Surat Wasiyat al-Ghazaliy Bagi Para Pelajar Kitab Ayyuhal Walad Bag 14

Surat Wasiyat al-Ghazaliy
Bagi Para Pelajar
Kitab Ayyuhal Walad
Bag. 14



وَالثَّانِي مِمَّا تدَعُ: وَهُوَ أَنْ تَحْذَرَ وَتَحْتَرِزَ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ وَاعِظًا وَمُذَكِّرًا؛ لِأَنَّ فِيْهِ آفَةً كَثِيْرَةً إِلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِمَا تَقُوْلُ أَوَّلًا، ثُمَّ تَعِظُ بِهِ النَّاسَ، فَتَفَكَّرَ فِيْمَا قِيْلَ لِعِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: يَا ابْنَ مَرْيَمَ عِظْ نَفْسَكَ، فَإِنِ اتَّعَظَتْ فَعِظْ النَّاسَ، وَإِلَّا فَاسْتَحِ مِنْ رَبِّكَ.

Kedua, dari empat hal yang harus kamu tinggalkan yaitu; Hendaklah kamu mawas diri dan menjauh dari menjadi juru nasehat dan pemberi peringatan. Karena didalamnya terdapat bahaya yang sangat besar, kecuali apabila kamu mengamalkan apa yang kamu ucapkan terlebih dahulu kemudian kamu memberi nasehat dengannya kepada orang-orang. Renungkanlah apa yang dikatakan kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam; Hai putra Maryam nasehatilah dirimu sendiri, jika dirimu telah menerima nasehat, maka silahkan kamu memberi nasehat kepada orang-orang, jika belum, maka merasa malulah kepada Tuhanmu.

وَإِنِ ابْتُلِيْتَ بِهَذَا الْعَمَلِ فَاحْتَرِزْ عَنْ خَصْلَتَيْنِ:
الْأُوْلَى: عَنِ التَّكَلُّفِ فِي الْكَلَامِ بِالْعِبَارَاتِ وَالْإِشَارَاتِ وَالطَّامَّاتِ وَالْأَبْيَاتِ وَالْأَشْعَارِ؛ لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَبْغَضُ الْمُتَكَلِّفِيْنَ، وَالْمُتَكَلِّفُ الْمُتَجَاوِزُ عَنِ الْحَدِ، يَدُلُّ عَلَى خَرَابِ الْبَاطِنِ وَغَفْلَةِ الْقَلْبِ.

Apabila kamu terpaksa diuji dengan pekerjaan ini, maka kamu harus menjaga diri dari dua perkara;

A.    Jangan memaksakan diri dalam berbicara dengan mengada-ada ungkapan-ungkapan, isyarat-isyarat, penghias kata dan bait-bait sya’ir, karena Allah Ta’ala benci kepada orang-orang yang mengada-ada. Dan orang yang mengada-ada yang melampaui batas, menunjukkan kerusakan batinnya, dan kelalaian hatinya.

وَمَعْنَى التَّذْكِيْرِ: أَنْ يَذْكُرَ الْعَبْدُ نَارَ الْآخرَةِ، وَتَقْصِيْرَ نَفْسِهِ فِي خِدْمَةِ الْخَالِقِ وَيَتَفَكَّرْ فِي عُمْرِهِ الْمَاضِي الَّذِي أَفْنَاهُ فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ وَيَتَفَكَّرَ فِيْمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْعَقَبَاتِ مِنْ عَدَمِ سَلَامَةِ الْإِيْمَانِ فِي الْخَاتِمَةِ، وَكَيْفِيَّةِ حَالِهِ فِي قَبْضِ مَلَكِ الْمَوْتِ، وَهَلْ يَقْدِرُ عَلَى جَوَابِ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ؟ وَيَهْتَمُّ بِحَالِهِ فِي الْقِيَامَةِ وَمَوَاقِفِهَا، وَهَلْ يَعْبُرُ عَنِ الصِّرَاطِ سَالِمًا أَمْ يَقَعُ فِي الْهَاوِيَةِ؟ وَيَسْتَمِرُّ ذِكْرُ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ فِي قَلْبِهِ، فَيُزْعِجُهُ عَنْ قَرَارِهِ، فَغَلَيَانُ هَذِهِ النِّيْرَانِ، وَنَوْحَةُ هَذِهِ الْمَصَائِبِ يُسَمَّى تَذْكِيْرًا،

