Surat Wasiat al-Ghazali Bagi Para Pelajar Kitab Ayyuhal Walad Bag 10
Bagi Para Pelajar
Kitab Ayyuhal Walad
Kitab Ayyuhal Walad
Bag. 10
أيها الولد..!!
إِذَا عَلِمْتَ هَذَا الْحَدِيْثَ لَا حَاجَةَ
اِلَى الْعِلْمِ الْكَثِيْرِ.
Wahai
anakku !.
Jika
kamu telah memahami hadits ini, tentu kamu tidak akan butuh ‘ilmu yang banyak.
وَتَأَمَّلْ فِي حِكَايَةٍ أُخْرَى، وَذَلِكَ:
أَنَّ حَاتِمَ الْأَصَمِّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الشَّقِيْقِ الْبَلْخِي رَحْمَةُ
اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِمَا، فَسَأَلَهُ يَوْمًا قَالَ: صَاحَبْتَنِي مُنْذُ ثَلَاثِيْنَ
سَنَةً مَا حَصَّلْتَ فِيْهَا؟
Dan renungkanlah
hikayat yang lain; Bahwasanya Hatim Al Ashom adalah shahabat Syaqiq al Balkhi
-rahmatullahi ‘alaihima-. Pada suatu hari Syaqiq al Balkhi bertanya kepada
Hatim al Ashom; Kamu telah bershahabat denganku selama 30 tahun, apa yang kamu
dapatkan sselama itu?
قَالَ: حَصَّلْتُ ثَمَانِيَ فَوَائِدَ مِنَ
الْعِلْمِ، وَهِيَ تَكْفِيْنِي مِنْهُ لِأَنِّيْ أَرْجُوْ خَلَاصِي وَنَجَاتِي فِيْهَا.
Hatim
al Ashom menjawab; Aku telah mendapatkan delapan faidah ‘ilmu, dan itu sudah mencukupiku
dari segala-galanya, karena sesungguhnya aku berharap keselamatanku berada dalam
delapan faidah tersebut.
فَقَالَ شَقِيْقٌ: مَا هِيَ؟
Syaqiq
al Balkhi bertanya; Apa saja delapan faidah itu?
قَالَ حَاتِمُ الْأَصَمّ:
الْفَائِدَةُ الْأُوْلَى: أَنِّي نَظَرْتُ اِلَى
الْخَلْقِ فَرَأَيْتُ فَلِكُلٍّ مِنْهُمْ مَحْبُوْبًا وَمَعْشُوْقًا يُحِبُّهُ وَيَعْشُقُهُ،
وَبَعْضُ ذَلِكَ الْمَحْبُوْبُ يُصَاحِبُهُ اِلَى مَرَضِ الْمَوْتِ وَبَعْضُهُ يُصَاحِبُهُ
اِلَى شَفِيْرِ الْقَبْرِ، ثُمَّ يَرْجِعُ كُلُّهُ، وَيَتْرُكُهُ فَرِيْدًا وَحِيْدًا،
وَلَا يَدْخُلُ مَعَهُ فِي قَبْرِهِ مِنْهُمْ أَحَدٌ.
Hatim
al Ashom berkata;
Faidah
pertama;
Sungguh aku telah memandang dan memperhatikan makhluk bahwa
masing-masing dari mereka memiliki kesayangan yang dicintainya dan dirindukannya.
Sebagian dari kesayangannya itu ada yang menemaninya sampai waktu sakit menjelang
kematiannya, dan sebagian lagi ada yang menemaninya sampai ke tepi liang kubur,
kemudian semua kesayangannya itu kembali meninggalkannya seorang diri dan tidak
satupun dari mereka yang menyertainya ke dalam kubur.
فَتَفَكَّرْتُ وَقُلْتُ: أَفْضَلُ مَحْبُوْبِ
الْمَرْءِ مَا يَدْخُلُ مَعَهُ فِيْ قَبْرِهِ، وَيُؤَنِّسُهُ فِيْهِ، فَمَا وَجَدْتُهُ
غَيْرَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، فَأَخَذْتُهَا مَحْبُوْبَةً لِي؛ لِتَكُوْنَ لِي
سِرَاجًا فِي قَبْرِي، وَتُؤَنِّسَنِي فِيْهِ، وَلَا تَتْرُكَنِي فَرِيْدًا.
