PENGHARGAAN BERNILAI TINGGI (Minahus Saniyyah) Bag. 15
WASHIYYAT KE 15;
(وَالْزَمْ الْحَيَاءَ)
أى الحياء
الشرعي . فإنه من الإمان،
“Hendaklah engkau senantiasa merasa malu”
Maksudnya
malu secara Syar’iy, karena hal itu merupakan bagian dari iman.
وقد قالوا : العبادة اثنان وسبعون بابا أحد
وسبعون فى الحياء من الله تعالى وواحد فى جميع أنواع البر،
‘Ulama’
salaf berkata; “’Ibadah memiliki 72 pintu, yang 71 pintu ada pada rasa malu
kepada Allah Ta’ala, dan yang satu pintu ada pada segala macam ‘amal
kebajikan”.
وفى الحديث : "استحيوا من الله تعالى حق
الحياء" . قالوا : إنا نستحي يا رسول الله والحمد لله . قال : "ليس ذلك،
ولكن من استحيا من الله تعالى فليحفظ الرأس وما وعى والبطن وما حوى وليذكر الموت
والبلى، ومن أراد الآخرة ترك زينة الحيات الدنيا فمن فعل ذلك فقد استحي من الله
تعالى حق الحياء".
Dalam
sebuah hadits disebutkan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; “Malulah
engkau kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar malu”. Mereka (Shahabat)
berkata; Wahai Rasulallah, sesungguhnya kami malu, alhamdulillah. Beliau
menjawab: “Bukan demikian, tetapi barangsiapa yang malu kepada Allah Ta’ala
dengan sebenar-benar malu, hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang
dikandungnya, menjaga perut dan apa yang ditampungnya, hendaklah ia mengingat
kematian dan kebinasaan, barangsiapa yang menginginkan akhirat, hendaklah ia
meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa yang melakukan itu semua, ia telah
malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar malu”.
وكان الفضيل رحمه الله يقول : خمس من علامات
الشقاء : القسوة فى القلب وجمود العين وقلة الحياء والرغبة فى الدنيا وطول الأمل .
Fudlail
bin ‘Iyad rahimahullahu Ta’ala berkata; “Tanda-tanda orang celaka ada lima;
Berhati keras (tidak mau menerima nasehat), bermata beku (tidak mau melihat
kebenaran), sedikit memiliki rasa malu, cinta kemewahan dunia dan panjang
angan-angan”.
وكان الثري رحمه الله يقول : إن الحياء
والأنس يطرقان القلب، فإن وجدا فيه الزهد والورع حطا وإلا رحلا، وعلامة المستحي
عدم وقوعه فى الذنب . قلت : لعل المراد بعدم الوقوع عدم الإصرار .
Syiakh
As-Tsary rahimahullahu Ta’ala berkata; “Sesungguhnya rasa malu dan bahagia senantiasa
mengetuk hati, lalu apabila keduanya menemukan zuhud dan wira’i, maka ia akan
tinggal didalamnya, jika tidak, maka ia akan pergi. Dan tanda-tanda orang yang
malu adalah ia tidak menjerumuskan dirinya ke dalam perbuatan dosa”. Aku
berkata; Mungkin yang dimaksud dengan tidak menjerumuskan diri ke dalam
perbuatan dosa ialah; Tidak terus-menerus berbuat dosa.
وقد سئل سيدى على المرصفى رحمه الله تعالى عن
معنى قولهم : لا يكون المريد مستقيما فى التوبة حتى لا يكتب عليه ملك الشمال ذنبا
عشرين سنة، هل المراد أنه لا يقع فى معصية أصلا أم المراد أنه لا يصر بل يتوب
ويستغفر على الفور؟
فقال : "المراد الثانى، لأن المريد
الصادق إذا وقع فى الذنب بادر إلى التوبة والإستغفار فانمحى عند ذلك الذنب على
الأثر فلا يجد الملك شيئا يكتبه لأنه يمكث أكثر من ساعة لعل العبد يتوب ويستغفر،
فإذا ندم العبد واستغفر ترك الملك كتابة الذنب" .
Tuanku
‘Aly Al-Murshifi rahimahullahu Ta’ala pernah ditanya tentang ma’na pernyataan
para ‘ulama’; “Seorang murid tidak akan lurus dalam bertaubat hingga malaikat
yang ada disebelah kirinya tidak mencatat suatu selama 20 tahun”, Apakah yang dimaksud adalah seorang murid yang sama sekali tidak
pernah terjerumus kedalam perbuatan ma’shiyat, atau apakah ia tidak terus-menerus
mengerjakan, tapi ia bertaubat dan beristighfar dengan segera?
