KETENANGAN HATI DENGAN MENYAKSIKAN KEKUASAAN ALLAH TA'ALA KITAB DURRATUN NASHIHIN MAJLIS 05

KETENANGAN HATI DENGAN MENYAKSIKAN KEKUASAAN ALLAH TA'ALA


DURRATUN NASHIHIN
MAJLIS 05

Surat Al Baqarah 260
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (سورة البقرة ٢٦٠)
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata; ‘Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’. Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab; ‘Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)’, Allah berfirman; “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu, letakkanlah diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. Al Baqarah 260).

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata; ‘Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’”, Ibrahim ‘alaihissalam bertanya tentang hal itu agar ‘ilmunya menjadi nyata. (bukan hanya berupa ‘ilmul Yaqin tapi ‘Ainul Yaqin bahkan Haqqul Yaqin. ‘Ilmul Yaqin yaitu ‘ilmu yang didapat hanya dari segi tanda bukti. ‘Ainul Yaqin yaitu ‘ilmu yang didapat dengan menyingkap dan menyaksikan. Dan Haqqul Yaqin yaitu ‘ilmu yang didapat dengan menyaksikan dan memastikan. Demikian itu seperti adanya Makkah misalnya, barangsiapa yang belum pernah melihatnya, dan ia hanya mengetahuinya dari kabar berita yang dapat dipercaya, maka ia mendapatkan ‘ilmul Yaqin. Barangsiapa yang melihatnya namun ia belum pernah memasukinya, maka ia mendapatkan ‘ilmu ‘Ainul Yaqin. Dan barangsiapa yang memasukinya dan tau tempat-tempat serta lorong-lorongnya, maka ia benar-benar mendapatkan ‘ilmu haqqul yaqin. Demikian pula dengan wujud-Nya Allah Al Haqq Ta’ala, barangsiapa yang meyakini wujud-Nya Allah Ta’ala dari segi tanda bukti, maka ia mendapatkan ‘ilmul Yaqin. Barangsiapa yang menyingkap alam semesta dan menyaksikan rahasia-rahasia dibalik itu, namun ia tidak dapat menyaksikan rahasia-rahasia itu terus menerus, maka ia mendapatkan ‘Ainul Yaqin. Dan barangsiapa yang mampu menyaksikannya dan memastikan ma’rifatnya, maaka ia mendapatkan Haqqul Yaqin. Pnt).

قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ “Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?””, Bahwa Aku adalah Dzat yang Maha kuasa untuk menghidupkan dengan mengembalikan susunan makhluk lalu hidup?

قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي “Ibrahim menjawab; ‘Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)’”, Ya, aku meyakininya, namun aku bertanya agar aku dapat menambahkan pengatahuanku dan hatiku menjadi damai dengan menggabungkan kenyataan pada wahyu dan dalil pertanda.

قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ “Allah berfirman; “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung”, Dikatakan, empat ekor itu ialah; burung merak, ayam jago, burung gagak dan burung dara.


فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ “lalu cincanglah semuanya olehmu”, Yaitu, condongkanlah dan kumpulkanlah olehmu agar engkau mengetahui dan mengenal keadaan bentuknya supaya tidak ada kesangsian bagimu setelah hidup.

ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا “letakkanlah diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu”, Yaitu, bagi-bagilah (potongan-potongan itu).

ثُمَّ ادْعُهُنَّ “kemudian panggillah mereka”, Katakan kepada mereka; Datanglah kemari dengan idzin Allah Ta’ala.

يَأْتِينَكَ سَعْيًا “niscaya mereka datang kepadamu dengan segera””, Terbang atau berjalan.

وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ “Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa”, tidak ada ketidakmampuan bagi Allah dari apa yang dikehendaki-Nya.