Lalu
aku berfikir dan aku berkata; Sebaik-baik kesayangan seseorang adalah sesuatu
yang sanggup ikut masuk menemaninya di dalam kubur, dan yang dapat menghiburnya
di alam kubur sana. Dan aku tidak menemukan hal itu selain ‘amal shalih, maka
aku jadikan ‘amal shalih sebagai kesayanganku agar ia dapat menjadi penerang di
dalam kuburku, dan dapat menghiburku di sana serta tidak meninggalkanku seorang
diri.
الْفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
الْخَلْقَ يَقْتَدُوْنَ أَهْوَاءَهُمْ، وَيُبَادِرُوْنَ اِلَى مُرَادَاتِ أَنْفُسِهِمْ،
Faidah
kedua;
Sungguh
aku melihat bahwa orang-orang itu senantiasa menuruti hawa nafsunya dan
bersegera memenuhi segala keinginannya.
فَتَأَمَّلْتُ قَوْلَهُ تَعَالَى:{ وَأَمَّا
مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى* فَإِنَّ الْجَنَّةَ
هِيَ الْمَأْوَى } )النازعات 40 – 41(.
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka
sungguh surgalah tempat tinggal(nya)” ( Qs. An Nazi’at; 40–41).
وَتَيَقَّنْتُ أَنّ الْقُرْآنَ حَقٌّ صَادِقٌ
فَبَادَرْتُ اِلَى خِلَافِ نَفْسِي وَتَشَمَّرْتُ لِمُجَاهَدَتِهَا، وَمَنْغِهَا
عَنْ هَوَاهَا، حَتَّى ارْتَاضَتْ بِطَاعَةِ اللهِ تَعَالَى وَانْقَادَتْ.
Dan
aku yakin bahwa Al Qur’an adalah haq dan benar, maka aku bersegera menentang
keinginan nafsuku, bergegas memeranginya dan mencegah kemauannya hingga ia
tunduk dan patuh untuk selalu ta’at kepada Allah Ta’ala.
الْفَائِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
كُلَّ وَاحِدٍ مِنَ النَّاسِ يَسْعَى فِي جَمِيْعِ حِطَامِ الدُّنْيَا، ثُمَّ يُمْسِكُهُ
قَابِضًا يَدَهُ عَلَيْهِ،
Faidah
ketiga;
Sungguh
aku melihat setiap manusia senantiasa berusaha untuk mengumpulkan harta dunia kemudian
menyimpan dan menguasainya.
فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:{ مَا عِنْدَكُمْ
يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ}
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Apa yang ada disisimu akan lenyap, dan
apa yang ada disisi Allah adalah kekal”. (Qs. An Nahl; 96).
فَبَذَلْتُ مَحْصُوْلِي مِنَ الدُّنْيَا لِوَجْهِ
اللهِ تَعَالَى فَفَرَّقْتُهُ بَيْنَ الْمَسَاكِيْنَ لِيَكُوْنَ ذُخْرًا لِي عِنْدَ
اللهِ تَعَالَى.
Maka
aku menyerahkan harta benda duniawi yang telah aku peroleh demi mendapatkan
ridla Allah Ta’ala, dan aku membagikannya lepada orang-orang miskin sebagai
simpananku di sisi Alla Ta’ala.
الْفَائِدَةُ الرَّابِعَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
بَعْضَ الْخَلْقِ يَظُنُّ أَنَّ شَرَفَهُ وَعِزَّهُ فِي كَثْرَةِ الْأَقْوَامِ وَالْعَشَائِرِ
فَاغْتَرَّ بِهِمْ.
Faidah
keempat;
Sungguh
aku melihat sebagian orang beranggapan bahwa kehormatan dan kemuliaan seseorang
itu terletak pada banyaknya pengikut dan pergaulan, maka akhirnya mereka
terpedaya olehnya.