Adapun yang di maksud “Peringatan” (Tadzkir) ialah; Seseorang memberi peringatan tentang panasnya api neraka, keclalaian dirinya dalam menghambakan diri kepada Sang Pencipta, mengajak berfikir tentang usianya yang telah berlalu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, berfikir tentang apa yang ada dihadapannya yang berupa jalan terjal lagi sulit, tidak adanya jaminan keselamatan iman di akhir hayatnya, bagaimanakah keadaannya ketika malaikat maut datang menjemputnya, mampukah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir?, memprihatinkan keadaannya dihari kiamat dan di Mahsyar, mampukah melewati Shirat dengan selamat, ataukah akan ke dalam neraka Hawiyah?. Senantiasa mengingat-ingat perkara ini di dalam hatinya hingga membangkitkan semangatnya, menyalakan cahaya hatinya dan menangisi semua musibah ini dinamakan peringatan (Tadzkir).

وَإِعْلَامُ الْحَقِّ وَإِطْلَاعُهُمْ عَلَى هَذِهِ الْأَشْيَاءِ، وَتَنْبِيْهُهُمْ عَلَى تَقْصِيْرِهِمْ وَتَفْرِيْطِهِمْ، وَتَبْصِيْرِهِمْ بِعُيُوْبِ أَنْفُسِهِمْ لِتَمَسَّ حَرَارَةُ هَذِهِ النِّيْرَانِ أَهْلَ الْمَجْلِسِ، وَتُجْزِعَهُمْ تِلْكَ الْمَصَائِبُ لِيَتَدَارَكُوْا الْعُمُرَ الْمَاضِيَ بِقَدْرِ الطَّاقَةِ، وَيَتَحَسَّرُوا عَلَى الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ فِي غَيْرِ طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى. وَهَذِهِ الْجُمْلَةُ عَلَى هَذَا الطَّرِيْقِ يُسَمَّى وَعْظًا، كَمَا لَوْ رَأَيْتَ أَنَّ السَّيْلَ قَدْ هَجَمَ عَلَى دَارِ أَحَدٍ، وَكَانَ هُوَ وَأَهْلُهُ فِيْهَا، فَتَقُوْلُ: الْحَذَرَ الْحَذَرَ فِرُّوْا مِنَ السَّيْلِ!!

Sedangkan memberi tahu tentang kebenaran kepada orang lain, menunjukkan semua perkara tersebut (di atas), mengingatkan mereka atas kelalaian dan kecerobohan mereka serta memperlihatkan kepada mereka akan aib diri mereka agar pemikiran yang menyala ini dapat menyentuh hati mereka, dan pemikiran terhadap semua malapetaka tersebut dapat membangkitkan mereka untuk berusaha memperbaiki kesalahan mereka pada masa-masa yang telah lalu sesuai dengan kemampuan yang ada, dan mereka menyesali diri atas hari-hari yang mereka lalui yang digunakan untuk selain ketha’atan kepada Allah Ta’ala. Semua pekerjaan seperti ini yang dilakukan dengan cara yang telah disebutkan tadi dinamakan nasehat (mau’idzah).
Demikian itu sama seperti apabila kamu melihat bahwa banjir telah melanda rumah seseorang, dan penghuninya serta seluruh keluarganya masih berada di dalam rumah, lalu kamu berkata; “Awas banjir, awas banjir, larilah kalian dari banjir”.

