Surat Wasiat al-Ghazali Bagi Para Pelajar Kitab Ayyuhal Walad Bag 8
Bagi Para Pelajar
Kitab Ayyuhal Walad
Kitab Ayyuhal Walad
Bag. 8
أَيُهَا الْوَلَدُ..!!
خُلُاصَةُ الْعِلْمِ: أَنْ تَعْلَمَ أَنَّ
الطَّاعَةَ وَالْعِبَادَةَ مَا هِيَ؟
Wahai
anakku !.
Inti
dari pengetahuan ialah; Kamu mengetahui ma’na tha’at dan ‘ibadah. Apa ma’na
tha’at dan ‘ibadah itu?
.
اِعْلَمْ أَنَّ الطَّاعَةَ وَالْعِبَادَةَ مُتَابَعَةُ
الشَّارِعِ فِي الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي بِالْقَوْلِ وَالْفِعْلِ، يَعْنِي: كُلُّ
مَا تَقُوْلُ وَتَفْعَلُ، وَتَتْرُكُ يَكُوْنُ بِإقْتِدَاءِ الشَّرْعِ، كَمَا لَوْ
صُمْتَ يَوْمَ الْعِيْدِ وَأّيَّامَ التَّشْرِيْقِ تَكُوْنُ عَاصِيًا، أَوْ صَلَّيْتَ
فِي ثَوْبٍ مَغْصُوْبٍ ـ وَإِنْ كَانَتْ صُوْرَةَ عِبَادَةٍ ـ تَأْثَمُ.
Ketahuilah,
bahwa tha’at dan ‘ibadah adalah mengikuti syari; (pemilik syari’at), dalam
segala perintah-perintahnya dan meninggalkan segala larangan-larangannya baik dengan
ucapan maupun dengan perbuatan. Maksudnya apapun yang kamu ucapkan, yang kamu
lakukan dan yang kamu tinggalkan, semuanya karena mengikuti aturan syari’at.
Seperti apabila kamu berpuasa di hari raya atau hari-hari tasyriq, maka kamu
termasuk orang yang durhaka. Atau misalnya kamu shalat dengan pakaian yang di ghasab,
walaupu bentuknya ‘ibadah, kamu tetap berdosa.
أَيُهَا الْوَلَدُ..!!
يَنْبَغِي لَكَ أَنْ يَكُوْنَ قَوْلُكَ وَفِعْلُكَ
مُوَافِقًا لِلشَّرْعِ؛ إِذِ الْعِلْمُ وِالْعَمَلُ بِلَا اقْتِدَاءِ الشَّرْعِ ضَلَالَةٌ،
وَيَنْبَغِي لَكَ أَلاَّ تَغْتَرَّ بِالشَّطْحِ وَطَامَّاتِ الصُّوْفِيَّةِ؛ لِأَنَّ
سُلُوْكَ هَذَا الطَّرِيْقِ يَكُوْنُ بِالْمُجَاهَدَةِ وَقَطْعِ شَهْوَةِ النَّفْسِ
وَقَتْلِ هَوَاهَا بِسَيْفِ الرِّيَاضَةِ، لَا بِالطَّامَّاتِ وَالتُّرَّهَاتِ. (((
أي الأباطيل ))).
Wahai
anakku !.
Adalah
suatu keharusan bagimu bahwa ucapan dan perbuatanmu senantiasa sesuai dengan
peraturan syara’, karena ‘ilmu dan ‘amal tanpa mengikuti syara’ adalah sesat.
Dan seharusnya kamu tidak terpedaya oleh pengakuan (yang di ada-adakan tentang
cinta kepada Allah Ta’ala) dan kepalsuan kaum shufi, karena menempuh jalan ini
harus dengan usaha yang sungguh-sungguh, mematahkan keinginan jahat dan
memerangi hawa nafsu dengan senjata melatih diri, bukan dengan kesesatan dan
kebatilan.
