KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJLIS 13
KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
Surat
Al An Nisa’ 183
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَاعْبُدُوا
اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي
الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا (النساء
٣٦)
“Sembahlah Allah dan jangnlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba shayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.(Qs. An Nisa’ 183).
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan jangnlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun”. Berupa berhala atau lainnya, baik
syirik jaliy (jelas yaitu kufur) atau khafiy (samar yaitu riya’).
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan berbuat
baiklah kepada dua orang tua ibu-bapa”, Yaitu
berbakti kepada kedua orang tua (dan memenuhi hak keduanya) dengan
sebaik-baiknya.
وَبِذِي الْقُرْبَى “karib kerabat”, (Kerabat se nasab atau se Agama).
وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَى
“anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat”, Yaitu orang yang tempat tinggalnya dekat dari tempat tinggalmu.
Dan dikatakan; Ia adalah tetangga dekat se nasab atau se Agama. “وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى “ boleh
dibaca “وَالْجَارَ
ذَا الْقُرْبَى “ karena ikhtishash (menjadi maf’ul bihnya fi’il
“أَخُصُّ “ yang
dibuang) karena mengagungkan menjaga haknya.
وَالْجَارِ الْجُنُبِ “dan tetangga
yang jauh”, Atau orang yang tidak ada hubungan kekerabatan. Diriwayatkan dari
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Tetangga ada tiga macam; 1) Tetangga yang
memiliki tiga hak yaitu; Hak tetangga, hak kerabat dan hak sesama Islam. 2)
Tetangga yang meiliki dua hak yaitu; Hak tetangga dan hak sesama Islam. 3)
Tetangga yang memiliki satu hak yaitu; Hak tetangga, ini umum termasuk Ahlul
Kitab.
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ “dan teman
sejawat”, Teman dalam kebaikan seperti teman belajar, usaha, bekerja atau teman
seperjalanan karena ia menemanimu dan berada disisimu. Dan dikatakan; Ia adalah
istri.
وَابْنِ السَّبِيلِ “ibnu sabil”, Musafir atau tamu.
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ “dan hamba
shayamu”, Laki-laki atau perempuan.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ
مُخْتَالًا
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”, Memandang rendah pada kerabat, tetangga, dan teman-temannya dan
tidak peduli terhadap mereka.
فَخُورًا “dan
membangga-banggakan diri”. Terhadap
mereka.(Qadli Baidlawi).
________________________________
Diriwaytkan
dari ‘Amir bin Rabi’ah ia berkata; Aku mendengar Rasulullah ‘alaihishshalatu
wassalam bersabda; “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka para
malaikat akan mendo’akannya sebagaimana ia bershalawat kepadaku, maka
ucapkanlah shalawat baik sedikit atau banyak”.(Syifa’un Syarif).
Allah
Ta’ala berfirman;
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا (الإسراء ٢٣-٢٤)
“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘Ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; ‘Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku diwaktu kecil”.(Al Isra’ 23-24).
وَقَضَى رَبُّكَ “dan Tuhanmu
telah memerintahkan”, Dengan
perintah yang pasti.
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”, Berbuat baik kepada ibu bapak karena keduanya terlibat sebagai sebab
wujud dan hidup (mu).
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ “jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘Ah’, Maka janganlah kamu meresa jenuh dari apa yang dianggap kotor
dari keduanya dan tidak keberatan dari menanggung biaya keduanya. “أُفٍّ “
adalah kata-kata yang menunjukkan berkeluh kesah.
وَلَا تَنْهَرْهُمَا “dan janganlah
kamu membentak mereka”, Dan janganlah
mencegah keduanya dari apa yang tidak kamu sukai dengan kasar.
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا “dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia”. Dengan
halus (lemah lembut penuh hormat).
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua”, Ya’ni
berendah dirilah kamu dalam menghadapi kefuanya.
مِنَ الرَّحْمَةِ “dengan penuh
kesayangan”, Dengan penuh kasih sayang
kepadanya, karena keduanya butuh pada orang yang paling butuh diantara makhluk
Allah Ta’ala kepada keduanya.
