RINGKASAN ILMU HADITS BAG.5
RINGKASAN ILMU HADITS
تقسيم الحديث (٣)
Pembagian Hadits (Bagian ke Tiga)
وينقسم الحديث أيضا إلى قسمين : مقبول ومردود
:
Hadits (bila dilihat dari sisi kuat dan lemahnya terbagi menjadi
dua), yaitu; Maqbul dan Mardud.
١ – المقبول :
هو ما يحتج به هو ما وجدت فيه شروط الصحة أو الحسن
1)
Hadits Maqbul ialah; Hadits yang dapat dijadikan hujjah yang didalamnya ditemukan syarat-syarat
hadits shahih atau hadits hasan.
وهو أربعة أقسام : صحيح لذاته، وصحيح لغيره،
وحسن لذاته، وحسن لغسره .
Hadits Maqbul terbagi menjadi empat
yaitu; Shahih lidzatihi, Shahih lighairihi, Hasan lidzatihi dan Hasan
lighairihi.
أ – الصحيح لذاته: ما رواه عدل تام الضبط
بسند متصل السند غير معلل ولا شاذ ، وتفاوت رتبته بتفاوت هذه الأوصاف .
Ø
Hadits
Shahih Lidzatihi, yaitu; Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
sempurna hafalannya, muttashil sanadnya, tidak mu’allal dan tidak syadz. Hadits
Shahih lidzatihi peringkatnya berbeda beda menurut perbedaan shifat-shifat yang
telah disebutkan.
مثاله : قوله صلّى الله عليه وسلّم: "مَنْ
يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ". رواه البخاري ومسلم.
Contoh Hadits Shahih Lidzatihi,
seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Barangsiapa yang Allah
kehendaki menjadi baik, maka Allah akan memahamkannya dalam masalah agama”.(HR.
Bukhari dan Muslim).
ب – الصحيح لغيره : ما اشتمل من صفات القبول
السابقة على أدناها ، ولكن وجد ما يجبر القصور كأن ورد من طريق آخر أو طرق .
Ø
Hadits Shahih Lighairihi, yaitu; Hadits
yang mencakup sebagian dari shifat-shifat qabul yang telah
disebutkan diatas yang paling rendah namun dapat ditemukan hal hal yang dapat
menutupi kekurangannya, seperti adanya hadits yang sama yang diriwayatkan
melalui satu jalur atau jalur-jalur yang lain.
مثاله : حديث عبد الله بن عمرو بن العاص رضي
الله عنهما أن النبي صلّى الله عليه وسلّم أَمَرَهُ أَنْ يُجَهِّزَ جَيْشًا فَنَفِدَتْ
الْإِبِلُ، فقال النبي صلّى الله عليه وسلّم: "اِبْتَعْ عَلَيْنَا إِبِلاً بِقَلَائِصَ
مِنْ قَلَائِصِ الصَّدَقَةِ إِلَى مَحِلِّهَا"؛ فَكَانَ يَأْخُذُ الْبَعِيْرَ
بِالْبَعِيْرَيْنِ وَالثَّلَاثَةِ.
Contoh
hadits Shahih Lighairihi, seperti; Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash
radliyallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
kepadanya untuk mempersiapkan pasukan hingga untanya habis, lalu Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; Juallah kepadaku se ekor unta dengan
beberapa ekor unta muda dari unta zakat sesuai dengan hitungannya”, maka ia pun
mengambil se ekor unta jantan di tukar dengan dua ekor unta muda atau tiga ekor
unta betina.
فقد رواه أحمد من طريق محمد بن إسحاق، ورواه
البيهقي من طريق عمرو بن شعيب، وكل واحد من الطريقين بانفراده حسن، فبمجموعهما
يصير الحديث صحيحاً لغيره.
