Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 11

KUNCI SUKSES MENUNTUT ILMU
FASAL 11


فصل
فى الورع فى حالة التعلم

FASAL XI
Berlaku Wira’i Di Masa Belajar

روى بعضهم حديثا فى هذا الباب عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: من لم يتورع فى تعلمه ابتلاه الله تعالى بأحد ثلاثة أشياء: إما أن يميته فى شبابه، أو يوقعه فى الرساتيق، أو يبتليه بخدمة السلطان؛ فمهما كان طالب العلم أورع كان علمه أنفع، والتعلم له أيسر وفوائده أكثر.

Sebagian ‘ulama meriwayatkan sebuah hadist dalam masalah wira’i,  dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda; “Barangsiapa tidak berlaku wira’i di waktu belajarnya, maka Allah Ta’ala akan mengujinya dengan salah satu dari tiga perkara; Allah akan mematikannya dalam keadaan masih muda, atau menempatkannya di suatu perkampungan di antara orang-orang bodoh, atau menjadikannya sebagai pelayan penguasa”.
Namun bilamana para pelajar semakin berlaku wira’i, maka ilmunya akan bertambah manfa’at, belajarnya lebih mudah dan mendapatkan faidah yang sangat banyak.

ومن الورع أن يتحرز عن الشبع وكثرة النوم وكثرة الكلام فيما لا ينفع

Termasuk berlaku wira’i ialah menghindar dari makan hingga kenyang, banyak tidur dan banyak berbicara tentang hal-hal yang tak bermanfa’at.

وأن يتحرز عن أكل طعام السوق إن أمكن، لأن طعام السوق أقرب إلى النجاسة والخباثة، وأبعد عن ذكر الله تعالى وأقرب إلى الغفلة، ولأن أبصار الفقراء تقع عليه ولا يقدرون على الشراء منه، فيتأذون بذلك فتذهب بركته.

Dan para pelajar harus menghindar dari makan makanan pasar jika memungkinkan, karena makanan pasart lebih mendekati najis dan kotor, menjauhkan dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, lebih mendekati kepada kelalaian, dan karena pandangan orang-orang fakir tertuju padanya, tapi mereka tidak mampu membelinya, maka demikian itu dapat menyakiti hati mereka hingga akhirnya hilanglah keberkahannya.

وحكي أن الإمام الشيخ الجليل محمد بن الفضل كان فى حال تعلمه لايأكل من طعام السوق، وكان أبوه يسكن فى الرستاق ويهيئ طعامه ويدخل إليه يوم الجمعة، فرأى فى بيت ابنه خبز السوق يوما فلم يكلمه ساخطا على ابنه فاعتذر ابنه، فقال: ما اشتريته أنا ولم أرض به ولكن أحضره شريكى، فقال أبوه: لو كنت تحتاط وتتورع (عن مثله) لم يجترئ شريكك بذلك.
وهكذا كانوا يتورعون فلذلك وفقوا للعلم والنشر حتى بقى اسمهم إلى يوم القيامة.

Diceritakan bahwa Al-Imam Asy-Syaikh Al-Jalil Muhammad bin Fadl pada masa belajarnya, tidak pernah makan makanan pasar. Adapun ayahnya adalah orang yang tinggal di sebuah desa yang senantiasa menyiapkan makanan untuknya dan pergi menemuinya setiap hari Jum’at.
Pada suatu hari ayahnya melihat roti pasar dipemondokan putranya, maka ia tidak mahu bicara karena marah kepadanya. Lalu putranya mengemukakan alasan dan berkata; Aku tidak membeli roti ini, dan aku tidak suka dengannya, tapi temankulah yang membawanya kemari.
Lantas ayahnya berkata; Jika kamu berhati-hati dan berlaku wira’i, tentu temanmu tidak akan berani membawakanmu makanan pasar.
Demikianlah kehidupan ‘ulama’ tempo dulu yang senantiasa berlaku wira’i. oleh karena itu mereka di beri keluasan ilmu dan dapat mengajarkannya kepada para pelajar hingga nama mereka tetap di kenang sampai hari kiamat.