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا “ucapkanlah;
‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua”, Berdo’alah
kepada Allah Ta’ala agar Allah Ta’ala mengasihi keduanya dengan kasih
sayang-Nya yang abadi.
كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “sebagaimana
mereka berdua telah mendidikku diwaktu kecil”. Kasihilah
mereka berdua sebagaimana mereka mengasihiku, mendidikku dan menunjukkanku
diwaktu aku masih kecil.(Qadli Baidlawi).
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radliyallahu Ta’ala ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam beliau bersabda; “Sembahlah Allah Ar Rahman”.(HR. Tirmidzi).
Maksudnya; Murnikanlah ‘ibadahmu hanya kepada Allah Ar Rahman, karena Dialah
Allah Ta’ala yang berhak disembah, barangsiapa yang menyekutukan ‘ibadah kepada
Tuhannya dengan sesuatu, maka ‘amalnya tidak diterima dan diakhirat ia termasuk
orang yang merugi sebagaimana Allah Ta’ala berfirman; “Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan leburlah ‘amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi”.(Qs. Az- Zumar 65). Bagi orang yang
ber’akal hendaklah memurnikan ‘ibadah kepada Tuhannya sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman; “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan ‘amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
ber’ibadah kepada Tuhannya”.(Qs. Al Kahfi 110).(Zubdatul Wa’idzin).
Dikatakan;
Hak kewajiban seorang anak terhadap orang tua ada sepuluh; 1). Memberi makan
jika ia membutuhkan. 2). Melayani jika ia membutuhkan. 3). Menjawab jika ia
memanggil. 4). Mentha’ati jika ia memerintahkan selian bermakshiyat. 5). Berbicara
dengannya dengan halus tidak kasar. 6). Jika ia membutuhkan pakaian, maka
memberinya pakaian jika mampu. 7). Berjalan dibelakangnya. 8). Meridlanya sebagaimana
meridlai dirinya sendiri. 9). Membencinya sebagaimana membenci dirinya sendiri.
10). Mendo’akannya dengan maghfirah sebagaimana mendo’akan dirinya
sendiri.(Tanbihul Ghofilin).
Dari
Al Faqih Abul Laits ia
berkata tentang ibu bapak yang apabila keduanya meninggal dunia dalam keadaan
murka terhadap seorang anak, apakah ada kemungkinan bagi anak untuk mendapatkan
ridla ibu bapak setelah keduanya meninggal dunia? Dikatakan; Seorang anak masih
memungkinkan untuk mendapatkan ridla ibu bapak setelah keduanya meninggal dunia
dengan tiga cara; 1). Menjadi anak yang shalih. 2). Menyambung sanak keluarga serta
sahabat kedua ibu bapak. 3). Memohonkan ampun, mendo’akan dan bershedekah untuk
keduanya. (Tanbihul Ghofilin).
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Iman
seorang hamba tidak akan lurus hingga lurus hatinya dan hati tidak akan lurus
hingga lurus lisannya dan seorang mu’min tidak akan masuk surga hingga
tetangganya aman dari lisannya”.
Dan
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa memuliakan
tetangganya, maka wajib baginya masuk sorga, namun barangsiapa yang menyakiti
tetangganya, maka Allah, para malaikat dan manusia semua mela’natnya”.(Hayatul
Qulub).
Dari
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa yang menafkahkan
hartanya satu dirham kepada tamu, seakan-akan ia menafkahkan seribu dirham
dijalan Allah”.
Dari
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Tidaklah seseorang yang
kedatangan tamu lalu ia memuliakannya melainkan Allah akan membuka pintu sorga
untuknya”.
HIKAYAT
Diceritakan
bahwa ‘Umar bin Khatthab radliyallahu ‘anhu apabila kedatangan tamu, ia berdiri
melayaninya sendiri, lalu ditanyakan kepadanya kenapa ia berdiri? Ia menjawab;
Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Para malaikat
berdiri disuatu rumah yang didalamnya ada tamu”, maka aku malu bila aku duduk
sesmentara para malaikat berdiri.(A’rajiyyah).