Imam Ahmad
telah meriwayatkan hadits ini dari jalur Muhammad bin Ishaq, al Baihaqi pun
meriwayatkan dari jalur ‘Amr bin Syu’aib. Satu persatu jalur dari dua jalur
tersebut, masing-masing dinamakan hadits Hasan, dan setelah keduanya di gabungkan,
ia menjadi hadits Shahih Lighairihi.
وإنما سمِّي صحيحاً لغيره، لأنه لو نظر إلى
كل طريق بانفراد لم يبلغ رتبة الصحة، فلما نظر إلى مجموعهما قوي حتى بلغها.
Ia di
namakan hadits Shahih Lighairihi karena apabila melihat pada setiap jalur,
masing-masing tidak mencapai derajat Shahih, namun ketika melihat pada gabungan
bagi keduanya ia menjadi kuat hingga mencapai derajat Shahih.
أ – الحسن لذاته: ما نقله عدل خفيف الضبط
متصل السند عن مثله غير معلل ولا شاذ .
Ø
Hasan
Lidzatihi, yaitu; Hadits yang dikutip oleh seseorang yang adil, sederhana
hafalannya (kurang sempurna), Sanadnya muttashil melalui orang yang semisal
dengannya, tidak Mu’allal dan tidak Syadz.
مثاله : قوله صلّى الله عليه وسلّم: " مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ
الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ ".
Contoh
hadits Hasan Lidzatihi yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Pembuka
shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari perkara diluar shalat) adalah
takbir dan yang menghalalkannya adalah salam”.
ب – الحسن لغيره : المتوقف فى قبوله ولكن وجد
فيه ما يرجح جانب القبول كأن يكون فى إسناده مستورا الحال أو سيئ الحفظ .
Ø
Hasan Lighairihi, yaitu; Hadits yang masih ditangguhkan penerimaannya, namun di dalamnya
ditemukan hal hal yang menguatkan dari segi penerimaannya, seperti hadits yang
didalam Isnadnya terdapat orang yang keadaannya masih belum diketahui atau
orang yang buruk hafalannya.
مثاله : حديث عمر بن الخطاب رضي الله عنه
قال: كان النبي صلّى الله عليه وسلّم إِذَا مَدَّ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ لَمْ يَرُدَّهُمَا
حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ – وأخرجه الترمذي، قال في "بلوغ
المرام": وله شواهد منها حديث ابن عباس رضي الله عنهما عند أبي داود وغيره، ومجموعها
يقضي بأنه حديث حسن.
Contoh
hadits Hasan Lighairihi yaitu hadits ‘Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh ia
berkata; “Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengangkat kedua
tangannya di saat berdo’a, beliau tidak akan menurunkannya hingga mengusap mukanya
dengan keduanya”.
Hadits ini
dikeluarkan oleh at Tirmidzi, ia berkata; Hadits ini memiliki beberapa hadits
pendukung, diantaranya adalah hadits Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhuma menurut
Abu Dawud dan lainnya, dan gabungannya menetapkan bahwa ia adalah hadits Hasan.
وينقسم الحديث المقبول أيضا إلى محكم ،
ومختلف الحديث ، وناسخ ، وراجح .
Hadits Maqbul juga terbagi menjadi; Muhkam.
Mukhtalaf, Nasikh dan Rajih.
المحكم : الحديث الذى لا معارض له.
a)
Muhkam,
yaitu; Hadits yang tidak ada hadits lain yang bertentangan dengannya.
المحتلف : الحديث الذى له معارض وأمكن الحمع
بينهما.
b)
Mukhtalaf,
yaitu; Haidts yang didapatkan ada hadits lain yang bertentangan dengannya
tetapi masih dapat digabungkan diantara keduanya.
الناسخ : الحديث المتأخر زمنا المعارض لمثله.
c)
Nasikh,
yaitu; Hadits yang anati lebih akhir yang isinya menentang hadits yang semisalnya.
