USHFURIYAH 40 HADITS NABAWIY DAN HIKAYAT SHUFI HADITS KE 3



HADITS KE TIGA


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْظُرُ إِلَى وَجْهِ الشَّيْخِ صَبَاحًا وَمَسَاءً وَيَقُوْلُ يَا عَبْدِيْ قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ وَرَقَّ جِلْدُكَ وَدَقَّ عَظمُكَ وَاقْتَرَبَ أَجَلُكَ وَحَانَ قُدُوْمُكَ إِلَيَّ فَاسْتَحْيِ مِنِّيْ فَأَنَا أَسْتَحْيِ مِنْ شَيْبَتِكَ أَنْ أُعَذِّبَكَ فِى النَّارِ .

Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang wajah orang tua setiap pagi dan petang dan berfirman; Wahai hamba-Ku! Usiamu telah tua, kulitmu telah keriput, tulang-tulangmu telah rapuh dan masa kehadiranmu kehadapan-Ku telah dekat maka merasa malulah kepada-Ku, karena sesungguhnya Aku merasa malu lantaran usia tuamu untuk menyiksamu dalam neraka”.


HIKAYAT I
Dikisahkan bahwa suatu ketika sayyidina ‘Aliy radliyallahu ‘anhu pergi ke masjid dengan tergesa-gesa hendak melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah. Di tengah perjalanan dia berjumpa dengan seorang kakek yang berjalan di depannya dengan tenang dan lamban, namun dia tidak mendahuluinya karena memuliakan dan mengagungkan shifat tuanya, hingga masuk waktu terbitnya matahari. Ketika kakek itu telah sampai di depan pintu masjid, namun tidak masuk ke dalam masjid, sayyidina ‘Aliy baru mengerti bahwa kakek itu adalah orang nashrani. Lantas dia masuk ke dalam masjid, ternyata dia menemukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan ruku’ dan memanjangkan ruku’nya se ukuran dua kali ruku’ hingga dia dapat ruku’ bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setelah selesai shalat, sayyidina ‘Aliy radliyallahu ‘anhu bertanya; Wahai Rasulallah! Mengapa dalam shalat ini tuan memanjang ruku’, padahal tuan tidak pernah melakukan hal seperti in?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; Ketika aku ruku’ dan membaca “Subhaana Robbiyal ‘Adziimi” seperti biasanya, dan ketika aku hendak mengangkat kepalaku, tiba-tiba datanglah malaikat Jibril ‘alaihissalam dan meletakkan sayapnya di punggungku serta menahanku dalam waktu yang cukup lama. Setelah ia mengangkat sayapnya lalu aku mengangkat kepalaku. Para shahabat bertanya; Mengapa malaikat Jibril melakukan hal itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; Aku tidak bertanya kepadanya tentang hal itu. Kemudian datanglah malaikat Jibril dan berkata; Wahai Muhammad! Sesungguhnya sayyidina ‘Aliy dalam keadaan tergesa-gesa saat menuju shalat berjama’ah. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan kakek nashrani dan dia tidak mengerti bahwa kakek itu adalah orang nashrani, namun dia memuliakannya lantaran usianya yang telah tua, tidak mendahuluinya dan menjaga haknya. Lantas Allah Ta’ala memerintahkanku untuk menahanmu dalam keadaan ruku’ hingga sayyidina ‘Aliy menemukan ruku’ shalat shubuh bersamamu. Ini bukanlah hal yang mengherankan, tapi yang lebih mengherankan adalah; Allah Ta’ala memerintahkan malaikat Mika’il untuk menahan  matahari dengan sayapnya hingga matahari tidak terbit dalam waktu yang cukup lama karena sayyidina ‘Aliy radliyallahu ‘anhu. Rawi berkata; Inilah derajat seseorang sebab memuliakan orang yang tua renta sementara dia adalah orang nashrani.


HIKAYAT II
Hikayah yang lain; Ketika wafat mendekati gurunya Abu Manshur Al Maturidi yang saat itu berusia 80 tahun. Kemudian gurunya sakit, lantas dia menyuruh Abu Manshur Al Maturidi untuk mencari hamba sahaya yang usianya sama dengan gurunya, lalu dibelinya dan di merdekakannya. Abu Manshur Al Maturidi lantas pergi mencarinya namun dia tidak menemukan hamba sahaya yang sebaya dengan gurunya. Orang-orang berkata; Bagaimana mungkin engkau dapat menemukan seorang hamba yang berusia 80 tahun sementara dia masih menjadi budak dan belum di merdekakan? Maka Abu Manshur Al Maturidi kembali menemui gurunya dan menyampaikan apa yang di katakan oleh orang-orang. Ketika mendengar ucapan tersebut lantas gurunya meletakkan kepalanya ke tanah dan bermunajat kepada Tahannya; Wahai Tahanku! Sesungguhnya seorang makhluq tidaklah menahan kemurahan hatinya apabila hamba sahayanya telah berusia 80 tahun dengan membiarkannya tetap menjadi budak, akan tetapi dia akan memerdekakannya. Kini usiaku telah mencapi 80 tahun, bagaimana mungkin Engkau tidak akan memerdekakaknku dari api nereka sedangkan Engkau adalah Maha Pemurah, Maha Dermawan, Maha Agung, Maha Pemberi ampun dan Maha Penerima syukur. Maka kemudian Allah Ta’ala memerdekakannya sebab ke indahan munajatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 5

Kunci Sukses Menuntut Ilmu Fasal 4

الا لا تنال العلم الا بستة