ووصى فقيه من زهاد الفقهاء طالب العلم أن تتحرز عن الغيبة وعن مجالسة المكثار، وقال: ان من يكثر الكلام يسرق عمرك ويضيع أوقاتك.

Seorang ahli fiqh dari kalangan ahli fiqh yang zuhud berwasiat kepada seorang pelajar agar menjaga diri dari menggunjing dan dari bermajlis (duduk bersama) dengan orang yang banyak bicara. Ahli fiqh itu berkata; Sesungguhnya orang yang banyak bicara akan mencuri waktumu dan membuang-buang waktumu dengan percuma.

ومن الورع أن يجتنب من أهل الفساد والمعاصى والتعطيل، فإن المجاورة مؤثرة لامحالة، وأن يجلس مستقبل القبلة ويكون مستنا بسنة النبى صلى الله عليه وسلم، ويغتنم دعوة أهل الخير، ويتحرز عن دعوة المظلومين.

Termasuk berlaku wira’i yaitu menjauh dari orang yang suka berbuat kerusakan, kema’shiyatan dan pengangguran. Karena pergaulan pasti membawa pengaruh.
Dan pelajar harus belajar dengan menghadap ke kiblat, serta menjalankan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berusaha mendapatkan do’a orang yang suka berbuat kebajikan dan menghindar dari do’a orang yang teraniaya.

وحكي أن رجلين خرجا فى طلب العلم للغربة وكانا شريكين فرجعا بعد سنين إلى بلدهما وقد فقه أحدهما ولم يفقه الآخر، فتأمل فقهاء البلاد وسألوا عن حالهما وتكرارهما وجلوسهما فأخبروا أن جلوس الذى تفقه فى حال التكرار كان مستقبل القبلة والمصرالذى حصل العلم فيه والآخر كان مستدبر القبلة ووجهه إلى غير المصر. فاتفق العلماء والفقهاء أن الفقيه فقه ببركة استقبال القبلة إذ هو السنة فى الجلوس إلا عند الضرورة، وببركة دعاء المسلمين فإن المصر لا يخلو عن العباد وأهل الخير، فالظاهر أن عابدا من العباد دعا له فى الليل.

Diceritakan bahwa ada dua orang laki-laki yang pergi mencari ilmu ke suatu tempat yang sangat jauh, dan mereka selalu bersama-sama dalam hal ilmu. Setelah bertahun-tahun lamanya mereka kembali kedaerahnya, dan ternyata yang satu alim fiqh dan yang satunya lagi tidak. Maka para ahli fiqh di daerah itu mencermati dan bertanya perihal keadaan mereka berdua, belajarnya dan duduknya. Lalu orang-orang yang berteman dengan mereka semasa menuntut ilmu memberi kabar; Bahwa duduknya orang yang alim fiqh itu ketika belajar senantiasa menghadap ke arah kiblat dan ke arah kota tempat menimba ilmu, sedangkan orang yang satunya ketika belajar membelakangi kiblat dan wajahnya tidak menghadap ke arah kota. Akhirnya para ‘ulama’ dan ahli fiqh sepakat bahwa orang tersebut menjadi alim fiqh berkat barakahnya menghadap kiblat, karena menghadap kiblat adalah sunnat dalam setiap keadaan kecuali darurat, dan juga berkat do’a orang-orang muslim, karena kota tidak terlepas dari para ahli ‘ibadah dan ahli berbuat kebajikan yang tentunya salah seorang dari ahli ibadah itu ada yang mendo’akannya di waktu malam.