الراجح : الحديث المقبول المعارض لمثله
المقدم عليه، لموجب يقتضي ذلك ولم يمكن الحمع بينهما ومقابله المرجوح.
d)
Rajih,
yaitu; Hadits Maqbul (yang dapat diterima) yang kandungannya menentang hadits semisalnya
yang anati lebih dahulu, karena adanya keharusan yang menghendaki demikian dan
tidak mungkin menggabungkan antara keduanya. Lawan dari Rajih ialah Marjuh.
وأما المردود : فهو الذى لم تتوقف فيه شروط
الصحة ولا شروط الحسن فهو لا يحتج به ،
2)
Hadits
Mardud, ialah; Hadits yang didalamnya tidak mrmrenuhi syarat-syarat shahih dan
hasan. Hadits Mardud tidak dapat dijadikan hujjah.
وهو قسمان : مردود بسبب السقط من الإسناد،
ومردود بسبب الطعن فى الرواة.
Hadits Mardud terbagi menjadi dua
bagian yaitu; Mardud (tertolak) sebab gugur dari Isnadnya, dan Mardud sebab
adanya cacat.
فالمردود بسبب السقط خمسة أقسام :
l
Hadits yang tertolak sebab gugur
dari Isnadnya terbagi menjadi lima bagian, yaitu;
المعلق : ما سقط منه من أول السند واحد، ومنه
ما حذف جميع السند.
v
Mu’allaq, yaitu; Hadits yang salah seorang perawinya gugur dari awal Sanadnya, dan termasuk
hadits Mu’allaq yaitu hadits yang semua Sanadnya terbuang
المرسل : ما رفعه التابعي إلى النبي صلى الله
عليه وسلم.
v
Mursal, yaitu; Hadits yang dinisbatkan oleh seorang tabi’in kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam.
المعضل : ما سقط منه إثنان على التوالي.
v
Mu’dlal, yaitu; Hadits yang dua
orang perawinya gugur dari (rangkaian Sanad) nya secara berturut-turut.
المنقطع : ما سقط منه واحد أو إثنان من غير
توالي.
v Mungqati’,
yaitu; Hadits yang satu orang atau dua orang perawinya gugur dari (rangkaian
Sanad) nya secara tidak berurutan.
المدلس : ما كان السقط فيه خفيفا ووردت
الرواية فيه بصيغة عن وذلك بأن يسقط شيخه وينقل عمن فوقه بعبارة توهم السماع ويسمى
مدلس الإسناد، وتارة لا يسقط شيخه ولكن يصفه بوصف لا يعرف به وهو مداس الشيوخ ،
وتارة يسقط ضعيفا بين ثقتين ويسمى مدلس التسوية.
v
Mudallas,
yaitu; Hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi, dan ungkapan
periwayatnya menggunakan istilah; ‘An (عَنْ = dari).
Gambarannya
seperti orang yang menggugurkan nama gurunya, lalu ia mengutip dari orang yang
lebih unggul (lebih tsiqah) diatas gurunya dengan memakai ungkapan yang dapat
mengecoh pendengar (sehingga anati pengertian kepada pendengar bahwa itu dikutipnya
secara langsung). Mudallas semacam ini dinamakan Mudallas Isnad.
Ada
pula yang tidak menggugurkan nama gurunya, tetapi gurunya itu digambarkan dengan
sifat yang tidak dikenal. Mudallas semacam ini dinamakan Mudallas Syuyukh.
Dan
ada pula yang menggugurkan seorang perawi yang dha’if di antara dua orang
perawi yang tsiqah. Mudallas semacam ini dinamakan Mudallas Taswiyyah.
والمردود : بسبب الطعن أربعة أنواع : موضوع،
ومتروك، ومنكر، ومعلل.
الموضوع : ما كذب فيه الراوي.
l Hadits Mardud (yang tertolak) sebab adanya cacat ada empat macam;
Maudlu’, Matruk, Munkar dan Mu’allal.
