RINGKASAN ILMU HADITS BAG.3
RINGKASAN ILMU HADITS
تقسيم الحديث
(١)
Pembagian Hadits (Bagian Pertama)
ينقسم الخبر باعتبار طرق نقله إلينا إلى
قسمين: متواتر وآحاد.
Hadits bila ditinjau dari segi jalur
periwayatannya yang
sampai kepada kita terbagi menjadi dua;
1. Mutawatir.
2. Ahad.
الأول –
المتواتر
Pertama; Hadits Mutawatir
١ – المنتواتر : هو الحديث الذى جمع أربعة شروط :الأول : أن يرويه جمع .
الثاني : أن تحيل العادة تواطؤهم على الكذب . الثالث : أن يكونوا رووه عن مثله من
الإبتداء إلى الإنتهاء . الرابع : أن يكون مستند إنتهائهم الحسن .
1.
Hadits
Mutawatir adalah; Hadits yang memenuhi empat
syarat , yaitu;
a)
Diriwayatkan
oleh segolongan orang dengan jumlah yang banyak.
b)
Menurut
kebiasaan mustahil mereka sepakat atas kedustaan.
c)
Mereka
meriwayatkannya melalui orang yang semisalnya mulai dari permulaan hingga
akhir.
d)
Musnad
terakhir mereka adalah perawi berpredikat hasan (baik).
ويفيد المتواتر العلم الضروري – العلم الذى
لا يمكن دفعه –
Hadits mutawatir dapat memberikan
faidah ‘ilmu yang bersifat dlaruri, yaitu ‘ilmu yang tidak mungkin ditolak akan
kebenarannya.
مثال النتوتر حديث “مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ”
Contoh hadits Mutawatir adalah
hadits yang mengatakan;
“Barang siapa yang dengan sengaja
berdusta atas namaku, hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya dari
api neraka”.
وينقسم المتواتر إلى قسمين: متواتر لفظاً
ومعنىً، ومتواتر معنىً فقط.
Hadits Mutawatir terbagi dua;
Ø
Mutawatir lafdzi dan ma’nawi.
Ø
Mutawatir secara ma’nawi.
فالمتواتر لفظاً ومعنى: ما اتفق الرواة فيه
على لفظه ومعناه. مثاله: قوله صلّى الله عليه وسلّم: "من كذب عليَّ
مُتعمداً فليتبوَّأ مقعدَه من النار".
Ø
Mutawatir lafdzi dan ma’nawi ialah;
Hadits yang diriwayatkan oleh para rawi, yang lafadz dan ma’nanya sama, seperti
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;
“مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ”
“Barang
siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku, hendaklah ia bersiap siap
menempati tempat duduknya dari api neraka”.
فقد رواه عن النبي صلّى الله عليه وسلّم أكثر
من ستين صحابيًّا، منهم العشرة المبشرون بالجنة (أبو
بكر وعمر وعثمان وعلي وطلحة والزبير وسعد وسعيد وعبد الرحمن بن عوف وأبو عبيدة بن
الجراح) ، ورواه عن هؤلاء خلق كثير.
Hadits ini telah di riwayatkan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam oleh lebih dari enam puluh orang shahabat, di
antaranya adalah sepuluh shahabat yang di jamin masuk surga (Abu Bakar, ‘Umar,
‘Utsman, ‘Aly, Thalhah, Zubair, Sa’d bin Abi Waqosh, Sa’id bin Zaid,
‘Aburrahman bin ‘Auf dan Abu ‘Ubaidah bin al Jarrah), dari merekalah kebanyakan para rawi
meriwayatkannya.
والمتواتر معنى: ما اتفق فيه الرواة على
معنىً كلي، وانفرد كل حديث بلفظه الخاص.
مثاله: أحاديث الشفاعة، والمسح على الخفين،
ولبعضهم : مما تواترَ حديثُ مَنْ كَذَبْ
Ø
Mutawatir ma’nawi ialah; Hadits
yang diriwayatkan oleh para perawi, yang ma’nanya sama secara keseluruhan, dan tiap-tiap hadits mempunyai lafadz
khusus yang berbeda-beda, seperti hadits-hadits tentang syafa’at, mengusap dua
Muzah dan hadits Mutawatir yang di riwayatkan oleh sebagian dari mereka yang berupa;
"مَنْ يَقُلْ عَلَيّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ"
Ada yang berupa;
“مَنْ تَقُوْلُ عَلَيّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ
مِنَ النَّارِ”
Dan ada yang berupa;
“مَنْ قَالَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ
النَّارِ”
الثانى :
الآحد
Kedua; Hadits Ahad
٢ – الآحاد : ما اختل فيه شرط من شروط المتواتر .
