Kaidah-kaidah Yang Menjadi Sandaran Dan Rujukan Pernyataan Tentang Kecaman Terhadap Dunia Dan Orang Yang Lebih Mementingkan Dunia
Ma'al Ikhwan al-Muhibbin Min Ahlil Khair Wad Din
Lil Imam al-Habib Abdullah al-Haddad
Kaidah-kaidah Yang Menjadi Sandaran Dan Rujukan Pernyataan Tentang Kecaman Terhadap Dunia Dan Orang Yang Lebih Mementingkan Dunia
وبَعدُ فمنَ
الحَسَن أن نَختمَ هذه النّبْذَةَ بشيء مما ورد في ذمّ الدنيا وذمّ مُؤْثِرِها.
وينبغي أن نُصَدِّرَ
ذلك بقاعدةٍ يُعَوَّل عليها ويُرْجَع إليها.
فنقول وبالله
التوفيق:
Setelah Itu Ada Baiknya Bila Kami Menyempurnakan Makalah
Ini Dengan Mengemukakan Sesuatu Yang Berupa Pernyataan Tentang Kecaman Terhadap
Dunia Dan Orang Yang Lebih Mementingkan Dunia.
Dan Sebaiknya Kami Kemukakan Hal Tersebut
Dengan Kaidah-kaidah Yang Menjadi Sandaran Dan Rujukannya.
Kami Berkata -Semoga
Allah Ta’ala Memberi Taufiq-;
الدنيا على ثلاث طبقات: فدنيا فيها الثواب، وأخرى فيها الحساب،
وثالثة فيها العذاب.
Dunia
terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu;
1.
Dunia
yang didalamnya terdapat pahala.
2.
Dunia
yang didalamnya terdapat hisab (perhitungan).
3.
Dunia
yang didalamnya terdapat siksa.
فأما التي فيها الثواب: فهي التي تصل
بواسطتها إلى الخير وتنجو بواسطتها عن قلع الشر، وهي مطية المؤمن ومزرعة الآخرة،
وهي الكفاف عن الحلال.
Adapun
dunia yang didalamnya terdapat pahala yaitu; Dunia yang dengan perantaraannya kamu
dapat mencapai suatu kebaikan dan dengan perantaraannya pula kamu akan selamat
dari melakukan keburukan, dunia semacam ini merupakan kendaraan dan ladang
akhirat bagi orang yang beriman, dan inilah yang di katakan kecukupan dari
perkara halal.
وأما التي فيها الحساب: فهي التي لا تشتغل
بسببها عن أداء مأمور ولا ترتكب في طلبها أمراً محظوراً، وهذه الدنيا فيها الحساب
الطويل وأربابها هم الأغنياء الذين يسبقهم الفقراء إلى الجنة بنصف يوم وهو خمس
مائة عام.
Adapun
dunia yang didalamnya terdapat hisab (perhitungan) yaitu; Dunia yang tidak
menyebabkan dirimu sibuk dari menjalankan perkara yang di perintah, dan tidak
pula menyebabkan dirimu melakukan perkara yang di larang dalam mencarinya.
Inilah dunia yang didalamnya terdapat perhitungan yang panjang, dan pemiliknya
adalah orang-orang kaya, yaitu orang-orang yang akan didahului oleh orang-orang
fakir ketika menuju surga dengan jarak setengah hari (akhirat) yaitu lima ratus
tahun.
وأما التي فيها العذاب: فهي التي تقطع عن أداء
المأمورات وتوقع في إرتكاب المحظورات، وهي زاد صاحبها إلى النار ومُدْرِجَته إلى
دار البوار،
وإليه الإشارة بما روي: ((إن الله يأمر
بالدنيا إلى النار فتقول: أشياعي وأتباعي؟ فيقول سبحانه وتعالى: ألحِقُوا بها
أشياعها وأتباعها، فيُلْحَقُون بها)).
Adapun
dunia yang didalamnya terdapat siksa yaitu; Dunia yang dapat menghalangi
seseorang dari menjalankan perkara yang di perintah dan menjerumuskannya melakukan
perkara yang di larang, ia merupakan bekal bagi pemiliknya menuju neraka dan merupakan
landasannya menuju neraka Jahannam.