الموضوع : ما كذب فيه الراوي
Ø
Hadits Maudlu’ ialah; Hadits yang perawinya berdusta tentangnya (Hadits palsu).
ويعرف الوضع بأمور منها:
Kedustaan
(kepalsuan) tersebut dapat diketahui dengan adanya beberapa perkara yang di
antaranya ialah;
إقرار الواضع به.
v Pengakuan
orang yang membuat hadits maudhu’.
مخالفة الحديث للعقل، مثل: أن يتضمن جمعاً
بين النقيضين، أو إثبات وجود مستحيل، أو نفي وجود واجب ونحوه.
v Hadits
tersebut bertentangan dengan ‘akal, seperti mengandung dua hal yang saling
bertentangan secara bersamaan, atau menetapkan keberadaan hal yang mustahil
atau menghilangkan keberadaan hal yang wajib, dan semacamnya.
مخالفته للمعلوم بالضرورة من الدين، مثل: أن
يتضمن إسقاط ركن من أركان الإسلام، أو تحليل الربا ونحوه، أو تحديد وقت قيام
الساعة، أو جواز إرسال نبي بعد محمد صلّى الله عليه وسلّم، ونحو ذلك.
v Bertentangan
dengan pengetahuan agama yang sudah pasti, seperti menggugurkan rukun dari
rukun-rukun Islam, atau menghalalkan riba, atau menetapkan batasan waktu
terjadinya kiamat atau membolehkan adanya nabi setelah Nabi Muhammad, dan
semacamnya.
والوضاعون كثيرون ومن أكابرهم المشهورين:
إسحاق بن نجيح الملطي، ومأمون بن أحمد الهروي
ومحمد بن السائب الكلبي، والمغيرة بن سعيد الكوفي، ومقاتل بن سليمان، والواقدي بن
أبي يحيى.
Golongan pembuat hadits palsu sangat banyak, dan di antara tokoh
mereka yang masyhur ialah; Ishaq bin Najiih al Malathi, Ma’mun bin Ahmad al
Harawi, Muhammad bin as Sa_ib al Kalaby, Al Mughirah bin Sa’id al Kufy, Muqatil
bin Abi Sulaiman dan Al Waqidi bin Abi Yahya.
وهم أصناف فمنهم:
Mereka (pembuat hadits palsu) ada beberapa golongan yang di
antaranya;
أولاً – الزنادقة الذين يريدون إفساد عقيدة
المسلمين، وتشويه الإسلام، وتغيير أحكامه مثل: محمد بن سعيد المصلوب الذي قتله أبو
جعفر المنصور، وضع حديثاً عن أنس مرفوعاً: "أنا خاتم النبيين لا نبي بعدي إلا
أن يشاء الله".
i.
Az-Zanadiqah (kaum zindik), yaitu;
Golongan orang-orang yang bermaksud untuk merusak ‘aqidah kaum muslimin,
memberangus Islam dan merubah anat-hukum Islam. Seperti; Muhammad bin Sa’id al Mashlub
yang dibunuh oleh Abu Ja’far al Manshur, ia memalsukan hadits atas nama Anas
secara marfu’ yang berupa; ‘Aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi
setelah aku, kecuali jika Allah berkehendak’.
ومثل عبد الكريم بن أبي العوجاء الذي قتله
أحد الأمراء العباسيين في البصرة، وقال حين قدم للقتل: لقد وضعت فيكم أربعة آلاف
حديث، أحرم فيها الحلال، وأحلل فيها الحرام.
Dan seperti ‘Abdul Karim bin Abu al
‘Auja’ yang dibunuh oleh salah seorang ‘Amir dinasti Abbasiyah di Bashrah, dan
dia berkata ketika hendak dibunuh; ‘Aku telah palsukan kepadamu 4000 hadits,
aku mengharamkan perkara halal dan aku menghalalkan perkara haram di dalamnya.