وَاعْلَمْ أَنَّ اللِّسَانَ الْمُطْلَقَ وَالْقَلْبَ
الْمُطْبَقَ الْمَمْلُوْءَ بِالْغَفْلَةِ وَالشَّهْوَةِ عَلَامَةُ الشَّقَاوَةِ،
فَإِذَ لَمْ تَقْتُلْ النَّفْسَ بِصِدْقِ الْمُجَاهَدَةِ فَلَنْ يَحْيَا قَلْبُكَ
بِأَنْوَارِ الْمَعْرِفَةِ.
Ketahuilah
bahwa lisan yang tidak terkontrol, hati terkunci yang penuh dengan kelalaian
dan hawa nafsu adalah tanda tanda celaka. Apabila kamu tidak segera memerangi
hawa nafsu dengan usaha yang sungguh-sungguh, maka hatimu tidak akan hidup dengan
penuh cahaya mengenal Allah.
وَاعْلَمْ أَنَّ بَعْضَ مَسَائِلِكَ الَّتِي
سَأَلْتَنِي عَنْهَا لَا يَسْتَقِيْمُ جَوَابُهَا بِالْكِتَابَةِ وَالْقَوْلِ، إِنْ
تَبْلُغْ تِلْكَ الْحَالَةَ تَعْرِفْ مَا هِيَ! وَإِلَّا فَعِلْمُهَا مِنَ الْمُسْتَحِيْلَاتِ؛
لِأَنَّهَا ذَوْقِيَّةٌ، وَكُلُّ مَا يَكُوْنُ ذَوْقِيًّا، لَا يَسْتَقِيْمُ وَصْفُهُ
بِالْقَوْلِ، كَحَلَاوَةِ الْحُلْوِ وَمَرَارَةِ الْمُرِّ، لَا تُعْرَفُ إِلَّا بِالذَّوْقِ،
Dan
ketahuilah bahwa sebagian masalah yang kamu tanyakan kepadaku tidak mungkin
dapat dijawab dengan tulisan dan ucapan. Kelak apabila kamu telah mengalami
keadaan tersebut, kamu akan tahu apa jawabannya. Jika belum mengalaminya, maka
mencari tahu tentangnya termasuk perkara yang mustahil, karena masalah tesebut
adalah bershifat perasa, dan semua perkara yang hanya dapat diketahui dengan
indra perasa tidak mungkin dapat digambarkan dengan kata-kata, seperti rasa
manisnya manisan dan pahitnya empedu, kamu tidak akan dapat mengetahuinya
kecuali dengan mencicipinya.
كَمَا حُكِيَ أَنَّ عِنِّيْنًا كَتَبَ اِلَى
صَاحِبٍ لَهُ: أَنْ عَرِّفْنِي لَذَّةَ الْمُجَامَعَةِ كَيْفَ تَكُوْنُ؟
Demikian
itu sebagaimana yang diceritakan bahwa seseorang yang menderita impotensi
mengirim surat kepada shahabatnya yang isinya; “Beritahukan kepadaku tentang
ni’matnya bersenggama, bagaimanakah rasanya?”.
فَكَتَبَ لَهُ فِي جَوَابِهِ: يَا فُلَانُ، إِنِّي
كُنْتُ حَسِبْتُكَ عِنِّيْنًا فَقَطْ، وَالْآنَ عَرَفْتُ أَنَّكَ عَنِّيْنٌ وَأَحْمَقُ؛
لِأَنَّ هَذِهِ اللَّذَّةَ ذَوْقِيَّةٌ، إِنْ تَصَلَ إِلَيْهَا تَعْرِفْ، وَإِلَّا
لَا يَسْتَقِيْمُ وَصْفُهَا بِالْقَوْلِ وَالْكِتَابَةِ.
Lalu
shahabatnya menulis surat sebagai jawabannya; “Wahai fulan, sungguh dulu aku
mengira bahwa kamu hanya menderita inpotensi saja, dan kini aku tahu bahwa kamu
bukan hanya impoten tapi juga dungu, karena keni’matan ini bershifat perasa.
Apabila kamu telah mengalaminya, pasti kamu mengetahunya, namun jika belum, ia tidak
dapat digambarkan dengan kata-kata atau tulisan”.
Komentar
Posting Komentar