah dihisab ia
diperintahkan untuk masuk neraka, lalu ketika malaikat membawanya pergi kepintu
neraka tiba-tiba salahsatu batu dari batu-batu itu menjtuhkan dirinya didepan
pintu neraka, maka berkumpallah semua malaikat ‘adzab untuk mengangkatnya namun
mereka tidak mampu, kemudian malaikat membawanya kepintu yang lain, ternyata
disana ada salahsatu batu dari tujuh batu itu dan malaikat tidak mampu untuk
mengangkatnya, hingga malaikat membawanya pergi ketujuh pintu neraka, disanapun
juga ada salahsatu batu dari batu-batu itu dan semua batu-batu itu berkata; Kami
telah bersaksi bahwa sesungguhnya ia bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah. Kemudian ia dibawanya ke ‘Arsy, maka Tuhan
Tabaraka wa Ta’ala berfirman; ‘Engkau telah menjadikan batu-batu itu sabagai
saksi dan batu-batu itu tidak menyia-nyiakan hakmu, maka mana mungkin Aku menyia-nyiakan
hakmu sedangkan Aku adalah Dzat yang Maha menyaksikan kesaksianmu, Allah Ta’ala
melanjutkan firman-Nya; Masukkanlah ia kesorga’. Ketika tiba disana, ia
menemukan semua pintu-pintu sorga terkunci, lalu datanglah ‘kesaksian bahwa
tiadaTuhan melainkan Allah’, maka terbukalah semua pintu-pintu sorga dan
masuklah ia kedalamnya.(Demikianlah yang dijelaskan dalam Al Mawa’idz).
Komentar
Posting Komentar