Surat Wasiyat al-Ghazaliy Bagi Para Pelajar Kitab Ayyuhal Walad Bag 13

Surat Wasiyat al-Ghazaliy
Bagi Para Pelajar
Kitab Ayyuhal Walad
Bag. 13



أَيُّهَا الْوَلَدُ..!!
إِنِّي أَنْصَحُكَ بِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ، اِقْبَلْهَا مِنِّي لِئَلَّا يَكُوْنَ عِلْمُكَ خَصْمًا عَلَيْكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، تَعْمَلُ مِنْهَا أَرْبَعَةً، وَتَدَعُ مِنْهَا أَرْبَعَةً:

Wahai anakku !.
Aku nasehatkan kepadamu delapan perkara, terimalah ia dariku agar ‘ilmumu tidak menjadi musuh bagimu kelak pada hari kiamat, ‘amalkanlah empat perkara darinya dari tinggalkanlah empat perkara lainnya;

أَمَّا اللَّوَاتِي تَدَعُ:
فَأَحَدُهَا: أَلَّا تُنَاظِرَ أَحَدًا فِي مَسْأَلَةٍ مَا اسْتَطَعْتَ لِأَنَّ فِيْهَا آفَاتٍ كَثِيْرَةً، فَإِثْمُهَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهَا، إِذْ هِيَ مَنْبَعُ كُلِّ خُلُقٍ ذَمِيْمٍ كَالرِّيَاءِ وَالْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالْحِقْدِ وَالْعَدَاوَةِ وْالْمَبَاهَاةِ وَغَيْرِهَا.

Adapun empat hal yang harus kamu tinggalkan ialah;
Pertama; Janganlah kamu mendebat seseorang dalam suatu masalah yang kamu belum mampu menguasainya, karena dalam perdebatan itu dapat menimbulkan malapetaka yang banyak, dan dosanya lebih besar daripada manfa’atnya . Karena perdebatan itu merupakan sumber dari segala akhlak yang tercela seperti riya’ (pamer), dengki, sombong, dendam, permusuhan, mebanggakan diri, dan lain sebagainya.

نَعَمْ لَوْ وَقَعَ مَسْأَلَةٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَ شَخْصٍ أَوْ قَوْمٍ، وَكَانَتْ إِرَادَتُكَ فِيْهَا أَنْ تَظْهَرَ الْحَقَّ وَلَا يَضِيْعَ، جَازَ الْبَحْثُ، لَكِنْ لِتِلْكَ الْإِرَادَةِ عَلَامَتَانِ:
إِحْدَاهُمَا: أَلَّا تُفَرِّقَ بَيْنَ أَنْ يَنْكَشِفَ الْحَقُّ عَلَى لِسَانِكَ أَوْ عَلَى لِسَانِ غَيْرِكَ.
وَالثَّانِيَةُ: أَنْ يَكُوْنَ الْبَحْثُ فِي الْخَلَاءِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ فِي الْمَلَأِ.

Benar demikian, namun apabila terjadi suatu masalah antara kamu dan orang lain atau di antara suatu kaum, dan kamu berkeinginan untuk menampakkan kebenaran dan tidak menyia-nyiakannya, maka boleh membahasnya, akan tetapi keinginan semacam itu memiliki dua tanda;
a)      Kamu tidak membedakan antara apakah terungkapnya kebenaran itu melalui lisanmu atau melalui lisan orang lain.
b)      Kamu lebih menyukai pembahasan itu dilakukan ditempat yang sepi daripada ditempat keramaian.

وَاسْمَعْ أَنِّي أَذْكُرُ لَكَ هَهُنَا فَائِدَةً،
وَاعْلَمْ أَنَّ السُّؤَالَ عَنِ الْمُشْكِلَاتِ عَرْضُ مَرَضِ الْقَلْبِ اِلَى الطَّبِيْبِ، وَالْجَوَابُ لَهُ سَعْيٌ لِإِصْلَاحِ مَرَضِهِ.

Perhatikanlah! Di sini aku akan menjelaskan kepadamu suatu faedah.
Ketahuilah bahwa menanyakan suatu masalah yang sulit, sama halnya dengan memeriksakan penyakit hati kepada seorang tabib. Dan menjawabnya, sama halnya dengan berusaha menyembuhkan penyakit tersebut.