حَكِيمٌ “lagi Maha Bijaksana”. Yang memiliki hikmah sempurna dalam setiap apapun yang dikerjakan dan yang ditinggalkan.(Qadli Baidawi).
________________________________

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata; ‘Wahai Tuhan-Ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati’”. Al Hasan berkata; Adapun sebab terjadinya pertanyaan ini dari Nabi Ibrahim adalah; Suatu ketika ia berjalan melintasi binatang melata yang mati, Ibn Juraij berkata; bangkai himar, ditepi pantai, dan ia melihatnya sedang dicabik-cabik oleh binatang laut dan darat. Ketika laut pasang, ikan-ikan dan binatang laut lainnya datang lalu memakannya, sedangkan daging yang berjatuhan masuk kedalam air. Dan ketika surut, datanglah binatang buas dan memakannya, sedangkan daging yang berjatuhan ketanah menjadi tanah. Lalu ketika binatang buas itu pergi meninggalkannya, datanglah burung dan memakannya, sedangkan daging yang berjatuhan, diterpa angin terbang diudara. Menyaksikan kejadian ini Nabi Ibrahim kagum dengannya lalu berkata; Wahai Tuhanku, sungguh aku tau bahwa Engkau dapat mengumpulkan bangkai dari perut-perut binatang buas, kotoran-kotoran burung dan perut-perut binatang laut, maka perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkannya agar aku dapat menyaksikan dan keyakinanku dapat bertambah. Lantas Allah Ta’ala menegurnya; “Allah berfirman “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab; ‘Aku telah meyakinkannya”, Wahai tuhanku, aku yakin dan percaya, “akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”, yaitu, agar hatiku tenang dengan menyaksikan dan memastikan. Ibrahim ‘alaihissalam bermaksud untuk menjadikannya sebagai ‘ilmu ‘Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin. Allah berfirman; “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung”, Imam Mujahid berkata; Ibrahim ‘Alaihissalam mengambil burung merak, ayam jago, burung dara dan gagak. Ada yang berkata; Mentok berwarna hijau, gagak hitam, burung dara putih dan ayam jago merah. “lalu cincanglah semuanya olehmu”, yaitu, potong-potonglah dan cincanglah. Ada yang berkata; kumpulkanlah olehmu, “kemudian “letakkanlah diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu”.
Para ahli tafsir berkata; Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih burung-burung tersebut, mencabuti bulu-bulunya, memotong-motong dan mencampur bulu, darah dan daging antara satu burung dengan burung lainnya dan iapun mengerjakannya. Lalu Allah Ta’ala memerintahnya untuk menjadikannya beberapa bagian dan meletakkannya diatas bukit.
Para ‘ulama’ berbeda pendapat tentang jumlahnya bukit. Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma berkata; Allah Ta’ala memerintahnya untuk menjadikan satu burung menjadi empat bagian dan meletakkannya diatas empat bukit. Dikatakan; yaitu bukit yang berada disebelah timur, bukit sebelah barat, bukit utara selatan dan bukit sebelah selatan. Dan ada yang mengatakan; (satu burung) menjadi tujuh bagian lalu meletakkannya diatas tujuh bukit dan memegang kepalanya kemudian memanggilnya dengan kata; fata’alaina bidznillahi ta’ala (datanglah kemari dengan idzin Allah Ta’ala), lantas tiap-tiap tetesan darah dari burung-burung itu segera terbang kearah tetesan yang lain, tiap-tiap bulu terbang kearah bulu yang lain, tiap-tiap tulang terbang kearah tulang yang lain dan tiap-tiap potongan daging terbang kearah potongan yang lain, sementara Nabi Ibrahin ‘alaihishshalatu wassalam menyaksikannya hingga masing-masing bagian tubuh bertemu dengan bagian tubuh yang lain diudara dengan tanpa kepala. Kemudian tubuh-tubuh itu menghadap kepalanya masing-masing berjalan dengan segera, dan ketika datang satu burung, maka terbanglah satu kepala, lalu apabila kepala itu menemukan tubuhnya, ia terus mendekatinya, namun apabila tidak menemukannya, maka kepala itu akan mundur hingga tiap-tiap burung menemukan kepalanya masing-masing, itulah ma’na firman Allah Ta’ala; “kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”.

Dikatakan; Yang dimaksud “dengan segera” ialah datang dengan segera dan berlari. Dan dikatakan, maksudnya ialah; Bersegera sebagaimana firman Allah Ta’ala; “maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah”.(Qs. Al Jumu’ah 9).

Adapun hikmahnya berjalan bukan terbang ialah; Datang dengan berjalan jauh dari kerancuan, karena apabila terbang, akan menimbulkan dugaan burung yang lain, padahal kaki burung-burung itu belum sehat. Ada pula yang mengatakan; yang dimaksud “sa’yan” adalah terbang.(Tafsir Mu’alim).