وَزَعَمَ آخَرُوْنَ أَنَّهُ فِي ثَرْوَةِ الْأَمْوَالِ
وَكَثْرَةِ الْأَوْلَادِ، فَافْتَخَرُوْا بِهَا.
Sebagian
yang lain beranggapan bahwa kemuliaan itu tergantung pada banyaknya harta benda
dan keturunan, maka mereka membangga-banggakannya.
وَحَسِبَ بَعْضُهُمْ أَنَّ الْعِزَّ وَالشَّرَفَ
فِي غَصْبِ أَمْوَالِ النَّاسِ وَظُلْمِهِمْ وَسَفْكِ دِمَائِهِمْ.
Sebagian
yang lain menduga bahwa kehormatan dan kemuliaan itu terletak pada kehebatan
merampas harta orang lain, menganiaya dan membunuh mereka.
وَاعْتَقَدَتْ طَائِفَةٌ أَنَّهُ فِي إِتْلَافِ
الْمَالِ وَإِسْرَافِهِ، وَتَبْذِيْرِهِ،
Dan segolongan
orang beranggapan bahwa kemuliaan itu terletak pada kemampuan menghabiskan
harta benda, berfoya-foya dan menghambur-hamburkannya.
فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:{ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ }،
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Sesungguhnya yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa”. (Qs. Al Hujurat; 13).
فَاخْتَرْتُ التَّقْوَى، وَاعْتَقَدْتُ أَنَّ
الْقُرْآنَ حَقٌّ صَادِقٌ، وَظَنَّهُمْ وَحِسْبَانَهُمْ كُلُّهَا بَاطِلٌ زَائِلٌ.
Maka
aku memilih taqwa sebagai (kemuliaan), karena aku yakin bahwa Al Qur’an adalah
haq dan benar, sedangkan anggapan dan dugaan mereka semuanya adalah batil dan
menyimpang.
الْفَائِدَةُ الْخَامِسَةٌ: أَنِّي رَأَيْتُ
النَّاسَ يَذُمُّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، وَيَغْتَابُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا، فَوَجَدْتُ
أَصْلَ ذَلِكَ مِنَ الْحَسَدِ وَالْجَاهِ وَالْعِلْمِ،
Faidah
kelima;
Sungguh
aku melihat orang-orang yang suka mencela satu sama lain dan yang suka menggunjing
satu sama lain, dan aku menemukan bahwa semua itu bersumber dari kedengkian,
kedudukan dan ‘ilmu.
فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:{ نَحْنُ
قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيْشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا } فَعَلِمْتُ أَنَّ
الْقِسْمَةَ كَانَتْ مِنَ اللهِ تَعَالَى فِي الْأَزَلِ،
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Kamilah yang menentukan penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia”. (Qs. Az Zuhruf; 32).
Dan
aku mengerti bahwa pembagian penghidupan adalah ketentuan dari Allah Ta’ala
sejak zaman azali
فَمَا حَسَدْتُ أَحَدًا وَرَضِيْتُ بِقِسْمَةِ
اللهِ تَعَالَى.
Maka
aku tidak mendengki kepada seseorangpun dan aku ridla dengan pembagian Allah
Ta’ala.
الْفَائِدَةُ السَّادِسَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
النَّاسَ يُعَادِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا لِغَرَضٍ وَسَبَبٍ، فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ
تَعَالَى:{ إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا }
Faidah
keenam;
Sungguh
aku melihat orang-orang yang saling bermusuhan satu sama lain lantaran suatu
kepentingan dan sebab-sebab tertentu.
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Sungguh syaitan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah
ia sebagai musuh”. (Qs. Faathir; 6).
فَعَلِمْتُ أَنَّهُ لَا يَجُوْزُ عَدَاوَةَ أَحَدٍ
غَيْرِ الشَّيْطَانِ.
Maka
aku mengerti bahwa kita tidak boleh memusuhi seseorang pun selain syaitan.
