KETENANGAN HATI DENGAN MENYAKSIKAN KEKUASAAN ALLAH TA'ALA KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJLIS 05
DURRATUN NASHIHIN
MAJLIS 05
MAJLIS 05
Surat
Al Baqarah 260
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ
تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً
مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ
جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ
حَكِيمٌ (سورة
البقرة ٢٦٠)
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata; ‘Wahai
Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati’. Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab; ‘Aku telah
meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)’, Allah
berfirman; “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu, letakkanlah diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari
bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. Al Baqarah 260).
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي
كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata;
‘Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan
orang-orang mati’”, Ibrahim
‘alaihissalam bertanya tentang hal itu agar ‘ilmunya menjadi nyata. (bukan
hanya berupa ‘ilmul Yaqin tapi ‘Ainul Yaqin bahkan Haqqul Yaqin. ‘Ilmul Yaqin
yaitu ‘ilmu yang didapat hanya dari segi tanda bukti. ‘Ainul Yaqin yaitu ‘ilmu
yang didapat dengan menyingkap dan menyaksikan. Dan Haqqul Yaqin yaitu ‘ilmu
yang didapat dengan menyaksikan dan memastikan. Demikian itu seperti adanya Makkah
misalnya, barangsiapa yang belum pernah melihatnya, dan ia hanya mengetahuinya
dari kabar berita yang dapat dipercaya, maka ia mendapatkan ‘ilmul Yaqin. Barangsiapa
yang melihatnya namun ia belum pernah memasukinya, maka ia mendapatkan ‘ilmu
‘Ainul Yaqin. Dan barangsiapa yang memasukinya dan tau tempat-tempat serta
lorong-lorongnya, maka ia benar-benar mendapatkan ‘ilmu haqqul yaqin. Demikian
pula dengan wujud-Nya Allah Al Haqq Ta’ala, barangsiapa yang meyakini wujud-Nya
Allah Ta’ala dari segi tanda bukti, maka ia mendapatkan ‘ilmul Yaqin.
Barangsiapa yang menyingkap alam semesta dan menyaksikan rahasia-rahasia
dibalik itu, namun ia tidak dapat menyaksikan rahasia-rahasia itu terus
menerus, maka ia mendapatkan ‘Ainul Yaqin. Dan barangsiapa yang mampu
menyaksikannya dan memastikan ma’rifatnya, maaka ia mendapatkan Haqqul Yaqin.
Pnt).
قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ “Allah
berfirman “Belum yakinkah kamu?””, Bahwa Aku
adalah Dzat yang Maha kuasa untuk menghidupkan dengan mengembalikan susunan
makhluk lalu hidup?
قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي “Ibrahim
menjawab; ‘Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku)’”, Ya, aku
meyakininya, namun aku bertanya agar aku dapat menambahkan pengatahuanku dan
hatiku menjadi damai dengan menggabungkan kenyataan pada wahyu dan dalil
pertanda.
قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ “Allah
berfirman; “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung”, Dikatakan, empat ekor itu ialah; burung merak, ayam jago, burung
gagak dan burung dara.
فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ “lalu
cincanglah semuanya olehmu”, Yaitu, condongkanlah
dan kumpulkanlah olehmu agar engkau mengetahui dan mengenal keadaan bentuknya
supaya tidak ada kesangsian bagimu setelah hidup.
ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ
جُزْءًا
“letakkanlah diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari
bagian-bagian itu”, Yaitu,
bagi-bagilah (potongan-potongan itu).
ثُمَّ ادْعُهُنَّ “kemudian
panggillah mereka”, Katakan
kepada mereka; Datanglah kemari dengan idzin Allah Ta’ala.
يَأْتِينَكَ سَعْيًا “niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera””, Terbang atau
berjalan.
وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ “Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Perkasa”, tidak ada
ketidakmampuan bagi Allah dari apa yang dikehendaki-Nya.
حَكِيمٌ “lagi Maha
Bijaksana”. Yang memiliki hikmah sempurna dalam setiap apapun yang dikerjakan
dan yang ditinggalkan.(Qadli Baidawi).