Diriwayatkan bahwa ketika Allah Ta’ala hendak menciptakan langit dan bumi, Allah Ta’ala menciptakan permata berwarna hijau sebesar kelipatan langit dan bumi, lantas Allah Ta’ala memandangnya dengan wibawa, maka permata itu menjadi air, kemudian Allah Ta’ala memandangnya, lalu air itu mendidih dan mengeluarkan buih, asap dan uap, ia gemetar karena takut kepada Allah Ta’ala, karena itulah air selalu bergerak sampai hari kiamat.
Lalu  Allah Ta’ala menciptakan langit dari asap dan menciptakan bumi dari buih tersebut, kemudian Allah Ta’ala mengutus malaikat dari bawah ‘Arsy, lantas malaikat itu turun kebumi hingga masuk kebawah bumi yang ketujuh dan meletakkan bumi diatas pundaknya, sedangkan salah satu tangannya berada disebelah timur dan satunya lagi ada disebelah barat dalam keadaan terbuka memegang tujuh bumi hingga bumi dapat ditahannya. Saat itu kedua telapak kakinya belum ada tempat untuk berpijak, lantas Allah Ta’ala menurunkan seekor sapi jantan dari sorga firdaus yang memiliki 70 ribu tanduk dan 40 ribu kaki untuk dijadikan tempat berpijak telapak kaki malaikat diatas punuknya, namun kedua telapak kakinya belum stabil, maka kemudian Allah Ta’ala menurunkan yaqut hijau dari derajat yang paling tinggi disorga, tebalnya sejauh perjalanan 500 tahun dan meletakkannya diantara punuk sapi tersebut sampai keekornya, baru kedua telapak kakinya menjadi stabil. Sedangkan tanduk-tanduk sapi itu berada disekitar bumi dan lobang hidungnya berada dilaut, dan setiap harinya ia hanya bernafas sekali, maka ketika ia mengeluarkan nafas air laut pasang dan ketika menarik nafas air laut surut. Saat itu tempat berpijak sapi tersebut belum ada, lantas Allah Ta’ala menciptakan batu besar setebal tujuh langit dan tujuh bumi, lalu berpijaklah sapi itu diatasnya. Kini tinggal batu itu yang belum memiliki tempat, maka Allah Ta’ala menciptakan Nun yaitu ikan besar yang bernama Nun, julukannya YAHMUT lalu meletakkan  batu itu diatas punggung ikan Nun, dan bagian tubuh lainnya kosong, sedangkan ikan NUN berada dilaut, laut diatas angin dan angin diatas shifat Qudrat.

Ka’b bin Akhbar berkata; Iblis menggoda ikan Nun yang diatas punggungnya terdapat bumi serta isinya, pepohonan, binatang melata dan sebagainya. Iblis berkata; Buang saja beban dipunggungmu itu semuanya. Ka’b melanjutkan; Kemudian Nun bermaksud untuk membuangnya, namun Allah Ta’ala mengutus binatang melata masuk melalui hidungnya sampai ke otaknya, maka ikan Nun memjerit kapada Allah Ta’ala karenanya, lalu Allah Ta’ala menyuruhnya keluar dan keluarlah binatang itu. Ka’b melanjutkan; Keduanya saling mengawasi, ikan Nun mengawasi binatang itu dan binatang itu mengawasi ikan Nun, kemudian apabila ikan Nun bermaksud membuangnya, maka binatang itu kembali masuk sebagaimana biasanya. Itulah ikan yang Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam firman-Nya; “Demi (ikan) Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”.(Qa. Al Qalam 1). Maha benar Allah yang Maha Agung.(Tafsir Tsa’labi rahimahullah Ta’ala).
Semua ini adalah kekuasaan Allah Ta’ala yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.

• Hal lain yang berkaitan dengan dunia dan akhirat •
Disebutkan dalam sebuah khabar dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam beliau bersabda; “Barangsiapa yang memiliki kedzaliman terhadap saudaranya, baik berupa kehormatan atau harta, hendaklah ia meminta untuk dibebaskan atau dihalalkan, atau menyelesaikannya sebelum diperkarakan pada saat tidak ada dinar dan dirham”.