2.
Hadits Ahad, yaitu; Hadits yang di dalamnya terdapat cacat pada salah satu syarat
Mutawatir.
وهو يفيد العلم النظري إذا احتفت به القرائن
.
Hadits Ahad dapat memberikan faidah
‘ilmu yang bersifat nadzari (teori) apabila dibarengi dengan bukti yang
menunjukkan kepadanya.
وأقسامه ثلاثة : صحيح ، وحسن ، وضعيق .
Hadits Ahad terbagi menjadi tiga; Shahih, Hasan dan Dla’if.
١ – الحديث الصحيح : ما رواه عدل تام الضبط متصل السند غير معلل ولا شاذ .
1.
Hadits Shahih, yaitu; Hadits
yang diriwayatkan oleh orang yang adil, memiliki hafalan yang sempurna, Sanadnya
muttashil (berhubungan dengan yang lainnya), tidak Mu’allal (tercela) dan tidak
Syadz ( tidak ada keganjilan).
والعدل : هو عدل الرواية المسلم البالغ
العاقل التقي المجتنب كبائر الذنوب فيعم الذكر والأنثى والحر والرقيق .
l ‘Adil maksudnya; ‘Adil riwayatnya, seorang muslim yang telah aqil
baligh, bertaqwa dan menjauhi semua dosa dosa besar. Dengan demikian pengertian
‘adil disini mencakup laki-laki, wanita, orang merdeka dan hamba sahaya.
والضبط : هو الحفظ وهو نوعان : ضبط صدر وهو
أن يحفظ مروياته حفظا جيدا، وضبط كتاب وهو يحفظ أصله الذى قرأه على أساتذته من
التحريف .
l
Dlabth
maksudnya; Hafalan. Dlabth ada dua macam yaitu;
v
Dlabth
shadr, maksudnya; Orang tersebut hafal semua hadits yang diriwayatkannya di
luar kepala dengan baik.
v
Dlabth
kitab, maksudnya; Orang tersebut
memelihara dari perubahan pokok-pokok hadits yang di terima dari gurunya (walauoun
dengan bantuan kitab).
والمعلل : هو الحديث الذى دخلت فيه علة خفيفة
توجب التوقف فيه .
l Mu’allal maksudnya; Hadits yang dimasuki oleh suatu ‘illat (cacat)
yang tersembunyi hingga mengharuskannya dimauqufkan (diteliti lebih mendalam).
والشاذ هو الحديث الذى خالف فيه الثقة من هو
أوثق منه .
l Syadz maksudnya; Hadits orang yang tsiqah (yang dipercaya) berlawanan
dengan hadits orang yang lebih tsiqah darinya.
٢ – الحديث الحسن : ما رواه عدل خفيف الضبط وكان متصل السند غير معلل ولا شاذ، وإذا قوي الحسن بطريق أو
طريقين صار صحيحا لغيره.
2.
Hadits
Hasan yaitu; Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang ‘adil yang hafalannya
kurang sempurna tetapi sanadnya muttashil, tidak Mu’allal dan tidak Syadz.
Apabila
hadits Hasan ini kuat karena didukung oleh satu jalur atau dua jalur
periwayatan lainnya, maka kwalitasnya naik menjadi Shahih Lighairihi.
٣ – الحديث الضعيف : ما نزل عن درجة الحسن بمعنى أنه اختل فيه شرط من شروط
الحسن، وإذا قوي الضعيف بطريق آخرى أو أسانيد أخرى صار حسنا لغيره .
3.
Hadits
Dha’if yaitu; Hadits yang peringkatnya dibawah hadits Hasan dengan pengertian
karena didalamnya terdapat cacat pada salah satu syarat Hasan.
Apabila
hadits Dha’if menjadi kuat karena didukung oleh jalur periwayatan lainnya atau
sanad lainnya maka kwalitasnya naik menjadi Hasan Lighairihi.
والصحيح والحسن مقبولان، والضعيف مردود فلا
يحتج به إلا فى فضائل الأعمال : بشرط ألا يشتد ضعفه وأن يدخل تحت أصل شرعي وأن لا
يعتقد عند العمل به ثبوته بل يراد بالعمل به الإحتياط فى الدين.
Komentar
Posting Komentar