Dari
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Jibril ‘alaihissalam memberi
kabar kepadaku bahwa apabila tamu telah masuk kerumah saudaranya sesama muslim,
maka bersamaan dengannya masuklah pula seribu Baraka dan seribu rahmat, dan
Allah akan mengampuni dosa ahli rumah itu walaupun dosa mereka sebanyak buih
dilautan, walaupun sebanyak daun pepohonan, dan Allah Ta’ala akan memberinya
pahala seribu orang mati syahid, menacatat setiap suap makanan yang dimakan
tamu, baginya pahala hajji mabrur dan ‘umrah maqbul, dan Allah Ta’ala
membangunkan baginya sebuah kota disorga, dan barangsiapa yang memuliakan tamu,
maka seolah-olah ia memuliakan 70 Nabi”.(Kanzul Akhbar).
Diriwayatkan
dari Abu Huarairah dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Apabila
anak Adam meninggal maka ‘amalnya terputus kecuali dari tiga perkara; Shedekah
jariyah, anak Shalih yang mendoakannya dan ‘ilmu yang bermanfa’at”.(Tanbihul
Ghofilin).
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Bershedekahlah kalian semua karena
shedekah dapat membebaskan dari api neraka”.
Diriwayatkan
dari sebagian ahli ‘ilmu ia berkata; ‘Amal yang paling utama ialah melaparkan
perut yang kenyang dengan puasa.(Akhlashul Kholishoh).
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Ketika beliau menghimbau
orang-orang untuk bershasaqah pada saat hendak berangkat menuju perang Tabuk,
‘Abdur Rahman bin ‘Auf datang dengan membawa uang sebesar 4000 dirham lalu
berkata; Wahai Rasul Allah, aku memiliki uang sebesar 8000 dirham, yang 4000
dirham aku simpan untuk kebutuhanku dan keluargaku dan yang 4000 dirham lagi
akan aku hutangkan kepada Tuhanku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda; “Wahai ‘Abdur Rahman, semoga Allah memberkahi apa yang kamu simpan
dan apa yang berikan”. Dan shahabat ‘Utsman bin ‘Affan berkata; Wahai Rasul
Allah, atas dirikulah biaya perlengkapan orang yang tidak memiliki
perlengkapan. Lalu turunlah ayat ini; “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.(Qs. Al Baqarah 261).
Al Faqih Abul Laits berkata; Orang yang bershedekah
bagaikan orang yang bercocok tanam, apabila ia pandai mengelolanya, bibitnya
unggul dan tanahnya subur, maka tanamannyapun akan tumbuh subur dan hasilnya
akan berlimpah, demikian pula dengan shedekah, apabila orang yang bershedekah
adalah arang shalih, hartanya baik dan halal, dan disalurkan pada tempatnya,
maka pahalanya akan berlimpah.(Syifa’ Andaw’i).
Al Faqih Abul Laits berlata; Allah Ta’ala telah
menjelaskan didalam kitab Taurat, Zabur, Injil, Al Furqan dan semua kitab-kitab
Allah, Dia memerintahkan didalam semua kitab-kitab-Nya dan memberi wahyu kepada
semua utusan-Nya dengan menjadikan ridla-Nya tergantung pada ridla kedua orang
tua dan murka-Nya tergantung pada murka kedua orang tua”. Dan Nabi
‘alaihishshalatu wassalam ditanya; Amal apakah yang lebih utama? Nabi
‘alaihishshalatu wassalam menjawab; Shalat tepat pada waktunya kemudian
berbakti kepada kedua orang tua kemudian berjihad dijalan Allah”. (Tanbihul Ghofilin).
Dan
dikatakan; Ada tiga ayat yang turun secara bergandengan dengan dua perkara,
yang salahsatunya tidak akan diterima bila tanpa bersamaan dengan lainnya;
1)
“Dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat”.(Qs. Al
Baqarah dll). Barangsiapa yang mendirikan shalat namun tidak menunaikan zakat,
maka shalatnya tidak diterima.
