Surat Wasiyat al-Ghazaliy Bagi Para Pelajar Kitab Ayyuhal Walad Bag 15

Surat Wasiyat al-Ghazaliy
Bagi Para Pelajar
Kitab Ayyuhal Walad
Bag. 15




وَالثَّالِثُ مِمَّا تَدَعُ: أَنْ لَا تُخَالِطَ الْأُمَرَاءَ وَالسَّلَاطِيْنَ وَلَا تَرَاهُمْ، لِأَنَّ رُؤْيَتَهُمْ وَمُجَالِسَتَهُمْ وَمُخَالِطَتَهُمْ آفَةٌ عَظِيْمَةٌ،

Ketiga, dari empat hal yang harus kamu tinggalkan yaitu; Janganlah kamu bergaul dengan para pejabat dan penguasa serta jangan melihat kepada mereka, karena melihat kepada mereka, duduk bersama mereka dan bergaul dengan mereka terdapat malapetaka yang besar.

وَلَوِ ابْتُلِيْتَ بِهَا دَعْ عَنْكَ مَدْحَهُمْ وَثَنَاءَهُمْ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَغْضَبُ إِذَا مُدِحَ الْفَاسِقُ وَالظَّالِمُ، وَمَنْ دَعَا لِطُوْلِ بَقَائِهِمْ فَقَدْ أَحَبَّ أَنْ يَعْصِى اللهَ فِي أَرْضِهِ.

Apabila kamu diuji dengan hal yang demikian itu, maka jangan sekali-kali kamu memuji dan menyanjung mereka, karena Allah Ta’ala benci ada orang fasik atau orang dzalim yang di puji-puji. Dan barangsiapa yang mendo’akan mereka panjang umur, maka ia benar-benar lebih suka berma’shiyat kepada Allah di atas bumi-Nya.

وَالرَّابِعُ مِمَّا تَدَعُ: أَلَّا تَقْبَلَ شَيْئًا مِنْ عَطَاءِ الْأُمَرَاءِ وَهَدَايَاهُمْ وَإِنْ عَلِمْتَ أَنَّهَا مِنَ الْحَلَالِ،

Keempat, dari empat hal yang harus kamu tinggalkan yaitu; Jangan sekali-kali kamu menerima pemberian atau hadiah sedikitpun dari para penguasa, walaupun kamu tahu bahwa yang diberikannya itu dari barang yang halal.

لِأَنَّ الطَّمَعَ مِنْهُمْ يُفْسِدُ الدِّيْنَ، لِأَنَّهُ يَتَوَلَّدُ مِنْهُ الْمُدَاهَنَةُ، وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِمْ وَالْمُوَافَقَةُ فِي ظُلْمِهِمْ، وَهَذَا كُلُّهُ فَسَادٌ فِي الدِّيْنِ،

Karena tamak terhadap pemberian dari mereka dapat merusak agama, karena dari tamakmu itu akan lahir sifat penjilat, berfihak kepada mereka dan mendukung kedzaliman mereka. Semua ini merupakan kerusakan yang nyata dalam agama.

وَأَقَلُّ مَضَرَّتِهِ أَنَّك إِذَا قَبِلْتَ عَطَايَاهُمْ، وَانْتَفَعْتَ مِنْ دُنْيَاهُمْ أَحْبَبْتَهُمْ،
وَمَنْ أَحَبَّ أَحَدًا يُحِبُّ طُوْلَ عُمْرِهِ، وَبَقَاءِهِ بِالضَّرُوْرَةِ، وَفِي مَحَبَّةِ بَقَاءِ الظَّالِمِ إِرَادَةٌ فِي الظُّلْمِ عَلَى عِبَادِ اللهِ تَعَالَى، وَإِرَادَةُ خَرَابِ الْعَالَمِ، فَأَيُّ شَيْءٍ يَكُوْنُ أَضَرَّ مِنْ هَذَا عَلَى الدِّيْنِ وَالْعَاقِبَةِ.