________________________________
“Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata; ‘Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’”. Al
Hasan berkata; Adapun sebab terjadinya pertanyaan ini dari Nabi Ibrahim adalah;
Suatu ketika ia berjalan melintasi binatang melata yang mati, Ibn Juraij
berkata; bangkai himar, ditepi pantai, dan ia melihatnya sedang dicabik-cabik
oleh binatang laut dan darat. Ketika laut pasang, ikan-ikan dan binatang laut
lainnya datang lalu memakannya, sedangkan daging yang berjatuhan masuk kedalam
air. Dan ketika surut, datanglah binatang buas dan memakannya, sedangkan daging
yang berjatuhan ketanah menjadi tanah. Lalu ketika binatang buas itu pergi
meninggalkannya, datanglah burung dan memakannya, sedangkan daging yang
berjatuhan, diterpa angin terbang diudara. Menyaksikan kejadian ini Nabi
Ibrahim kagum dengannya lalu berkata; Wahai Tuhanku, sungguh aku tau bahwa
Engkau dapat mengumpulkan bangkai dari perut-perut binatang buas,
kotoran-kotoran burung dan perut-perut binatang laut, maka perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkannya agar aku dapat menyaksikan dan
keyakinanku dapat bertambah. Lantas Allah Ta’ala menegurnya; “Allah
berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab; ‘Aku telah meyakinkannya”,
Wahai tuhanku, aku yakin dan percaya, “akan tetapi agar hatiku tetap mantap
(dengan imanku)”, yaitu, agar hatiku tenang dengan menyaksikan dan
memastikan. Ibrahim ‘alaihissalam bermaksud untuk menjadikannya sebagai ‘ilmu
‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin. Allah berfirman; “(Kalau demikian) ambillah
empat ekor burung”, Imam Mujahid berkata; Ibrahim ‘Alaihissalam mengambil
burung merak, ayam jago, burung dara dan gagak. Ada yang berkata; Mentok
berwarna hijau, gagak hitam, burung dara putih dan ayam jago merah. “lalu
cincanglah semuanya olehmu”, yaitu, potong-potonglah dan cincanglah. Ada
yang berkata; kumpulkanlah olehmu, “kemudian “letakkanlah diatas tiap-tiap
satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu”.
Para
ahli tafsir berkata; Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih
burung-burung tersebut, mencabuti bulu-bulunya, memotong-motong dan mencampur
bulu, darah dan daging antara satu burung dengan burung lainnya dan iapun
mengerjakannya. Lalu Allah Ta’ala memerintahnya untuk menjadikannya beberapa
bagian dan meletakkannya diatas bukit.
Para
‘ulama’ berbeda pendapat tentang jumlahnya bukit. Ibn ‘Abbas radliyallahu
‘anhuma berkata; Allah Ta’ala memerintahnya untuk menjadikan satu burung
menjadi empat bagian dan meletakkannya diatas empat bukit. Dikatakan; yaitu
bukit yang berada disebelah timur, bukit sebelah barat, bukit utara selatan dan
bukit sebelah selatan. Dan ada yang mengatakan; (satu burung) menjadi tujuh
bagian lalu meletakkannya diatas tujuh bukit dan memegang kepalanya kemudian
memanggilnya dengan kata; fata’alaina bidznillahi ta’ala (datanglah kemari
dengan idzin Allah Ta’ala), lantas tiap-tiap tetesan darah dari burung-burung
itu segera terbang kearah tetesan yang lain, tiap-tiap bulu terbang kearah bulu
yang lain, tiap-tiap tulang terbang kearah tulang yang lain dan tiap-tiap
potongan daging terbang kearah potongan yang lain, sementara Nabi Ibrahin
‘alaihishshalatu wassalam menyaksikannya hingga masing-masing bagian tubuh
bertemu dengan bagian tubuh yang lain diudara dengan tanpa kepala. Kemudian
tubuh-tubuh itu menghadap kepalanya masing-masing berjalan dengan segera, dan
ketika datang satu burung, maka terbanglah satu kepala, lalu apabila kepala itu
menemukan tubuhnya, ia terus mendekatinya, namun apabila tidak menemukannya,
maka kepala itu akan mundur hingga tiap-tiap burung menemukan kepalanya
masing-masing, itulah ma’na firman Allah Ta’ala; “kemudian panggillah
mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”.
Dikatakan;
Yang dimaksud “dengan segera” ialah datang dengan segera dan berlari. Dan
dikatakan, maksudnya ialah; Bersegera sebagaimana firman Allah Ta’ala; “maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah”.(Qs. Al Jumu’ah 9).