2)
“Tha’atilah
Allah dan tha’atilah rasul (Nya)”.(Qs. An Nisa’
dll). Barangsiapa yang tha’at kepada Allah Ta’ala namun tidak tha’at kepada
rasul (Nya), maka ketha’atannya kepada Allah tidak diterima.
3)
“Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmuu”.(Qs. Luqman 14). Barangsiapa yang
bersyukur kepada Allah Ta’ala namun tidak bersyukur kepada kedua orang tuanya,
maka syukurnya sitolak.
Adapun
dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam; “Barangsiapa yang kedua orang taunya ridla kepadanya maka Allah pun
ridla kepadanya dan barangsiapa yang kedua orang tuanya murka kepadanya maka
Allah pun murka kepadanya”.(Tanbihul Ghofilin).
HIKAYAT
Diriwayatkan
bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihissalam melakukan perjalanan diantara langit dan bumi
hingga sampai disuatu lautan yang sangat dalam yang ombaknya terlihat
mengerikan, kemudian ia memberi perintah kepada angin agar diam, anginpun diam,
lalu ia memerintahkan kepada ‘Ifrit untuk menyelam kedalam lautan itu, dan
‘Ifrit segera menyelaminya, ketika telah sampai didasar lautan, ‘Ifrit melihat
suatu Qubah dari intan putih yang tidak meiliki satu lobangpun, lantas ‘ifrit
membawanya keluar dan meletakkannya dihadapan Nabi Sulaiman ‘alaihissalam,
menyaksikan hal itu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam kagum lalu berdo’a kepada
Allah, lantas pintu Qubah itu terbuka, dan ternyata didalamnya ada seorang
pemuda yang sedang bersujud. Maka Nabi Sulaiman ‘alaihissalam bertanya;
Siapakah dirimu, apakah dari golongan malaikat, jin atau menusia? Pemuda itu
menjawab; Akan tetapi aku dari golongan manusia. Nabi Sulaiman ‘alaihissalam
bertanya lagi; Sebab apakah engkau bisa mendapatkan kemuliaan ini? pemuda itu
menjawab; Sebab berbakti kepada kedua orang tua. Lalu pemuda itu bercerita;
Ketika ibuku mulai lumpuh, aku senantiasa menggendongnya diatas punggungku (hingga
ajal menjemputnya), dan saat itu ibu mendo’akanku; Ya Allah, semoga Engkau
menjadikannya orang yang Qona’ah dan menempatkannya setelah aku mati pada suatu
tempat tidak dibumi tidak pula dilangit. Setelah ibuku wafat, aku pergi ketepi
pantai dan disana aku melihat Qubah dari
intan, maka aku mendekatinya, lalu pintu Qubah itu terbuka dan akupun masuk
kedalamnya, lantas dengan idzin Allah Ta’ala pintu Qubah itu tertutup rapat dan
aku tidak tahu apakah aku berada diudara atau dibumi namun Allah senantiasa
memberiku rizki. Lalu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam bertanya; Bagaima cara Allah
ta’ala memberimu rizki disana? Pemuda itu menjawab; Apabila aku merasa lapar,
disana Allah Ta’ala menciptakan pohon yang berbuah, dari pohon itulah Allah
Ta’ala memberiku rizki, dan apabila aku haus,mengalirla air yang lebih putih
dari susu, lebih manis dari madu dan lebih dingin dari salju. Nabi Sulaiman
‘alaihissalam kembali bertanya; Bagaimana engkau bisa mengetahui siang dan
malam? Pemuda itu menjawab; Apabila fajar subuh telah terbit, Qubah ini menjadi
putih, lalu aku mengerti bahwa waktu itu adalah siang, dan apabila matahari
terbenam, Qubah ini menjadi gelap, lalu aku mengerti bahwa malam telah tiba.
Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihissalam berdo’a kepada Allah Ta’ala, lantas Qubah
tersebut tertutup rapat dan pemuda itu tetap berada didalamnya sepeti sediakala.(Majma’ul
Latha’if).