وقد قيل: إن الزنادقة وضعوا على رسول الله
صلّى الله عليه وسلّم أربعة عشر ألف حديث.
Dan ada yang berkata bahwa kaum
zindik telah membuat hadits palsu terhadap Rasulullah sebanyak 14.000 hadits.
ثانياً – المتزلفون إلى الخلفاء والأمراء : مثل غياث بن إبراهيم دخل على المهدي، وهو يلعب
بالحمام فقيل له : حدث أمير المؤمنين!
فَسَاقَ سنداً وضع به حديثاً على النبي صلّى الله عليه وسلّم أنه قال: "لا
سبق إلا في خفٍّ أو نصل أو حافر أو جناح" فقال المهدي : أنا حملته على ذلك!
ثم ترك الحمام، وأمر بذبحها.
ii.
Al-Mutazallif (pencari
muka/penjilat) dihadapan para penguasa dan pemimpin, seperti; Ghiyats bin
Ibrahim yang pernah anati kepada al Mahdi yang sedang bermain burung dara, lalu
ia menceritakan kepadanya hadits Amirul Mu’minin sekaligus membawakan sanadnya,
ia memalsukan hadits terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya
beliau bersabda;
“Tidak ada perlombaan kecuali dalam hal pacuan unta atau menombak atau pacuan kuda atau (lomba) burung (dara)”. Maka al Mahdi berkata; Aku telah membebaninya berbuat demikian (membuatnya berdusta untuk mencari muka). Lantas ia (al Mahdi) meninggalkan burung dara tersebut dan menyuruh menyembelihnya.
“Tidak ada perlombaan kecuali dalam hal pacuan unta atau menombak atau pacuan kuda atau (lomba) burung (dara)”. Maka al Mahdi berkata; Aku telah membebaninya berbuat demikian (membuatnya berdusta untuk mencari muka). Lantas ia (al Mahdi) meninggalkan burung dara tersebut dan menyuruh menyembelihnya.
ثالثاً – المتزلفون إلى العامة بذكر الغرائب
ترغيباً، أو ترهيباً، أو التماساً لمال، أو جاه مثل: القصاص الذين يتكلمون في
المساجد والمجتمعات بما يثير الدهشة من غرائب.
iii.
Al-Mutazallif (mencari muka) dimuka
umum dengan menyebutkan cerita-cerita aneh untuk targhib (mencari simpati) atau
tarhib (mengancam) atau mencari harta atau kemuliaan, seperti para pencerita,
yaitu orang-orang yang berbicara dimasjid-masjid atau suatu perkumpulan dengan
cerita yang berupa keanehan-keanehan yang menimbulkan kekaguman.
رابعاً – المتحمسون للدين يضعون أحاديث في
فضائل الإسلام، وما يتصل فيه، وفي الزهد في الدنيا، ونحو ذلك. لقصد إقبال الناس
على الدين وزهدهم في الدنيا مثل: أبي عصمة نوح بن أبي مريم قاضي مرو، وضع حديثاً
في فضائل سور القرآن سورة سورة وقال: إني رأيت الناس أعرضوا عن القرآن، واشتغلوا
بفقه أبي حنيفة ومغازي ابن إسحاق فوضعت هذه الأحاديث حسبة.
iv.
Orang-orang yang anatic terhadap
agama. Mereka memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan-keutamaan Islam dan
apa saja yang berkaitan didalamnya, dan tentang zuhud terhadap dunia (prilaku meninggalkan
kesenangan duniawi dan memilih akhirat) dan semacamnya dengan tujuan agar manusia
peduli terhadap agama dan zuhud terhadap dunia. Seperti: Abu ‘Ashamah Nuh bin
Abi Maryam Qadhi Marwi, ia telah memalsukan hadits tentang keutamaan
surat-surat al quran, surat demi surat dan ia berkata; ‘Aku melihat manusia
berpaling dari al Qur’an dan sibuk dengan fiqh Abu Hanifah dan Maghazi bin
Ishaq, maka aku palsukan hadits-hadits ini karena mengharapkan mendapat pahala
dari Allah’.