Beliau
menjawab; “Yang dimaksud adalah yang kedua, karena murid yang
bersungguh-sungguh apabila terjerumus ke dalam suatu dosa, ia segera bertaubat
dan beristighfar hingga bekas dosanya terhapus, dan malaikat tidak menemukan
suatu apapun yang dapat dicatatnya, karena malaikat yang ditugaskan mencatat
dosa, diam (tidak langsung mencatatnya) lebih lama dari satu jam (menunggu)
barangkali hamba itu akan bertaubat dan memohon ampun, apabila seorang hamba merasa
menyesal dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala (diantara waktu tersebut), maka
malaikat meninggalkan untuk mencatat dosa tersebut”.
ثم لايخفى أن الملكين لا يكتبان إلا المعاصي
القولية والفعلية إذا تلفظ بها صاحبها أو قال : فعلت كذا وكذا لقوله تعالى فيهما :
"كراما كاتبين يعلمون ما تفعلون". والعلم غير الكتابة، فافهم .
Dan
tidak diragukan lagi bahwa kedua malaikat tersebut tidak akan mencatat kecuali
perbuatan ma’siyat yang berupa ucapan dan perbuatan apabila pelakunya
mengatakan kema’siyatan tersebut, atau berkata; Aku telah berbuat begini dan
begitu, berdasarkan firman Allah Ta’ala mengenai keduanya; “Seungguhnya bagi
kamu ada (malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang muliya (disisi Allah)
dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Al-Infithar 10-12). Mengetahui bukanlah mencatat. Fahamilah!.
(وَ) الزم أيضا يا أخي (الْأَدَبَ)
“Dan hendaklah engkau senantiasa berlaku sopan santun”
فقد قالوا : لا ينبغي للرجل أن يطلب العلم
والحديث حتى يعمل فى الأدب عشرين سنة،
‘Ulama’
salaf berkata; “Tidaklah dianjurkan bagi seseorang untuk mencari ‘ilmu dan
hadits hingga ia berlaku sopan santun adab selama 20 tahun”.
وقالوا : كاد الأدب أن يكون ثلثي الدين،
‘Ulama’
salaf berkata; “Adab sopan santun hampir mencapai 2/3 dari masalah agama”.
وقالوا : من ترخص فى الأدب رجع من حيث جاء،
‘Ulama’
salaf berkata; “Barangsiapa yang menyepelekan adab, hendaklah ia kembali
ketempat semula darimana ia datang”.
وقالوا : من لا أدب له فلا شريعة له ولا
إيمان ولا توحيد،
‘Ulama’
salaf berkata; “Barangsiapa tidak memiliki adab, maka baginya tidak ada
syari’at, tidak ada iman dan tidak ada tauhid”.
وقالوا : العبد يصل بعبادته إلى الجنة ولا
يصل إلى حضرة الله تعالى إلا بالأدب فى العبادة ومن لم يراع الأدب فى طاعته فهو
محجوب عن ربه تعالى،
‘Ulama’
salaf berkata; “Seorang hamba bisa sampai ke surga dengan ‘ibadahnya, namun ia
tidak akan bisa sampai ke hadirat Allah Ta’ala kecuali dengan beradab dalam
ber’ibadah, dan barangsiapa yang tidak menjaga adab dalam keta’atannya, maka ia
akan terhijab dari Allah Ta’ala”.
وقالوا : ترك الأدب موجب للطرد، فمن أساء
الأدب على البساط رد إلى الباب، ومن أساء الأدب على الباب رد إلى سياسة الدواب،
‘Ulama’
salaf berkata; “Meninggalkan adab dapat menyebabkan terlempar, maka barangsiapa
yang buruk adabnya saat menginjak permadani kerajaan, ia akan terlempar kepintu
gerbang, dan barangsiapa yang buruk adabnya saat berada dipintu gerbang, ia
akan terlempar ketempat pelatihan binatang”.
وقالوا : ما وصل أولياء الله تعالى إلى ما
وصلوا بكثرة الأعمال، وإنما وصلوا بالأدب وحسن الخلق, فاعلم ذلك يا أخي .
Komentar
Posting Komentar