ORANG YANG TERMASUK DALAM PEMBICARAAN AMAR DAN NAHI

DASAR-DASAR ILMU USHUL;
ORANG
YANG TERMASUK DALAM PEMBICARAAN AMAR DAN NAHI
من
يدخل في الخطاب بالأمر والنهي
(Orang Yang
Termasuk Dalam Pembicaraan Amar Dan Nahi)
الذي يدخل في الخطاب بالأمر
والنهي "هو" المكلف، وهو البالغ العاقل.
فخرج بقولنا: "البالغ"
؛ الصغير، فلا يكلف بالأمر والنهي تكليفاً مساوياً لتكليف البالغ، ولكنه يؤمر
بالعبادات بعد التمييز تمريناً له على الطاعة، ويمنع من المعاصي؛ ليعتاد الكف
عنها.
وخرج بقولنا: "العاقل"
؛ المجنون فلا يكلف بالأمر والنهي، ولكنه يمنع مما يكون فيه تعد على غيره أو
إفساد، ولو فعل المأمور به لم يصح منه الفعل لعدم قصد الامتثال منه.
ولا يرد على هذا إيجاب الزكاة
والحقوق المالية في مال الصغير والمجنون، لأن إيجاب هذه مربوط بأسباب معينة متى
وجدت ثبت الحكم فهي منظور فيها إلى السبب لا إلى الفاعل!.
Orang yang masuk
dalam pembicaraan amar (perintah) dan nahi (larangan) adalah orang mukallaf,
yaitu orang yang telah baligh dan berakal.
§
Maka dikecualikan
dari perkataan kami; “orang yang telah baligh”, yaitu; Anak kecil. Ia tidak
dibebani perintah dan larangan dengan pembebanan yang sama sebagaimana yang
dibebankan kepada orang yang telah baligh, akan tetapi ia diperintahkan untuk
mengerjakan ibadah setelah tamyiz sebagai latihan baginya atas menjalankan
keta’atan dan menjauh dari kema’siyatan agar ia terbiasa menahan diri darinya.
§
Dan dikecualikan
dari perkataan kami; “orang yang berakal”, yaitu; Orang gila. Ia tidak dibebani
perintah dan larangan, akan tetapi ia dicegah dari apa saja yang didalamnya
terdapat pelanggaran terhadap orang lain atau pengrusakan. Dan apabila ia
mengerjakan perkara yang diperintahkan, maka pekerjaannya tidak sah, karena
tidak adanya maksud untuk menta’ati perintah darinya.
ü
Dan tidak termasuk
dalam hal ini yaitu kewajiban menunaikan zakat dan hak-hak yang berkenaan
dengan harta bagi harta anak kecil dan orang gila, karena kewajiban ini terikat
dengan sebab-sebab tertentu (seperti haul dan nisob sebagai sebab wajibnya
zakat). Manakala sebab-sebab itu telah didapatkan, maka hukum pun ditetapkan,
karena yang dipandang dalam masalah ini adalah sebabnya bukan pelakunya.
والتكليف بالأمر والنهي شامل
للمسلمين والكفار لكن الكافر لا يصح منه فعل المأمور به حال كفره؛ لقوله تعالى:
{وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ
كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِه} [التوبة: من الآية ٥٤]. ولا يؤمر بقضائه إذا أسلم؛
لقوله تعالى: {قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ
سَلَفَ}[لأنفال: من الآية
۳٨] وقوله
صلّى الله عليه وسلّم لعمرو بن العاص: "أما علمت يا عمرو أن الإسلام يهدم ما
كان قبله" ، وإنما يعاقب على تركه إذا مات على الكفر؛ لقوله تعالى عن جواب
المجرمين إذا سئلوا: {مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ} [المدثر:٤٢] {قَالُوا لَمْ نَكُ
مِنَ الْمُصَلِّينَ} [المدثر:٤۳] {وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ} [المدثر:٤٤]
{وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ} [المدثر:٤٥] {وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ
الدِّينِ} [المدثر:٤٦] {حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ} [المدثر:٤٧]
Taklif
(pembebanan) perintah dan larangan mencakup semua orang islam dan orang kafir,
akan tetapi orang kafir tidak sah jika mengerjakan perkara yang diperintahkan
disaat kekafirannya berdasarkan firman Allah Ta’ala; “Dan yang menghalangi
infak mereka untuk diterima adalah karena mereka kafir (inkar) kepada Allah dan
Rasul-Nya”.(Qs. At Taubah; 54).
Dan orang kafir
tidak diperintah untuk mengqada’nya bilamana ia masuk Islam berdasarkan firman
Allah; “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu; Jika mereka berhenti
(dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah
lalu”.(Qs. Al Anfal; 38). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Apakah
kamu tidak tahu wahai ‘Amr bahwa Islam menghapus dosa-dosa yang telah terdahulu”.
Sesungguhnya orang
kafir hanya akan disiksa disebabkan ia meninggalkannya apabila mati dalam
kekafiran berdasarkan firman Allah Ta’ala tentang jawaban orang-orang yang
berdosa ketika mereka ditanya; “Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam
(neraka) Saqar?”. “Mereka menjawab; Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang
melaksanakan shalat, dan kami (juga) tidak member makan orang-orang miskin,
bahkan kami biasa berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang
yang membicarakannya, dan kami mendustakan hari pembalasan, sampai dating
kepada kami kematian”.(Qs. Al Muddatstsir; 42-47).
Komentar
Posting Komentar