خامساً – المتعصبون لمذهب، أو طريقة، أو بلد،
أو متبوع، أو قبيلة: يضعون أحاديث في فضائل ما تعصبوا له، والثناء عليه مثل: ميسرة
بن عبد ربه الذي أقر أنه وضع على النبي صلّى الله عليه وسلّم سبعين حديثاً في
فضائل علي بن أبي طالب رضي الله عنه.
v.
Orang-orang yang ta’ashshub (anatic)
terhadap madzhab atau jalan atau negeri atau (imam) yang diikuti atau suku,
mereka memalsukan hadits-hadits tentang keutamaan golongan yang mereka anatic
terhadapnya dan tentang pujian atasnya. Seperti Maisarah bin Abdu Rabah yang
mengaku telah membuat hadits palsu atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sebanyak 70 hadits tentang keutamaan Ali bin Abu Thalib radliyallahu ‘anh.
المتروك : ما كان الطعن فيه بسبب إتهام
الراوي بالكذب.
Ø
Hadits Matruk, yaitu; Hadits yang
di dalamnya terdapat cacat sebab perawinya tertuduh sebagai pendusta.
المنكر : ما كان الطعن فيه بسبب غفلة الراوي
أوفسقه .
Ø
Hadits Munkar, yaitu; Hadits yang
di dalamnya terdapat cacat sebab kelalaian atau kefasikan perawinya.
المعلل : ما كان الطعن فيه بسبب قادح خفي
وظاهره السلامة من ذلك ،
Ø
Hadits Mu’allal, yaitu;
Hadits yang
di dalamnya terdapat cacat sebab tercemarnya perawi
yang tersembunyi, tetapi lahiriahnya selamat dari pencemaran.
ومن الطعن ما يكون بسبب الإدراج ، وهو نوعان
: مدرج المتن ومدرج الإسناد.
Termasuk
hadits cacat yaitu; Hadits yang cacat disebabkan adanya tambahan (Mudraj). Jenis
ini ada dua macam; Mudraj Matan dan Mudraj Isnad.
مدرج المتن : الحديث الذى زيد فيه الراوي فى
أوله، أو وسطه أو آحره، وقد يكون لتفسير لفظ غريب كقوله : يَتَحَنَّثُ – يَتَعَبَّدُ
–
§ Mudraj Matan ialah; Hadits yang didalamnya terdapat penambahan
(lafadz) dari perawi, baik pada bagian awalnya, pertengahannya atau pada bagian
akhirnya. Terkadang penambahan tersebut karena untuk menafsirkan lafadz yang
asing seperti; يَتَحَنَّثُ – يَتَعَبَّدُ (yatahannatsu
yang berma’na; yata’abbadu = ber’ibadah).
مدرج الإسناد : ما زيد فيه فى الإسناد كجمع
أسانيد فى سند واحد بدزن بيان.
§
Mudraj
Isnad ialah; Hadits yang didalamnya terdapat penambahan Isnad, seperti
menghimpun beberapa Sanad (beberapa perawi) dalam satu Sanad tanpa penjelasan.
ومن الطعن : القلب أى حديث المقلوب : ما كان بسبب مخالفة
الراوي لغيره الأرجح منه بتقديم أو تأخير فى سند أو متن.
ð
Termasuk hadits cacat yaitu;
§
Qalb, ya’ni Hadits Maqlub
(terbalik), yaitu; Hadits yang cacat sebab adanya seorang perawi yang bertentangan
dengan perawi lain yang lebih unggul darinya karena mendahulukan atau
mengakhirkan Sanad atau Matan.