Itulah
yang di isyarahkan oleh sebuah riwayat;
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala memerintahkan dunia masuk kedalam neraka, lalu ia (dunia) berkata;
‘Wahai Tuhanku, dimanakah para pecintaku dan pengikutku?’
Lantas
Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman; “Ikutkan dengannya para pecinta dan pengikutnya”,
maka mereka diikutkan dengannya”.
وأعلم أن طلاب الدنيا على أنواع: فمنهم من
يطلبها على نية صلة الأقربين ومواساة المقلين، وهذا يُعدُّ من الأسخياء وله ثوابٌ
إن وافق عمله نيته.
ولكنه لاحكمة عنده لأن الحكيم لا يطلب أمراً
لا يدري ما ذا يكون الحال عند حصوله؛ وليعتبر من كان يطلبها على هذه النية بقصة
ثعلبة المُشار إليه في قوله تعالى: {وَمِنْهُم مَّنْ عَاهَدَ اللّهَ لَئِنْ
آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ
}[التوبة: ٧٥]... الآيات.
Ketahuilah
bahwa para pencari dunia terbagi menjadi beberapa bagian, di antara mereka ada
yang mencarinya dengan niyat untuk menyambung tali kekerabatan dan membantu orang-orang
yang miskin, orang semacam ini tergolong orang yang dermawan dan ia akan
mendapatkan pahala jika perbuatannya sesuai dengan niyatnya, akan tetapi ia tidak
memiliki kebijaksanaan, karena orang yang bijaksana tidaklah mencari suatu
perkara yang tidak di ketahui perihal apa yang akan terjadi setelah ia
mendapatkannya, maka hendaknya ia mengambil pelajaran dari orang yang mencari
dunia dengan niyat semacam ini dengan mempelajari kisah Tsa’labah yang di sebutkan
dalam firman Allah Ta’ala;
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar
kepada Allah; ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada
kami, pastilah kami akan bersedekah dan kami termasuk orang-orang yang shalih’”.(Qs.
At-Taubah: 75).
وكم من طالب نيته نيل الشهوات والتمتع
باللذات، وهذا يُعدُّ في جملة البهائم ويدخل في حيز الأنعام. وإلى نوعه الإشارة
بقوله تعالى: {أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ
إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً }[الفرقان: ٤٤].
Berapa
banyak orang mencari dunia yang niyatnya hanya untuk memuaskan syahwatnya, atau
hanya untuk bersenang-senang, orang semacam ini tergolong dalam golongan binatang
ternak, sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah Ta’ala;
“Atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka
itu tak lain.hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesal
jalannya (dari binatang ternak itu)”.(Qs. Al-Furqaan: 44)
وكم من طالب يطلب الدنيا ليفاخر بها ويكاثر
بها ويباهي بها، وهو معدود من الحمقى المغرورين، بل من المثبورين، و{قَدْ عَلِمَ
كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ}[البقرة: ٦٠]، {وَرَبُّكَ يَعْلَمُ
مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ }[القصص: ٦٩].
Dan
berapa banyak orang yang mencari dunia dengan tujuan untuk berbangga-banggaan
dengannya, menumpuk-numpunya dan memamerkannya, orang semacam ini tergolong
sebagai orang bodoh yang tertipu, bahkan termasuk orang yang celaka. Aliah SWT
berfirman;
“Sungguh
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).” (Qs. Al-Baqarah: 60). (Ialah sebanyak suku
Bani Isra,il sebagaimana tersebut dalam surat Al A’raf ayat 60).
“Dan
Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang
mereka nyatakan”.(Qs. Al-Qashash: 69).
فانصح يا أخي لنفسك، وإياك أن تغشها فتدَّعي
أمراً ليس من نيتك، فتكون قد جمعت بين الإفلاس، والدعوى؛ فتخسر الدنيا والآخرة:{ذَلِكَ
هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ}[الحج: ١١].
Maka
nasihatilah dirimu wahai saudaraku, janganlah kamu menipunya, hingga kamu
mengakui suatu perkara yang bukan merupakan niyatmu, karena dengan demikian
kamu berarti telah mengumpulkan antara kerugian dan kepalsuan, hingga kamu
merugi di dunia dan akhirat. “Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata”.(Qs.
Al Hajj: 11).
Komentar
Posting Komentar