الْفَائِدَةُ السَّابِعَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
كُلَّ أَحَدٍ يَسْعَى بِجِدٍّ، وَيَجْتَهِدُ بِمُبَالَغَةٍ لِطَلَبِ الْقُوْتِ وَالْمَعَاشِ،
بِحَيْثُ يَقَعُ بِهِ فِي شُبْهَةٍ وَحَرَامٍ وَيُذِلُّ نَفْسَهُ وَيَنْقُصُ قَدْرَهُ،
Faidah
ketujuh;
Sungguh
aku telah melihat setiap orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh dan bekerja
keras dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan makanan dan penghidupan hingga terjatuh
pada perkara syubhat dan haram bahkan sampai menghinakan diri dan menurunkan derajatnya.
فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:{ وَمَا
مِنْ دَآبَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا }
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “Dan tidak satupun binatang melata dimuka
bumi ini melainkan Allah telah menjamin rizkinya”. (Qs. Hud; 6).
فَعَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي عَلَى اللهِ تَعَالَى
وَقَدْ ضَمِنَهُ، فَاشْتَغَلْتُ بِعِبَادَتِهِ، وَقَطَعْتُ طَمَعِي عَمَّنْ سِوَاهُ.
Dan
aku mengerti bahwa rizkiku telah ditanggung oleh Allah Ta’ala dan Dia
benar-benar menjaminnya.
Maka
aku menyibukkan diri dengan beribadah kepada-Nya, dan memutuskan harapanku dari
selain-Nya.
الْفَائِدَةُ الثَّامِنَةُ: أَنِّي رَأَيْتُ
كُلَّ وَاحِدٍ مُعْتَمِدًا عَلَى شَيْءٍ مَخْلُوْقٍ، بَعْضُهُمْ إِلَى الدِّيْنَارِ
وَالدِّرْهَمِ، وَبَعْضُهُمْ إِلَى الْمَالِ وَالْمُلْكِ، وَبَعْضُهُمْ إِلَى الْحِرْفَةِ
وَالصِّنَاعَةِ، وَبَعْضُهُمْ إِلَى مَخْلُوْقٍ مِثْلِهِ،
Faidah
kedelapan;
Sungguh
aku melihat bahwa setiap orang mengandalkan suatu ciptaan. Sebagian dari mereka
ada yang mengandalkan Dinar dan Dirham, sebagian yang lain mengandalkan harta
dan kekuasaan, sebagian lagi mengandalkan pekerjaan dan keahlian, dan sebagian
lagi mengandalkan ciptaan yang sejenisnya.
فَتَأَمَّلْتُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:{ وَمَنْ
يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ، إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ، قَدْ جَعَلَ
اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا}
Lalu
aku merenungkan firman Allah Ta’ala; “dan barangsiapa yang bertwakkal (berserah
diri) kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah akan melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan
bagi setiap sesuatu”. (Qs. Ath Thalaq; 3).
فَتَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ تَعَالَى فَهُوَ حَسْبِي
وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ.
Maka
aku bertawakkal (berserah diri) kepada Allah, Dialah Allah yang telah
mencukupiku dan Dialah sebaik-baik Pelindung”. (Qs. Ali ‘Imran; 173).
فَقَالَ شَفِيْقٌ: وَفَّقَكَ اللهُ تَعَالَى
إِنِّي قَدْ نَظَرْتُ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيْلَ وَالزَّبُوْرَ وَالْفُرْقَانَ،
فَوَجَدْتُ الْكُتُبَ الْأَرْبَعَةَ تَدُوْرُ عَلَى هَذِهِ الْفَوَائِدِ الثَّمَانِيَةِ،
فَمَنْ عَمِلَ بِهَا كَانَ عَامِلًا بِهَذِهِ الْكُتُبِ الْأَرْبَعَةِ.
Kemudian
Syaqiq Al Balkhiy berkata; Semoga Allah Ta’la senantiasa memberi pertolongan
kepadamu. Sungguh aku telah melihat dalam kitab Taurat, Injil, Zabur dan Al
Qur’an, dan aku menemukan bahwa kandungan empat kitab tersebut berisi seputar
delapan faedah ini. Maka barangsiapa yang mengamalkan delapan faidah tersebut, maka
ia telah mengamalkan empat kitab itu.
Komentar
Posting Komentar