HIKAYAT
Dicertakan
bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam berkata; Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
teman dekatku disorga. Lalu Allah Ta’ala berfirman; Pergilah kenegri fulan dan
pasar fulan, disana ada Qosshob (tukang jagal), wajahnya begini dan begini,
dialah teman dekatmu disorga. Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam pergi menuju
sebuah toko dan diam disana sampai matahari terbenam, lalu Qosshob mengambil
sepotong daging dan memasukkannya kedalam Zanbil (sejenis keranjang dari
jerami). Ketika Qosshob hendak pergi, Nabi Musa ‘alaihissalam bertanya; Apakah
engkau ada tamu? Qosshob menjawab; Ya, lalu mereka berdua pergi bersama hingga
masuk kerumahnya, dan Qosshob langsung memasak daging tersebut dimasak kuah.
Kemudian Qosshob mengeluarkan Zanbil dari dalam rumahnya dan didalam Zanbil itu
ada seorang wanita yang lumpuh, lemas tidak berdaya bagaikan anak unggas yang
belum tumbuh bulu, lantas Qosshob mengeluarkannya, lalu mengambil sendok dan
menyuapinya hingga kenyang, iapun mencuci bajunya, mengeringkannya dan
memakaikannya kemudian meletakkannya didalam Zanbil, lalu wanita itu
menggerak-gerakkan bibirnya. Nabi Musa ‘alaihissalam berkata; Aku melihat bibir
wanita itu membaca; ‘Allahummaj’al ibniy jalisa Musa fil jannati’ (Ya Allah,
jadikanlah putraku teman dekat Nabi Musa didalam sorga). Kemudian Qosshor
membawanya dan menggantungkannya diatas paku. Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam
berkata; ‘Ada sebuah kabar gembira bagimu, aku adalah Musa dan kamu adalah
teman dekatku disorga’. Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan kita menuju sorga
lantaran Asma-Asma Allah yang bagus dan lantaran manusia sebaik-baik manusia.
Inilah hakayah lembut yang disebutkan dalam kitab Az Zubdah, maka hendaklah
kamu membenarkan dan berpedoman kepadanya.
HIKAYAT
Diceritakan
bahwa seorang Majusi datang kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan meminta
jamuan, maka Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata; ‘Aku tidak akan menjamumu
hingga kamu keluar dari Agamamu dan meninggalkan Agama Majusi’, lalu pergi.
Lantas Allah Ta’ala memberi wahyu; “Wahai Ibrahim, engkau tidak memberi suguhan
kepada Majusi hingga ia keluar dari Agamanya, apasih ruginya bila engkau
menyuguhnya malam ini, padahal Aku senantiasa memberinya makan minum selama 70
tahun sedangkan ia kafir kepada-Ku?”. Pada pagi harinya Nabi Ibrahim
‘alaihissalam segera mencari Majusi dan menemukannya lalu bersumpah kepadanya,
maka Majusi bertanya; Sungguh mengherankan kelakuanmu, kemaren engkau menolakku
tapi kin engkau mencariku? Kemudian Nabi Ibrahim mengabarkan kepadanya bahwa;
Allah Ta’ala memberi wahyu kepadaku berkaitan denganmu begini dan begini.
Majusi berkata; Apakah Tuhan semua Tuhan meperlakukan aku dengan perlakuan
seperti ini sedangkan aku kafir kepada-Nya? Ulurkanlah tanganmu (wahai
Ibrahim), Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah
utusan-Nya.(Demikianlah yang terdapat dalam sebagin kitab Mau’idzah dan Asy
Syaikh Su’da juga menyebutkan dalam kitab Bustan nya).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Didalam shedekah terdapat lima keutamaan;
Menambah banyak harta, menyembuhkan penyakit, dijauhkan dari bala’, melewati
Shirath bagaikan kilat menyambar dan masuk sorga tanpa hisab dan siksa”.
Sungguh benar apa yang disabdakan Rasulullah.
Dan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “’Amal yang paling utama adalah
shalat lima waktu dan akhlak yang paling utama adalah tawadlu’ (rendah diri)”.
Shadaqa Rasulullah. (Daqo’iqul Akhbar).
Komentar
Posting Komentar