وَهَلْ يَشْتَهِي قَلْبُكَ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ أَنْ تُخْبِرَ صَاحِبَ الدَّارِ خَبَرَكَ بِتَكَلُّفِ الْعِبَارَاتِ، وَالنُّكَتِ وَالْإِشَارَاتِ؟

Apakah dalam situasi seperti ini, kamu masih ingin memaksakan diri untuk mengabarkan kepada penghuni rumah itu dengan berbagai macam ibarat, kata-kata lelucon dan isyarat-isyarat?

فَلَا تَشْتَهِي الْبَتَّةَ؛ فَكَذَلِكَ حَالُ الْوَاعِظِ فَيَنْبَغِي أَنْ يَجْتَنِبَهَا.

Tentunya kamu tidak menginginkannya sama sekali, maka demikian pula halnya dalam memberi nasehat, seorang pemberi nasehat (mau’idzah) hendaknya menjauhi kalimat-kalimat dan isyarat-isyarat tersebut.

الْخَصْلَةُ الثَّانِيَةُ: أَلَّا تَكُوْنَ هِمَّتُكَ فِي وَعْظِكَ أَنْ يَنْعَرَ الْخَلْقُ فِي مَجْلِسِكَ وَيُظْهِرُوْا الْوُجْدَ، وَيَشُقُّوْا الثِّيَابَ، لِيُقَالَ: نِعْمَ الْمَجْلِسُ هَذَا؛ لِأَنَّ كُلَّهُ مَيْلٌ لِلدُّنْيَا (((وَالرِّيَاءِ)))،

B.     Hendaknya kamu tidak bertujuan dalam memberikan nasehatmu itu agar manusia berduyun-duyun datang berkumpul di majlismu, atau agar mereka menampakkan rasa kagum dengan kebolehanmu dan selalu memperhatikanmu hingga dikatakan; “Sebaik-baik majlis adalah majlis ini, karena yang lainnya ada kecondongan terhadap dunia”.

وَهُوَ يَتَوَلَّدُ مِنَ الْغَفْلَةِ، بَلْ يَنْبَغِي أَنْ يَكُوْنَ عَزْمُكَ وَهِمَّتُكَ أَنْ تَدْعُو النَّاسَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَى الْآخِرَةِ، وَمِنَ الْمَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ، وَمِنَ الْحِرْصِ إِلَى الزُّهْدِ، وَمِنَ الْبُخْلِ إِلَى السَّخَاءِ، وَمِنَ الْغُرُوْرِ إِلَى التَّقْوَى،

Tujuan yang demikian itu adalah akibat dari kelalaian. Seharusnya maksud dan tujuanmu dalam memberi nasehat ialah untuk mengajak manusia berpaling dari dunia menuju akhirat, lari dari ma’shiyat menuju ketha’atan, menjauh dari sifat loba menuju kezuhudan, meninggalkan sifat pelit menuju sifat dermawan dan menghindar dari tipuan menuju ketakwaan.

وَتُحَبِّبَ إِلَيْهِمْ الْآخِرَةَ، وَتُبَغِّضَ إِلَيْهِمْ الدُّنْيَا، وَتُعَلِّمَهُمْ عِلْمَ الْعِبَادَةِ وَالزُّهْدِ؛ وَلَا تُغِرَّهُمْ بِكَرَمِ اللهِ تَعَالَى عَزَّ وَجَلَّ وَرَحْمَتِهِ،
لِأَنَّ الْغَالِبَ عَلَى طِبَاعِهِمْ الزَّيْغُ عَنْ مَنْهَجِ الشَّرْعِ، وَالسَّعْيُ فِيْمَا لَا يَرْضَى اللهُ تَعَالَى بِهِ، وَالْاِسْتِعْثَارُ بِالْأَخْلَاقِ الرَّدِيَّةِ، فَأَلْقِ فِي قُلُوْبِهِمْ الرُّعْبَ، وَرَوِّعْهُمْ، وَحَذِّرْهُمْ عَمَّا يَسْتَقْبِلُوْنَ مِنَ الْمَخَاوِفِ؛ وَلَعَلَّ صِفَاتِ بَاطِنِهِمْ تَتَغَيَّرُ، وَمُعَامَلَةَ ظَاهِرِهِمْ تَتَبَدَّلُ، وَيَتَظَهَّرُوْا الْحِرْصَ وَالرُّغْبَةَ فِي الطَّاعَةِ وَالرُّجُوْعِ عَنِ الْمَعْصِيَّةِ،

