MENGAPA ORANG-ORANG BODOH LARI DARI ILMU (Agama) DAN AHLI ILMU
Adabud-Dun_ya wad-Din
.
.
.
(نفرة الجهال من العلم وأهله)
(Larinya orang-orang bodoh dari ilmu (agama) dan ahli ilmu)
وَرُبَّمَا مَنَعَ ذَا السَّفَاهَةِ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ أَنْ يُصَوِّرَ فِي نَفْسِهِ حِرْفَةَ أَهْلِهِ وَتَضَايُقَ الْأُمُورِ مَعَ الِاشْتِغَالِ بِهِ حَتَّى يَسِمَهُمْ بِالْإِدْبَارِ وَيَتَوَسَّمَهُمْ بِالْحِرْمَانِ، فَإِنْ رَأَى مَحْبَرَةً تَطَيَّرَ مِنْهَا وَإِنْ رَأَى كِتَابًا أَعْرَضَ عَنْهُ، وَإِنْ رَأَى مُتَحَلِّيًا بِالْعِلْمِ هَرَبَ مِنْهُ كَأَنَّهُ لَمْ يَرَ عَالِمًا مُقْبِلًا وَجَاهِلًا مُدْبِرًا.
Terkadang yang mencegah orang dungu untuk mencari ilmu adalah bayangannya terhadap ahli ilmu, ia membayangkan bahwa ahli ilmu itu miskin serba kekurangan dan segala urusannya menjadi sulit karena sibuk dengan ilmu, hingga ia memvonis ahli ilmu adalah orang yang tertinggal, dan melebeli ahli ilmu sebagai orang yang terhalang dari mendapatkan harta dunia, maka jika orang dungu melihat bak tinta, ia akan lari terbirit-birit, jika melihat kitab, ia akan berpaling darinya, dan jika melihat orang yang menjelaskan ilmu, ia akan lari tunggang langgang darinya seakan-akan ia tidak pernah melihat orang alim yang maju dan orang bodoh yang tertinggal.
وَلَقَدْ رَأَيْت مِنْ هَذِهِ الطَّبَقَةِ جَمَاعَةً ذَوِي مَنَازِلِ، وَأَحْوَالٍ كُنْت أُخْفِي عَنْهُمْ مَا يَصْحَبُنِي مِنْ مَحْبَرَةٍ وَكِتَابٍ لِئَلَّا أَكُونَ عِنْدَهُمْ مُسْتَثْقَلًا، وَإِنْ كَانَ الْبُعْدُ عَنْهُمْ مُؤْنِسًا وَمُصْلِحًا، وَالْقُرْبُ مِنْهُمْ مُوحِشًا وَمُفْسِدًا.
Sungguh aku melihat tingkatkan ini ada pada sekelompok orang yang berkedudukan tinggi dan terkemuka yang aku sembunyikan dari mereka apa yang menemaniku yaitu bak tinta dan kitab, agar aku tidak menjadi orang yang menyusahkan bagi mereka walaupun jauh dari mereka adalah lebih baik dan lebih damai, dan dekat dengan mereka justru meresahkan dan merusakkan.
فَقَدْ قَالَ بَزَرْجَمْهَرَ: الْجَهْلُ فِي الْقَلْبِ كَالنَّزِّ فِي الْأَرْضِ، يُفْسِدُ مَا حَوْلَهُ. لَكِنْ اتَّبَعْتُ فِيهِمْ الْحَدِيثَ الْمَرْوِيَّ عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ ثَوْبَانَ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ: «خَالِطُوا النَّاسَ بِأَخْلَاقِهِمْ وَخَالِفُوهُمْ فِي أَعْمَالِهِمْ» . وَلِذَلِكَ قَالَ بَعْضُ الْبُلَغَاءِ: رُبَّ جَهْلٍ وُقِيَتْ بِهِ عُلَمَاءُ، وَسَفَهٍ حُمِيَتْ بِهِ حُلَمَاءُ.
Syaikh Bazarjamhar berkata : "Kebodohan dalam hati laksana racun yang menyerap kedalam tanah, ia akan merusak apa saja yang ada di sekelilingnya".
Namun dalam hal ini aku lebih mengikuti hadits yang diriwayatkan dari Abil-Asy'at dari Abi Utsman dari Tsauban dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda : "Pergaulilah orang-orang karena akhlak mereka dan jauhilah mereka dalam hal perbuatan buruknya".
Oleh karena itu sebagian ahli balaghah berkata : "Sangat banyak 'ulama' yang berjaga-jaga dengan kebodohan dan sangat banyak orang yang murah hati berjaga-jaga dengan kedunguan".
وَهَذِهِ الطَّبَقَةُ مِمَّنْ لَا يُرْجَى لَهَا صَلَاحٌ، وَلَا يُؤْمَلُ لَهَا فَلَاحٌ. لِأَنَّ مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ الْعِلْمَ شَيْنٌ، وَأَنَّ تَرْكَهُ زَيْنٌ، وَأَنَّ لِلْجَهْلِ إقْبَالًا مُجْدِيًا، وَلِلْعِلْمِ إدْبَارًا مُكْدِيًا، كَانَ ضَلَالُهُ مُسْتَحْكِمًا وَرَشَادُهُ مُسْتَعْبَدَا، وَكَانَ هُوَ الْخَامِسُ الْهَالِكُ الَّذِي قَالَ فِيهِ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -: «اُغْدُ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ الْخَامِسَ فَتَهْلِكَ» . وَقَدْ رَوَاهُ خَالِدٌ الْحَذَّاءُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - مُسْنَدًا وَلَيْسَ لِمَنْ هَذِهِ حَالُهُ: فِي الْعَذْلِ نَفْعٌ وَلَا فِي الْإِصْلَاحِ مَطْمَعٌ.
Tingkatan ini termasuk tingkatan yang tidak bisa diharapkan kebaikannya dan tidak dapat di nanti-nantikan keberuntungannya. Karena barangsiapa yang beri'tikad bahwa ilmu merupakan aib, meninggalkannya merupakan keindahan, kebodohan membawa kesejahteraan dan ilmu mengakibatkan kesesatan, maka kesesatan orang tersebut menjadi kuat, jauh dari petunjuk dan termasuk orang yang kelima yakni termasuk orang yang celaka yang dikatakan oleh sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anh : "Jadilah engkau orang alim, pelajar, pendengar atau pecinta, janganlah engkau menjadi orang yang kelima, karena engkau akan celaka".
Diriwayatkan oleh Khalid al-Hadzdza' dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam secara musnad, "Berlaku adil pada orang yang berwatak seperti ini tidak ada manfaatnya dan orang seperti ini tidak bisa diharapkan kebaikannya".
وَقَدْ قِيلَ لِبَزَرْجَمْهَرَ: مَا لَكُمْ لَا تُعَاتِبُونَ الْجُهَّالَ؟ فَقَالَ: إنَّا لَا نُكَلِّفُ الْعُمْيَ أَنْ يُبْصِرُوا، وَلَا الصُّمَّ أَنْ يَسْمَعُوا.
Bazarjamhar pernah ditanya : Mangapa engkau tidak sedikit saja memarahi orang bodoh?
Beliau menjawab : "Aku tidak mau memaksa orang buta agar melihat dan tidak mau memaksa orang tuli agar mendengar".
Komentar
Posting Komentar