Adapun
hikmahnya berjalan bukan terbang ialah; Datang dengan berjalan jauh dari
kerancuan, karena apabila terbang, akan menimbulkan dugaan burung yang lain,
padahal kaki burung-burung itu belum sehat. Ada pula yang mengatakan; yang
dimaksud “sa’yan” adalah terbang.(Tafsir Mu’alim).
Diriwayatkan
bahwa ketika Allah Ta’ala hendak menciptakan langit dan bumi, Allah Ta’ala
menciptakan permata berwarna hijau sebesar kelipatan langit dan bumi, lantas Allah
Ta’ala memandangnya dengan wibawa, maka permata itu menjadi air, kemudian Allah
Ta’ala memandangnya, lalu air itu mendidih dan mengeluarkan buih, asap dan uap,
ia gemetar karena takut kepada Allah Ta’ala, karena itulah air selalu bergerak
sampai hari kiamat.
Lalu
Allah Ta’ala menciptakan langit dari
asap dan menciptakan bumi dari buih tersebut, kemudian Allah Ta’ala mengutus
malaikat dari bawah ‘Arsy, lantas malaikat itu turun kebumi hingga masuk
kebawah bumi yang ketujuh dan meletakkan bumi diatas pundaknya, sedangkan salah
satu tangannya berada disebelah timur dan satunya lagi ada disebelah barat
dalam keadaan terbuka memegang tujuh bumi hingga bumi dapat ditahannya. Saat
itu kedua telapak kakinya belum ada tempat untuk berpijak, lantas Allah Ta’ala
menurunkan seekor sapi jantan dari sorga firdaus yang memiliki 70 ribu tanduk
dan 40 ribu kaki untuk dijadikan tempat berpijak telapak kaki malaikat diatas
punuknya, namun kedua telapak kakinya belum stabil, maka kemudian Allah Ta’ala
menurunkan yaqut hijau dari derajat yang paling tinggi disorga, tebalnya sejauh
perjalanan 500 tahun dan meletakkannya diantara punuk sapi tersebut sampai
keekornya, baru kedua telapak kakinya menjadi stabil. Sedangkan tanduk-tanduk
sapi itu berada disekitar bumi dan lobang hidungnya berada dilaut, dan setiap
harinya ia hanya bernafas sekali, maka ketika ia mengeluarkan nafas air laut
pasang dan ketika menarik nafas air laut surut. Saat itu tempat berpijak sapi tersebut
belum ada, lantas Allah Ta’ala menciptakan batu besar setebal tujuh langit dan
tujuh bumi, lalu berpijaklah sapi itu diatasnya. Kini tinggal batu itu yang
belum memiliki tempat, maka Allah Ta’ala menciptakan Nun yaitu ikan besar yang
bernama Nun, julukannya YAHMUT lalu meletakkan
batu itu diatas punggung ikan Nun, dan bagian tubuh lainnya kosong,
sedangkan ikan NUN berada dilaut, laut diatas angin dan angin diatas shifat
Qudrat.
Ka’b
bin Akhbar berkata; Iblis menggoda ikan Nun yang diatas punggungnya terdapat
bumi serta isinya, pepohonan, binatang melata dan sebagainya. Iblis berkata;
Buang saja beban dipunggungmu itu semuanya. Ka’b melanjutkan; Kemudian Nun
bermaksud untuk membuangnya, namun Allah Ta’ala mengutus binatang melata masuk
melalui hidungnya sampai ke otaknya, maka ikan Nun memjerit kapada Allah Ta’ala
karenanya, lalu Allah Ta’ala menyuruhnya keluar dan keluarlah binatang itu.
Ka’b melanjutkan; Keduanya saling mengawasi, ikan Nun mengawasi binatang itu
dan binatang itu mengawasi ikan Nun, kemudian apabila ikan Nun bermaksud
membuangnya, maka binatang itu kembali masuk sebagaimana biasanya. Itulah ikan
yang Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam firman-Nya; “Demi (ikan) Nun, demi
kalam dan apa yang mereka tulis”.(Qa. Al Qalam 1). Maha benar Allah yang Maha
Agung.(Tafsir Tsa’labi rahimahullah Ta’ala).
Semua
ini adalah kekuasaan Allah Ta’ala yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.
• Hal
lain yang berkaitan dengan dunia dan akhirat •
Disebutkan
dalam sebuah khabar dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa
yang memiliki kedzaliman terhadap saudaranya, baik berupa kehormatan atau
harta, hendaklah ia meminta untuk dibebaskan atau dihalalkan, atau
menyelesaikannya sebelum diperkarakan pada saat tidak ada dinar dan dirham”.