● HIKAYAT ●
Pada zaman dahulu hiduplah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pemburu ikan. Suatu ketika setelah ia brhasil menangkapnya, salah seorang prajurit raja merampasnya dan memukulinya, lalu pemburu itu berdo’a; Ya Rabb, Engkau ciptakan aku sebagai orang yang lemah dan Engkau ciptakan ia sebagai orang yang kuat dehingga ia mendzalimiku, kuasakanlah atasnya satu makhluk ciptaan-Mu, jadikanlah ia sebagai pelajaran bagi kaum muslimin. Begitu sampai dirumahnya, prajurit itu langsung membakar ikan tersebut. Setelah diletakkan diatas meja makan dan ketika ia hendak mengambilnya, ikan tersebut menggigitnya dengan idzin Allah Ta’ala, sejak itulah tangannya mulai membusuk dan ia tidak mampu menahan hingga memotong tangannya, lalu merembet kepergelangan tangannya, iapun memotong pergelangan tangannya. Kemudian ia tidur, didalam tidurnya ia bermimpi melihat seseorang berkata kepadanya; Kembalikanlah kepada orang yang berhak hingga engkau selamat dari penyakit ini. setelah terbangun ia mengerti maksud perkataan dalam mimpinya itu, maka ia segera pergi menemui pemburu tersebut lalu memberinya uang 10 ribu dirham dan meminta kehalalannya. Ketika si pemburu telah menghalalkan, busuknya hilang dan tangannya kembali seperti sedia kala dangan kekuasaan Allah Ta’ala.(Mukasyafatul Qulub).

Diriwayatkan dari Abu Umamah Al Bahili radliyallahu Ta’ala ‘anhu ia berkata; Apabila seseorang talah mati dan diletakkan didalam kuburnya, maka datanglah satu maliakat dan duduk disampingnya lalu menyiksanya dan memukulnya dengan godam satu kali pukulan yang tidak menyisakan tubuhnya kecuali hancur berserakan dalam kuburnya. Kemudian dikatakan kepadanya; Bangunlah dengan idzin Allah Ta’ala, seketika ia berdiri tegak lalu menjerit dengan jeritan yang dapat didengar oleh semua makhluk yang ada diantara langit dan bumi kecuali  jin dan menusia kemudian berkata kepada malaikat; Kenapa engkau melakukan ini dan kenapa engkau menyiksaku padahal aku orang yang menegakkan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa dibulan Ramadlan? malaikat menjawab; Aku menyiksamu karena pada suatu hari engkau berjalan dan bertemu dengan orang yang didzalimi, sedangkan ia meminta tolong kepadamu namun engkau enggan untuk menolongnya, dan suatu hari engkau mengerjakan shalat sedangkan engkau tidak membersihkan kencingmu.
Karena itulah sikatakan bahwa menolong orang yang didzalimi adalah wajib sebagaimana diriwayatkan dari Nabi ‘alaihishshalatu wassalam; “Barangsiapa yang melihat orang yang didzalimi lalu meminta tolong kepadany namun ia tidak menolongnya, maka akan dipukul dalam kuburnya sebanyak seratus kali dengan cambuk dari neraka”. (Mukasyafatul Qulub).

Nabi ‘alaihishshalatu wassalam bersabda; “Barangsiapa yang berzina dengan wanita muslim atau selainnya, merdeka atau budak, lalu mati sebelum bertaubat, maka Allah Ta’ala akan membuka didalam kuburnya 300 pintu dari neraka, ia akan disiksa sampai hari kiamat dan pada hari kiamat ia akan dimasukkan keneraka bersama orang-orang yang berhak masuk neraka”.(Hayatul Qulub).