Bahaya yang paling ringan apabila kamu menerima pemberian mereka atau mengambil manfa’at dari dunia mereka ialah kamu akan mencintai mereka. Barangsiapa yang yang mencintai seseorang, pasti ia menginginkan agar dipanjangkan umurnya dan ditetapkan dalam jabatannya, sedangkan mencintai dan menginginkan agar orang dzalim itu dutetapkan dalam jabatannya, demikian itu sama halnya dengan menghendaki tetapnya kedzaliman terhadap hamba-hamba Allah Ta’ala dan menhendaki kehancuran dunia ini. Maka mana lagi suatu perkara yang lebih bahaya bagi agama dan akhirat sekain daripada perkara ini?

وَإِيَّاكَ إِيَّاكَ أَنْ يَخْدَعَكَ اسْتِهْوَاءُ الشَّيَاطِيْنِ أَوْ قَوْلُ بَعْض النَّاسِ لَكَ: بِأَنَّ الْأَفْضَلَ وَالْأَوْلَى أَنْ تَأْخُذَ مِنْهُمْ الدِّيْنَارَ وَالدِّرْهَمَ، وَتُفَرِّقَهُمَا بَيْنَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ؛ فَإِنَّهُمْ يُنْفِقُوْنَ فِى الْفِسْقِ وَالْمَعْصِيَةِ، وَإِنْفَاقُكَ عَلَى ضُعَفَاءِ النَّاسِ خَيْرٌ مِنْ إِنْفَاقِهِمْ؛

Waspadalah dan waspadalah dirimu terhadap tipu daya syetan yang selalu menyesatkan. Atau perkataan sebagian orang yang mengatakan bahwa yang lebih baik dan lebih utama yaitu hendaknya kamu ambil dinar dan dirham dari mereka, lalu kamu bagi-bagikan uang itu kepada orang-orang fakir dan miskin. Karena kalau tidak, mereka akan menggunakannya dalam kefasikan dan kema’shiyatan, dengan demikian, maka penyaluranmu terhadap orang-orang adalah lebih baik daripada penyaluran mereka.

فَإِنَّ اللَّعِيْنَ قَدْ قَطَعَ أَعْنَاقَ كَثِيْرٍ مِنَ النَّاسِ بِهَذِهِ الْوَسْوَسَةِ، وَآفَتُهُ كَثِيْرَةٌ، قَدْ ذَكَرْنَاهَا فِي إِحْيَاءِ الْعُلُوْمِ فَاطْلُبْهُ ثَمَّةَ.

Sesungguhnya syaitan yang terla’nat itu telah banyak menjerumuskan orang-orang dengan godaan seacam ini, bahayanya sangat besar, dan masalah ini telah kami terangkan panjang lebar didalam Ihya’ Ulumiddin, maka carilah ia di sana.

وَأَمَّا الْأَرْبَعَةُ الَّتِي يَنْبَغِي لَكَ أَنْ تَفْعَلَهَا:
فَالْأُوْلَى: أَنْ تَجْعَلَ مُعَامَلَتَكَ مَعَ اللهِ تَعَالَى، بِحَيْثُ لَوْ عَامَلَ مَعَكَ بِهَا عَبْدُكَ تَرْضَى بِهَا مِنْهُ، وَلَا يَضِيْقُ خَاطِرُكَ عَلَيْهِ وَلَا تَغْضَبُ، وَالَّذِي لَا تَرْضَى لَنَفْسِكَ مِنْ عَبْدِكَ الْمَجَازِيّ فَلَا تَرْضَى أَيْضًا لِلهِ تَعَالَى وَهُوَ سَيِّدُكَ الْحَقِيْقِيُّ.