وَاعْلَمْ أَنَّ الْجَاهِلِيْنَ: الْمَرْضَى قُلُوْبُهُمْ، وَالْعُلُمُاءُ: الْأَطِبَّاءُ.
وَالْعَالِمُ النَّاقِصُ لَا يُحْسِنُ الْمُعَالَجَةَ، وَالْعَالِمُ الْكَامِلُ لَا يُعَالِجُ كُلَّ مَرِيْضٍ، بَلْ يُعَالِجُ مَنْ يَرْجُوْ قَبُوْلَ الْمُعَالَجَةِ وَالصَّلَاحِ، وَإِذَا كَانَتْ الْعِلَّةُ مُزْمِنَةً أَوْ عَقِيْمًا لَا تَقْبَلُ الْعِلَاجَ، فَحَذَاقَةُ الطَّبِيْبِ فِيْهِ أَنْ يَقُوْلَ: هَذَا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، فَلَا تَشْغَلْ فِيْهِ بِمُدَاوَاتِهِ لِأَنَّ فِيْهِ تَضْيِيْعَ الْعُمُرِ.

Ketahuilah bahwa orang-orang yang bodoh itu adalah orang yang menderita penyakit hati, dan orang-orang ‘alim adalah sebagai tabib (dokter)nya.
Namun orang ‘alim yang tidak sempurna, tidak bisa mengobati penyakit. Dan orang ‘alim yang sempurna tidak bisa mengobati segala penyakit, bahkan ia hanya bisa mengobati penyakit orang yang bersedia diobati dan yang dapat diharapkan kesembuhannya.
Apabila penyakitnya berupa lumpuh atau mandul yang tidak bisa diobati, maka seorang tabib yang cerdas tentu akan berkata; “Penyakit ini sudah tidak bisa disembuhkan, maka jangan menyibukkan diri dengan mengobatinya, karena hal itu akan membuang-buang waktu”. 

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ مَرَضَ الْجَهْلِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ : أَحَدُهَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، وَالْبَاقِي لَا يَقْبَلُ.

Kemudian ketahuilah bahwa penyakit bodoh itu ada empat macam; Salahsatunya bisa diobati, dan yang lainnya tidak bisa diobati.

أَمَّا الَّذِي لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ:
فَأَحَدُهَا: مَنْ كَانَ سُؤَالُهُ وَاعْتِرَاضُهُ عَنْ حَسَدِهِ وَبُغْضِهِ، فَكُلَّمَا تُجِيْبُهُ بِأَحْسَنِ الْجَوَابِ وَأَفْصَحِهِ، فَلَا يَزِيْدُ لَهُ ذَلِكَ إِلَّا بُغْضًا وَعَدَاوَةً وَحَسَدًا، فَالطَّرِيْقُ أَلَّا تَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ،

Adapun penyakit bodoh yang tidak bisa diobati ialah;
Pertama;
Orang yang pertanyaan dan bantahannya bersumber dari kedengkian dan kebenciannya. Maka setiap kali pertanyaannya dijawab dengan sebaik-baik jawaban dan sejelas-jelasnya, jawaban terebut justru semakin menambah kebencian, permusuhan dan kedengkian. Maka jalan terbaik bagimu adalah, kamu tidak menyibukkan diri untuk menjawabnya.

فَقَدْ قِيْلَ:
كُلُّ الْعَدَاوَةِ قَدْ تُرْجَى إِزَالَتُهَا # إِلَّا عَدَاوَةَ مَنْ عَادَاكَ عَنْ حَسَدٍ

Sungguh tepat apa yang katakan oleh seorang penya’ir;
Setiap permusuhan masih bisa diharapkan hilangnya # kecuali permusuhan orang yang memusuhimu yang timbul dari kedengkian.

فَيَنْبَغِي أَنْ تُعْرِضَ عَنْهُ، وَتَتْرُكَهُ مَعَ مَرَضِهِ؛ قَالَ اللهُ تَعَالَى:{فَأَعْرِضْ عَمَّنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا}.

Maka seyogyanya kamu berpaling darinya dan membiarkannya tetap bersama dengan penyakitnya. Allah Ta’ala berfirman;
“Maka tinggalkanlah orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia tidak enghendaki kecuali kehidupan dunia”. (Qs. An Najm; 29).

وَالْحَسُوْدُ بِكُلِّ مَا يَقُوْلُ وَيَفْعَلُ يُوْقِدُ النَّارَ فِي زَرْعِ عَمَلِهِ، كَمَا قَالَ النَّبِيّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ:" الْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ".

Kedengkian, dengan segala yang diucapkan atau yang dilakukan dapat menyalakan api di tengah-tengah ladang ‘amalnya sendiri. Sebagaiana sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam; “Kedengkian akan memakan ‘amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.

وَالثَّانِي: أَنْ تَكُوْنَ عِلَّتُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ، وَهُوَ أَيْضًا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ كَمَا قَالَ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنِّي مَا عَجَزْتُ عَنْ إِحْيَاءِ الْمَوْتَى، وَقَدْ عَجَزْتُ عَنْ مُعَالَجَةِ الْأَحْمَقِ.