● HIKAYAT ●
Dikisahkan bahwa Hasan Al Bashri, Malik bin dinar dan Tsabit Al Bannany bersama-sama datang melamar Rabi’ah Al ‘Adawiyah, lalu Hasan berkata; Wahai Rabi’ah, pilihlah salah satu diantara kami, karena sesungguhnya minikah adalah sunnat Nabi ‘alaihishshalatu wassalam. Rabi’ah berkata; Aku memiliki beberapa pertanyaan, barangsiapa yang bisa menjawabnya aku akan menikahkan diriku dengannya. Rabi’ah bertanya kepada Hasan; Apa komentarmu mengenai firman Allah ta’ala; “Pada hari perjanjian, satu golongan akan berada didalam sorga dan Aku tidak akan memerdulikannya, satu golongan lagi akan berada didalam neraka dan Aku tidak akan merperdulikannya”. Termasuk golongan manakah aku? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Ketika Allah Ta’ala membentuk diriku dalam perut ibuku. Apakah aku termasuk orang yang celaka ataukah orang yang beruntung? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Apabila dikatakan kepada salah seorang; “Janganlah engkau takut dan janganlah engkau bersedih”(Qs, 41; 30), dan kepada yang lainnya dikatakan; “tidak ada kabar gembira bagi kalian”(Qs, 25; 22). Termasuk golongan manakah aku? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Kubur adalah sebagian taman dari taman-taman sorga atau jurang dari jurang-jurang neraka. Bagaimanakah keadaan kuburku? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang putih berseri dan ada pula yang hitam muram.(Qa. 3; 106). Bagaimanakah keadaan wajahku? Hasan berkata; Aku tidak tau. Rabi’ah bertanya; Apabila sang penyeru berseru pada hari kiamat; Ingatlah, sesungguhnya fulan bin fulan benar-benar beruntung dan fulan bin fulan benar-benar celaka. Termasuk golongan manakah aku? Kemudian mereka semua menangis dan pergi dari sisinya.(Bahjatul Anwar).


● HIKAYAT ●
Dan dikisahkan bahwa setelah suami Rabi’ah Al ‘Adawiyah meninggal, Hasan Al Bashri dan shahabatnya meminta ijin untuk berkunjung kerumahnya, Rabi’ah memberinya ijin lalu memasang tirai dan duduk dibalik tirai. Hasan berkata kepadanya; Kini suamimu telah meninggal, tidak ada pilihan bagimu selain bersuami. Rabi’ah menjawab; Benar, namun siapa diantara kalian yang paling ‘alim hingga aku menikahkan diriku dengannya? Mereka menjawab; Hasan Al Bashri. Rabi’ah berkata; Jika engkau dapat menjawab empat pertanyaanku, aku akan menjadi milikmu. Hasan berkata; Bertanyalah, jika Allah Ta’ala menolongku aku pasti menjawabnya. Rabi’ah bertanya; Apa pendapatmu bila aku mati dan keluar dari dunia, apakah aku tetap beriman atau tidak? Hasan berkata; ini masalah ghaib dan tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala. Rabi’ah bertanya; Apa pendapatmu bila aku diletakkan dalam kubur dan malaikat Munkar dan Nakir bertanya kepadaku, apakah aku bisa menjawabnya atau tidak? Hasan berkata; ini masalah ghaib dan tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta’ala. Rabi’ah bertanya; Ketika manusia dikumpulkan kelak pada hari kiamat dan buku catatan ‘amal diberikan, apakah aku menerimanya dengan tangan kananku ataukah dengan tangan kiriku? Hasan berkata; ini juga masalah ghaib. Rabi’ah bertanya; ketika manusia dipanggil, satu golongan ada yang dimasukkan dalam sorga dan satu golongan lagi ada yang dimasukkan dalam neraka, termasuk golongan yang manakah aku? Hasan berkata; ini juga masalah ghaib. Rabi’ah berkata; Seseorang yang memprihatinkan empat perkara ini mana mungkin ia sempat memikirkan pernikahan? Kemudian Rabi’ah berkata; Wahai Hasan, beritahukan kepadaku, berapa bagiankah Allah Ta’ala menciptakan ‘akal? Hasan menjawab; Sepuluh bagian, sembilan bagian bagi laki-laki dan satu bagian bagi perempuan. Rabi’ah berkata; Wahai Hasan, berapa bagiankah Allah Ta’ala menciptakan syahwat? Hasan menjawab; sepuluh bagian, sembilan bagian bagi perempuan dan satu bagian bagi laki-laki. Kemudian Rabi’ah berkata; Wahai Hasan, aku saja mampu menjaga sembilan bagian syahwat hanya dengan satu bagian ‘akal, masak kamu tidak mampu menjaga satu bagian syahwat dengan Sembilan bagian ‘akal? Lantas Hasan Al Bashri menangis dan pergi dari sisinya.(Misykatul Anwar).
(menurut riwayat yang masyhur Rabi’ah Al ‘Adawiyah tidak pernah bersuami. Pnt).

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4