Adapun empat perkara yang seharusnya kamu lakukan itu ialah;

       I.            Hendaknya kamu menjadikan pengabdianmu kepada Allah Ta’ala, sebagaimana layaknya seorang budak yang baik, seperti apabila kamu memiliki seorang budak, dan budakmu telah mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik untukmu, pasti kamu suka dengan pekerjaannya, hatimu akan merasa puas dan tidak marah kepadanya. Demikian pula, apapun yang tidak kamu sukai dari pekerjaan budakmu (secara majaz, dengan arti seluruh hamba Allah), kamu pun tidak boleh rela mengerjakannya untuk (tuanmu yaitu) Allah Ta’ala, karena Dia adalah Tuan-mu yang sebenarnya.

وَالثَّانِي: كُلَّمَا عَمِلْتَ بِالنَّاسِ اجْعَلْهُ كَمَا تَرْضَى لِنَفْسِكَ مِنْهُمْ؛ لِأَنَّهُ لَا يَكْمُلُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يُحِبُّ لِسَائِرِ النَّاسِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.

    II.            Manakala kamu melakukan sesuatu terhadap orang lain, maka lakukanlah sebagaimana kamu rela melakukannya untuk dirimu sendiri. Karena tidak akan sempurna iman seorang hamba sehingga ia mencintai untuk orang lain apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.

وَالثّالِثُ: إِذَا قَرَأْتَ الْعِلْمَ أَوْ طَالَعْتَهُ، يَنْبَغِي أَنْ يَكُوْنَ عِلْمُكَ عِلْمًا يُصْلِحُ قَلْبَكَ وَيُزَكِّي نَفْسَكَ، كَمَا لَوْ عَلِمْتَ أَنَّ عُمُرَكَ مَا يَبْقَى غَيْرَ أُسْبُوْعٍ، فَبِالضَّرُوْرَةِ لَا تَشْتَغِلُ فِيْهَا بِعِلْمِ الْفِقْهِ وَالْخِلَافِ وَالْأُصُوْلِ وَالْكَلَامِ وَأَمْثَالِهَا؛ لِأَنَّكَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذِهِ الْعُلُوْمَ لَا تُغْنِيْكَ، بَلْ تَشْتَغِلُ بِمُرَاقَبَةِ الْقَلْبِ، وَمَعْرِفَةِ صِفَاتِ النَّفْسِ، وَالْإِعْرَاضِ عَنْ عَلَائِقِ الدُّنْيَا، وَتُزَكِّي نَفْسَكَ عَنِ الْأَخْلَاقِ الذَّمِيْمَةِ، وَتَشْتَغِلُ بِمَحَبَّةِ اللهِ تَعَالَى وَعِبَادَتِهِ، وَالْإِتِّصَافِ بِالْأَوْصَافِ الْحَسَنَةِ، وَلَا يَمُرُّ عَلَى عَبْدٍ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ إِلَّا وَيُمْكِنُ أَنْ يَكُوْنَ مَوْتُهُ فِيْهِ.

 III.            Ketika kamu mempelajari atau menela’ah suatu ‘ilmu pengetahuan, hendaknya ‘ilmu yang kamu pelajari itu merupakan ‘ilmu yang dapat memperbaiki hatimu dan dapat membersihkan jiwamu. Seperti halnya apabila kamu mengetahui bahwa usiamu hanya tersisa satu minggu lagi, maka pasti kamu menyibukkan diri dengan mempelajari ‘ilmu fiqih, khilafiyah, ushul, kalam dan semacamnya, karena kamu tahu bahwa semua ‘ilmu ini tidak akan bermanfa’at bagimu (karena sebentar lagi kamu akan mati), akan tetapi kamu pasti akan sibuk dengan mendekatkan diri kepada Allah, mempelajari sifat-sifat kejernihan jiwa, berpaling dari urusan duniawi, membersihkan jiwamu dari akhlak yang tercela, sibuk dengan cinta dan ber’ibadah kepada Allah Ta’ala dan berhias diri denga sifat-sifat yang terpuji. Karena tiada siang maupun malam yang berlalu bagi seorang hamba, malainkan disanalah mungkin kematiannya berada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4

الا لا تنال العلم الا بستة