●
HIKAYAT ●
Pada
zaman dahulu hiduplah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pemburu ikan.
Suatu ketika setelah ia brhasil menangkapnya, salah seorang prajurit raja
merampasnya dan memukulinya, lalu pemburu itu berdo’a; Ya Rabb, Engkau ciptakan
aku sebagai orang yang lemah dan Engkau ciptakan ia sebagai orang yang kuat
dehingga ia mendzalimiku, kuasakanlah atasnya satu makhluk ciptaan-Mu,
jadikanlah ia sebagai pelajaran bagi kaum muslimin. Begitu sampai dirumahnya, prajurit
itu langsung membakar ikan tersebut. Setelah diletakkan diatas meja makan dan
ketika ia hendak mengambilnya, ikan tersebut menggigitnya dengan idzin Allah
Ta’ala, sejak itulah tangannya mulai membusuk dan ia tidak mampu menahan hingga
memotong tangannya, lalu merembet kepergelangan tangannya, iapun memotong
pergelangan tangannya. Kemudian ia tidur, didalam tidurnya ia bermimpi melihat
seseorang berkata kepadanya; Kembalikanlah kepada orang yang berhak hingga
engkau selamat dari penyakit ini. setelah terbangun ia mengerti maksud
perkataan dalam mimpinya itu, maka ia segera pergi menemui pemburu tersebut
lalu memberinya uang 10 ribu dirham dan meminta kehalalannya. Ketika si pemburu
telah menghalalkan, busuknya hilang dan tangannya kembali seperti sedia kala
dangan kekuasaan Allah Ta’ala.(Mukasyafatul Qulub).
Diriwayatkan
dari Abu Umamah Al Bahili radliyallahu Ta’ala ‘anhu ia berkata; Apabila
seseorang talah mati dan diletakkan didalam kuburnya, maka datanglah satu
maliakat dan duduk disampingnya lalu menyiksanya dan memukulnya dengan godam
satu kali pukulan yang tidak menyisakan tubuhnya kecuali hancur berserakan
dalam kuburnya. Kemudian dikatakan kepadanya; Bangunlah dengan idzin Allah
Ta’ala, seketika ia berdiri tegak lalu menjerit dengan jeritan yang dapat
didengar oleh semua makhluk yang ada diantara langit dan bumi kecuali jin dan menusia kemudian berkata kepada
malaikat; Kenapa engkau melakukan ini dan kenapa engkau menyiksaku padahal aku
orang yang menegakkan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa dibulan Ramadlan?
malaikat menjawab; Aku menyiksamu karena pada suatu hari engkau berjalan dan
bertemu dengan orang yang didzalimi, sedangkan ia meminta tolong kepadamu namun
engkau enggan untuk menolongnya, dan suatu hari engkau mengerjakan shalat
sedangkan engkau tidak membersihkan kencingmu.
Karena
itulah sikatakan bahwa menolong orang yang didzalimi adalah wajib sebagaimana
diriwayatkan dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Barangsiapa yang melihat
orang yang didzalimi lalu meminta tolong kepadany namun ia tidak menolongnya,
maka akan dipukul dalam kuburnya sebanyak seratus kali dengan cambuk dari
neraka”. (Mukasyafatul Qulub).
Nabi
‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Barangsiapa yang berzina dengan wanita
muslim atau selainnya, merdeka atau budak, lalu mati sebelum bertaubat, maka
Allah Ta’ala akan membuka didalam kuburnya 300 pintu dari neraka, ia akan
disiksa sampai hari kiamat dan pada hari kiamat ia akan dimasukkan keneraka
bersama orang-orang yang berhak masuk neraka”.(Hayatul Qulub).