Kedua;
Orang yang penyakitnya timbul akibat dari kedunguan, ia juga tidak bisa diobati. Sebagaimana sabda Nabi Isa ‘alaihissalam; “Sungguh aku tidak kesulitan untuk menghidupkan orang yang telah mati, tetapi aku benar-benar kesulitan untuk mengobati kedunguan”.

وَذَلِكَ رَجُلٌ يَشْتَغِلُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ زَمَنًا قَلِيْلًا وَيَتَعَلَّمُ شَيْئًا قَلِيْلًا مِنَ الْعِلْمِ الْعَقْلِيّ وَالشَّرْعِيّ، فَيَسْأَلُ، وَيَعْتَرِضُ مِنْ حَمَاقَتِهِ عَلَى الْعَالِمِ الْكَبِيْرِ، الَّذِي أَمْضَى عُمُرَهُ فِي الْعُلُوْمِ: الْعَقْلِيَّةِ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَهَذَا الْأَحْمَقُ لَا يَعْلَمُ، وَيَظُنُّ أَنَّ مَا أُشْكِلَ عَلَيْهِ هُوَ أَيْضًا مُشْكِلٌ لِلْعَالِمِ الْكَبِيْرِ، فَإِذَا لَمْ يَعْلَمْ هَذَا الْقَدْرَ يَكُوْنُ سُؤَالُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ، فَيَنْبَغِي أَلَّا يَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ.

Penyakit dungu adalah penyakit seseorang yang menuntut ‘ilmu dalam waktu yang singkat dan pernah sedikit menuntut ‘ilmu akal dan ‘ilmu syari’at. Lalu karena kedunguannya ia bertanya dan menentang orang ‘alim yang agung yang telah menghabiskan usianya untuk mendalami beberapa ‘ilmu termasuk ‘ilmu akal dan ‘ilmu syari’at, dan orang dungu ini tidak mengerti (derajat orang ‘alim), dan ia menyangka bahwa apa yang tidak jelas baginya juga tidak jelas bagi orang ‘alim yang agung. Manakala ia tidak mengerti derajat orang ‘alim, maka pertanyaannya menjadi bukti dari kedunguannya. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah untuk tidak menyibukkan diri dengan menjawabnya.

وَالثَّالِثُ: أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَرْشِدًا، وَكُلَّ مَا لَا يَفْهَمُ مِنْ كَلَامِ الْأَكَابِرِ يُحْمَلُ عَلَى قُصُوْرِ فَهْمِهِ، وَكَانَ سُؤَالُهُ لِلْاِسْتِفَادَةِ، لَكِنْ يَكُوْنُ بَلِيْدًا لَا يُدْرِكُ الْحَقَائِقَ، فَلَا يَنْبَغِي الْاِشْتِغَالُ بِجَوَابِهِ أَيْضًا، كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

Ketiga;
Orang yang bertanya dalam rangka meminta petunjuk. Sementara setiap perkataan orang ‘alim yang tidak difahami harus di terima sebagai pengakuan atas keterbatasan pemahamannya. Oleh karena pertanyaannya hanya untuk mencari faidah, padahal ia adalah orang yang dungu yang tidak mampu menjangkau hakikat suatu pengetahuan, maka tidak sepantasnya pula menyibukkan diri dengan menjawab pertanyaannya, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

" نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُكَلِّمَ النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ"

“Kami golongan para Nabi diperintahkan untuk menyampaikan kepada manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka”.

وَأَمَّا الْمَرَضُ الَّذِي يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، فَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَرِشْدًا عَاقِلًا فَهْمًا لَا يَكُوْنُ مَغْلُوْبَ الْحَسَدِ وَالْغَضَبِ وَحُبِّ الشَّهْوَةِ وَالْجَاهِ وَالْمَالِ. وَيَكُوْنُ طَالِبَ طَرِيْقِ الْمُسْتَقِيْمِ، وَلَمْ يَكُنْ سُؤَالُهُ وَاعْتِرَاضُهُ عَنْ حَسَدٍ، وَتَعَنُّتٍ وَامْتِحَانٍ، وَهَذَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، فَيَجُوْزُ أَنْ تَشْتَغِلَ بِجَوَابِ سُؤَالِهِ بَلْ يَجِبَ عَلَيْكَ إِجَابَتُهُ.

Adapun penyakit yang masih mungkin diobati yaitu orang yang bertanya karena mengharapkan petunjuk, dan ia memiliki akal serta pemahaman yang kuat, tidak terkalahkan oleh sifat dengki, benci, menuruti hawa nafsu, cinta kedudukan dan harta, senantiasa mencari jalan kebenaran, dan pertanyaanya serta sanggahannya bukan karena kedengkian, memojokkan dan menguji. Orang seacam ini masih mungkin diobati, maka boleh menjawab pertanyaannya bahkan wajib bagimu untuk menjawabnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4

الا لا تنال العلم الا بستة