فينبغى لطالب العلم أن لا يتهاون بالآداب والسنن، فإن من تهاون بالآدب حرم السنن، ومن تهاون بالسنن حرم الفرائض، ومن تهاون بالفرائض حرم الآخرة.
وبعضهم قال هذا حديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم

Maka bagi para pelajar jangan sampai meremehkan adab dan setiap kesunnahan. Karena barangsiapa meremehkan adab akan terhalang dari menjalankan kesunnahan, dan barangsiapa meremehkan kesunnahan akan terhalang dari menjalankan kewajiban, dan barangsiapa meremehkan kewajiban akan terhalang dari kebahagiaan akhirat yang telah dijanjikan.
Sebagian ‘ulama’ berkata; Ini merupakan hadits dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

وينبغى أن يكثر الصلاة، ويصلى صلاة الخاشعين، فإن ذلك عون له على التحصيل والتعلم.

Para pelajar harus banyak mengerjakan shalat-shalat sunnat dengan khusu’, sebab hal itu akan menjadi penolong baginya untuk mendapatkan ilmu dan kemudahan dalam belajar.
dapat membantunya mencapai kesuksesan belajar.

وأنشدت للشيخ الجليل الزاهد الحجاج نجم الدين عمر بن محمد النسفى:

Aku pernah dibacakan sya’ir gubahan Asy-Syaikh Al-Jalil Az-Zahid Al-Hujjaj Najmuddin ‘Umar bin Muhammad An-Nasafi;

كُنْ لِلْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِى حَافِظًا # وَعَلَى الصَّلَاةِ مُوَاظِبًا وَمُحَافِظًا

Jadilah kamu orang yang menjaga segala perintah dan larangan Allah # menjaga shalat dan senantiasa mengerjakannya dengan tekun

وَاطْلُب عُلُوْمَ الشَّرْعِ وَاجْهَدْ وَاسْتَعِنْ # بِالطَّيِّبَاتِ تَصِرْ فَقِيْهًا حَافِظًا

Carilah olehmu ilmu-ilmu syara’, bersungguh-sungguhlah dan mintalah pertolongan # dengan beramal baik, maka kamu akan menjadi ahli Fiqih yang dapat menjaga

وَاسْئَلْ إِلَهَكَ حِفْظَ حِفْظِكَ رَاغِبًا # فِى فَضْلِهِ فَاللهُ خَيْرٌ حَافِظًا

Dan memohonlah kepada Tuhanmu untuk dapat menjaga hafalanmu, sangat berharap # terhadap anugerah-Nya, karena Allah adalah sebaik-baik Dzat Yang Menjaga

وقال:
Dan ‘Umar An-Nasafi membacakan bait sya’ir;

أَطِيْعُوْا وَجِدُّوْا وَلَا تَكْسَلُوْا # وَأَنْتُمْ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ

وَلَا تَهْجَعُوْا فَخِيَارُ الْوَرَى # قَلِيْلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ

Patuhlah, bersungguh-sungguhlah dan janganlah kamu bermalas-malasan # karena kepada Tuhanmulah kamu akan kembali

Dan jangan banyak tidur, karena orang-orang pilihan itu # sedikit tidurnya di malam hari

وينبغى أن يستصحب دفترا على كل حال ليطالعه.

Para pelajar harus selalu membawa buku setiap waktu untuk tela’ah.

وقيل: من لم يكن الدفتر فى كمه لم تثبت الحكمة فى قلبه.

Dikatakan; “Barangsiapa di dalam sakunya tidak ada buku, maka hikmah tidak akan melekat dalam hatinya.

وينبغى أن يكون فى الدفتر بياض ويستصحب المحبرة ليكتب ما سمع (من العلماء المهرة).
وقد ذكرنا حديث هلال بن يسار.

Dan para pelajar harus membawa kertas kosong dan pena untuk mencatat apa yang di dengar dari para ‘ulama’ yang piawai.
Sehubungan dengan masalah ini, di atas kami telah mengemukakan hadits riwayat Hilal bin Yasar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

الا لا تنال العلم الا بستة

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4