Hendaknya dalam memberikan nasehat, kamu mengajak mereka cinta terhadap akhirat dan benci terhadap dunia. Dan hendaknya kamu mengajarkan mereka ‘ilmu tentang ber’ibadah dan zuhud, serta tidak membuat mereka terpedaya dengan kemurahan Allah Ta’ala dan tertipu dengan rahmat-Nya ‘Azza wa Jalla.
Karena pada umunya watak manusia melencenga dari rambu-rambu syari’at, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diridlai Allah Ta’ala, serta terperosok ke lembah akhlak yang tercela. Oleh karena itu tanamkan dalam hati mereka rasa takut, takut-takutilah dan peringatkanlah mereka akan bahaya yang mengerikan yang akan mereka hadapi. Barangkali dengan cara ini sifat-sifat batiniyah mereka berubah dan cara hidup mereka berganti dengan yang lebih baik sehingga mereka dapat menampakkan rasa seti dan cinta pada ketha’atan serta meninggalkan segala bentuk kema’siyatan.

وَهَذَا طَرِيْقُ الْوَعْظِ وَالنَّصِيْحَةِ، وَكُلُّ وَعْظٍ لَا يَكُوْنُ هَكَذَا فَهُوَ وَبَالٌ عَلَى مَنْ قَالَ وَسَمِعَ، بَلْ قِيْلَ: إِنَّهُ غَوْلٌ وَشَيْطَانٌ، يَذْهَبُ بِالْخَلْقِ عَنِ الطَّرِيْقِ وَيُهْلِكُهُمْ، فَيَجِبُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَفِرُّوْا مِنْهُ؛

Inilah cara memberi nasehat yang benar. Dan setiap nasehat yang tidak memiliki cirri-ciri seperti ini, nasehat itu akan menjadi malapetaka bagi orang yang berkata dan orang yang mendengarkannya, bahkan dikatakan bahwa ia termasuk golongan hantu dan syetan yang mengajak manusia menyimpang dari jalan yang benar dan membawa mereka ke dalam jurang kebinasaan. Maka wajiblah bagi mereka untuk lari darinya.

لِأَنَّ مَا يُفْسِدُ هَذَا الْقَائِلَ مِنْ دِيْنِهِمْ لَا يَسْتَطِيْعُ بِمِثْلِهِ الشَّيْطَانُ، وَمَنْ كَانَتْ لَهُ يَدٌ وَقُدْرَةٌ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَنْزِلَهُ عَنْ مَنَابِرِ الْمَوَاعِظِ وَيَمْنَعَهُ عَمَّا بَاشَرَهُ، فَإِنَّهُ مِنْ جُمْلَةِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ.

Karena kerusakan yang dilakukan oleh seorang pemberi nasehat seperti ini dalam urusan agama mereka adalah lebih besar daripada kerusakan yang dilakukan oleh syetan sehingga syetan pun tidak mampu menandinginya. Maka barangsiapa yang memiliki kekuatan dan kekusaan wajib baginya untuk menurunkan orang seperti itu dari mimbar-mimbar nasehat dan mencegahnya dari memberikan nasehat-nasehatnya, karena ini merupakan bagian dari amar ma’ruf nahi munkar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4

الا لا تنال العلم الا بستة