ومن الطعن : الإضطراب أى الحديث المضطرب : ما
خالف الراوي فيه من هو أرجح منه فى سند أو متن أو فى كليهما، ولا مرجح مع تعذر
الجمع بينهما.
ð
Termasuk hadits cacat yaitu;
§
Idlthirab,
ya’ni Hadits Mudltharib (simpang siur), yaitu; Hadits yang perawinya
bertentangan dengan perawi lain yang lebih unggul darinya dalam sanad, matan atau dalam kedua-duanya, dan tidak ada murajjih
(yang menentukan mana yang lebih kuat dari keduanya), serta tidak
mungkin mempertemukan di antara keduanya.
ومن الطعن التصحيف (الحديث المصحف) والتحريف
(الحديث المحرف):
فالمصحف : ما كان الطعن بسبب مخالفة الراوي
غيره الأرجح منه فى النقط، أما إن كان فى الشكل فهو المحرف.
ð
Termasuk hadits cacat yaitu;
§
Tashhif,
yaitu; Hadits Mushahhaf atau Tahrif (Hadits Muharraf).
Hadits
Mushahhaf yaitu; Hadits yang cacat disebabkan perawinya bertentangan dengan
perawi lain yang lebih unggul darinya dalam hal titik. Jika adanya pertentangan itu dalam hal harakat,
maka dinamakan Hadits Muharraf.
ومن الطعن : الجهالة : وهي الإبهام، والبدعة، والشدود،
والإختلاط.
ð
Termasuk hadits cacat yaitu karena;
Jahalah.
§
Jahalah, juga disebut; Ibham
Mubham, Bid’ah (Mubtadi’), Syudzudz (Syadz) dan Ikhtilath (Mukhtalith).
المبهم : ما كان فيه راو أو أكثر لم يسم.
§
Hadits Mubham, yaitu; Hadits Rawi
yang didalamnya terdapat seorang perawi atau lebih yang tidak
disebutkan namanya.
المبتدع : إن كانت بدعته مكفرة فلا يقبل
صاحبها، وإن كانت مفسقة وكان الراوي عدلا ولم يكن داعية لبدعته فيقبل حديثه.
§
Hadits
Mubtadi’; Jika bid’ahnya mengkafirkan, maka perawinya tidak dapat diterima,
namun jika bid’ahnya menimbulkan kefasikan dan perawinya orang yang ‘adil serta
tidak menyeru pada bid’ahnya, maka haditsnya dapat diterima.
الشاذ : ما خالف فيه الراوي الثقة من هو أوثق
منه ويقابله المحفوظ وهو حديث الراوي الأوثق الذى خولف بحديث من هو ثقة دونه.
§
Hadits
Syadz, yaitu; Hadits yang seorang perawinya yang tsiqah bertentangan dengan
perawi yang lebih tsiqah darinya. Lawan dari Hadits Syadz ialah Hadits Mahfudz,
yaitu; Hadits seorang perawi yang lebih tsiqah yang bertentangan dengan hadits
perawi yang ke tsiqahannya lebih rendah di bawahnya.
المختلط : ما طرأ فيه سوء الحفظ بسبب
الإختلاط فى العقل لهرم مثلا، وحكمه أن ما كان قبل الإختلاط يقبل وما كان بعده
فيرد فإن لم يتميز ما كان قبل الإختلاط وبعده رُد الجميع.
§
Hadits
Mukhtalath, yaitu; Hadits yang perawinya terserang penyakit buruk hafalan
disebabkan ‘akalnya kacau akibat pikun dan semisalnya.
Hukum hadits yang diriwayatkan sebelum ‘akalnya
terganggu dapat di terima, sedangkan hadits yang di riwayatkan setelah ‘akalnya
terganggu tidak dapat di terima (di tolak), dan apabila tidak dapat di bedakan antara
hadits yang di riwayatkan sebelum ‘akalnya terganggu dan yang setelahnya, maka
semuanya di tolak.
Komentar
Posting Komentar