●
HIKAYAT ●
Dikisahkan
bahwa Hasan Al Bashri, Malik bin dinar dan Tsabit Al Bannany bersama-sama
datang melamar Rabi’ah Al ‘Adawiyah, lalu Hasan berkata; Wahai Rabi’ah,
pilihlah salah satu diantara kami, karena sesungguhnya minikah adalah sunnat
Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Rabi’ah berkata; Aku memiliki beberapa
pertanyaan, barangsiapa yang bisa menjawabnya aku akan menikahkan diriku
dengannya. Rabi’ah bertanya kepada Hasan; Apa komentarmu mengenai firman Allah
ta’ala; “Pada hari perjanjian, satu golongan akan berada didalam sorga dan Aku
tidak akan memerdulikannya, satu golongan lagi akan berada didalam neraka dan
Aku tidak akan merperdulikannya”. Termasuk golongan manakah aku? Hasan berkata;
Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Ketika Allah Ta’ala membentuk diriku dalam
perut ibuku. Apakah aku termasuk orang yang celaka ataukah orang yang
beruntung? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Apabila dikatakan
kepada salah seorang; “Janganlah engkau takut dan janganlah engkau bersedih”(Qs,
41; 30), dan kepada yang lainnya dikatakan; “tidak ada kabar gembira bagi
kalian”(Qs, 25; 22). Termasuk golongan manakah aku? Hasan berkata; Aku tidak
tau. Rabi’ah bertanya; Kubur adalah sebagian taman dari taman-taman sorga atau
jurang dari jurang-jurang neraka. Bagaimanakah keadaan kuburku? Hasan berkata;
Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang
putih berseri dan ada pula yang hitam muram.(Qa. 3; 106). Bagaimanakah keadaan
wajahku? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Apabila sang penyeru
berseru pada hari kiamat; Ingatlah, sesungguhnya fulan bin fulan benar-benar
beruntung dan fulan bin fulan benar-benar celaka. Termasuk golongan manakah
aku? Kemudian mereka semua menangis dan pergi dari sisinya.(Bahjatul Anwar).
●
HIKAYAT ●
Dan
dikisahkan bahwa setelah suami Rabi’ah Al ‘Adawiyah meninggal, Hasan Al Bashri
dan shahabatnya meminta ijin untuk berkunjung kerumahnya, Rabi’ah memberinya
ijin lalu memasang tirai dan duduk dibalik tirai. Hasan berkata kepadanya; Kini
suamimu telah meninggal, tidak ada pilihan bagimu selain bersuami. Rabi’ah
menjawab; Benar, namun siapa diantara kalian yang paling ‘alim hingga aku
menikahkan diriku dengannya? Mereka menjawab; Hasan Al Bashri. Rabi’ah berkata;
Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, aku akan menjadi milikmu. Hasan
berkata; Bertanyalah, jika Allah Ta’ala menolongku aku pasti menjawabnya.
Rabi’ah bertanya; Apa pendapatmu bila aku mati dan keluar dari dunia, apakah
aku tetap beriman atau tidak? Hasan berkata; ini masalah ghaib dan tidak ada
yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala. Rabi’ah bertanya; Apa pendapatmu bila
aku diletakkan dalam kubur dan malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadaku,
apakah aku bisa menjawabnya atau tidak? Hasan berkata; ini masalah ghaib dan
tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala. Rabi’ah bertanya; Ketika
manusia dikumpulkan kelak pada hari kiamat dan buku catatan ‘amal diberikan,
apakah aku menerimanya dengan tangan kananku ataukah dengan tangan kiriku?
Hasan berkata; ini juga masalah ghaib. Rabi’ah bertanya; ketika manusia
dipanggil, satu golongan ada yang dimasukkan dalam sorga dan satu golongan lagi
ada yang dimasukkan dalam neraka, termasuk golongan yang manakah aku? Hasan
berkata; ini juga masalah ghaib. Rabi’ah berkata; Seseorang yang memprihatinkan
empat perkara ini mana mungkin ia sempat memikirkan pernikahan? Kemudian
Rabi’ah berkata; Wahai Hasan, beritahukan kepadaku, berapa bagiankah Allah
Ta’ala menciptakan ‘akal? Hasan menjawab; Sepuluh bagian, sembilan bagian bagi
laki-laki dan satu bagian bagi perempuan. Rabi’ah berkata; Wahai Hasan, berapa
bagiankah Allah Ta’ala menciptakan syahwat? Hasan menjawab; sepuluh bagian, sembilan
bagian bagi perempuan dan satu bagian bagi laki-laki. Kemudian Rabi’ah berkata;
Wahai Hasan, aku saja mampu menjaga sembilan bagian syahwat hanya dengan satu
bagian ‘akal, masak kamu tidak mampu menjaga satu bagian syahwat dengan
Sembilan bagian ‘akal? Lantas Hasan Al Bashri menangis dan pergi dari
sisinya.(Misykatul Anwar).
(menurut
riwayat yang masyhur Rabi’ah Al ‘Adawiyah tidak pernah bersuami. Pnt).
Moga barokah...
BalasHapus